Bab 20: Penjara Mewah Yang Menghancurkan

8 2 0
                                    

Setelah malam yang panjang, ketika segalanya terasa runtuh, Hyunwoo dipindahkan ke mansion Jinhyuk dan Taeyang. Mansion itu berdiri megah di puncak bukit, dikelilingi oleh dinding-dinding tebal yang seolah menghalangi kebebasan. Dari luar, tempat itu tampak seperti surga yang menawan, tetapi bagi Hyunwoo, itu adalah penjara mewah yang akan membawanya ke ambang kehancuran.

Setiap hari terasa seperti lingkaran neraka yang tak ada ujungnya. Hyunwoo dikurung di salah satu sayap mansion yang dijaga ketat oleh anak buah Jinhyuk dan Taeyang. Ia tidak diizinkan keluar dari ruangan kecuali mereka menginginkannya.

Pemandangan di luar jendela hanyalah kebebasan yang tak bisa ia gapai, bayangan dari kehidupan yang pernah ia miliki.

Setiap malam, setelah Jinhyuk dan Taeyang kembali dari pekerjaan mereka sebagai mafia, keduanya akan datang ke kamarnya, membawa kehadiran yang terasa mencekik. Wajah mereka yang dingin dan penuh ego selalu berubah menjadi manja dan posesif ketika berada di dekat Hyunwoo. Mereka mendekatinya dengan sikap yang seolah-olah penuh cinta, tapi Hyunwoo tahu itu tidak lebih dari manipulasi.

"Kami sudah bekerja keras hari ini," bisik Jinhyuk suatu malam, suaranya lembut tapi mengancam. "Kenapa kau tidak memanjakan kami, Hyunwoo? Bukankah sudah seharusnya kau menunjukkan sedikit rasa terima kasih?"

Hyunwoo menahan napas, punggungnya menegang. Setiap kali mereka mendekatinya, tubuhnya dipenuhi rasa jijik dan marah. "Aku bukan boneka kalian," katanya pelan namun tegas. "Aku tidak akan memanjakan kalian hanya karena kalian memintanya."

Mata Taeyang menyipit, seringai dingin muncul di wajahnya. "Oh, Hyunwoo... Kau tahu kami tidak suka penolakan. Kami sudah memberimu segalanya-makanan, tempat tinggal, keamanan. Tapi kau tetap keras kepala."

Malam itu, Hyunwoo menolak lagi. Setiap kali mereka meminta kasih sayangnya, ia akan menggelengkan kepala atau menjauh. Ia tahu bahwa dengan menolak, ia membuat mereka semakin marah, Dan kemarahan itu selalu berujung pada kekerasan.

Ketika Hyunwoo menolak untuk ke sekian kalinya, wajah Jinhyuk mengeras. Tanpa peringatan, ia mendorong Hyunwoo dengan kasar ke dinding. Tubuh Hyunwoo terbentur keras, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Taeyang mendekat dengan langkah lambat, seperti predator yang mengincar mangsa.

"Kau pikir kami akan membiarkanmu begitu saja, Hyunwoo?" suara Taeyang rendah, penuh dengan ancaman. "Kami bisa membuatmu tunduk, dengan cara apapun yang kami suka."

Malam-malam seperti itu selalu diwarnai dengan sikap kasar mereka. Ketika Hyunwoo menolak memberikan apa yang mereka inginkan, mereka tidak ragu untuk menunjukkan kekuasaan mereka. Mereka akan mencengkeram tangannya, memaksanya untuk duduk bersama mereka, dan ketika Hyunwoo mencoba melawan, pukulan atau tamparan sering kali menjadi jawaban.

Suatu malam, setelah penolakan yang lain, Taeyang menarik rambut Hyunwoo dengan kasar, memaksanya menatap mata dinginnya, "Kau tahu, kami bisa saja membuat hidupmu jauh lebih buruk dari ini," katanya dengan nada rendah. "Ini masih ringan, Hyunwoo. Kami bisa lebih keras jika kau terus melawan."

Hyunwoo menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan mereka, meskipun tubuhnya gemetar karena rasa takut dan sakit. Di dalam hatinya, ada bara kecil yang masih membara- bara kebencian yang tidak akan pernah padam. Ia tidak akan menyerah pada mereka, tidak peduli seberapa keras mereka mencoba.

Namun, setiap malam terasa semakin berat. Setiap kali mereka kembali dari "pekerjaan" mereka, Hyunwoo tahu bahwa ia harus menghadapi dua pria yang tidak mengenal batas dalam mengendalikan hidupnya. Dan setiap malam, Jinhyuk dan Taeyang akan mendekatinya dengan cara yang sama -manja, posesif, dan memaksa.

Mereka akan meminta Hyunwoo duduk bersama mereka di ruang tamu, menonton mereka sambil bercanda dan tertawa seolah-olah mereka adalah sepasang kekasih yang bahagia. Tetapi, di balik setiap senyum yang mereka tunjukkan, ada ancaman terselubung. Ketika Hyunwoo menolak untuk berperan dalam permainan mereka, mereka tidak akan ragu untuk menyakitinya-secara fisik maupun mental.

Suatu malam, setelah salah satu "pesta kecil" mereka yang dipenuhi dengan minuman keras dan ancaman, Jinhyuk berlutut di depan Hyunwoo, mengusap pipinya dengan jari-jari dinginnya. "Kau tahu, Hyunwoo, kami bisa memberikanmu hidup yang lebih baik, Kau hanya perlu tunduk pada kami."

Hyunwoo memalingkan wajahnya, menolak sentuhan itu. "Aku tidak butuh hidup seperti ini," bisiknya. "Kalian sudah menghancurkan segalanya."

Tatapan Jinhyuk berubah dingin, dan tanpa peringatan, dia menampar Hyunwoo dengan keras. Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat Taeyang tertawa pelan dari kursi tempat dia duduk.

"Jangan keras kepala, Hyunwoo," kata Jinhyuk sambil berdiri. "Kami sudah memberimu kesempatan. Jika kau terus menolak, kami tidak akan ragu untuk menghancurkanmu sepenuhnya."

Hyunwoo jatuh ke lantai, rasa sakit menyebar di pipinya yang terbakar. Air mata mulai menggenang di matanya, tetapi ia menolak untuk membiarkannya jatuh. Ia tidak akan memberikan mereka kepuasan melihatnya hancur.

"Lakukan apa yang kalian mau," katanya dengan suara gemetar, tetapi penuh dengan kebencian. "Aku tidak akan pernah mencintai kalian."

Taeyang berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Hyunwoo. Dia menatap Hyunwoo yang masih tergeletak di lantai, seringai dingin menghiasi wajahnya. "Kami tidak butuh cintamu, Hyunwoo. Kami hanya butuh kau tunduk pada kami. Dan kau akan tunduk... cepat atau lambat."

Hyunwoo tahu bahwa kata-kata Taeyang itu bukan ancaman kosong. Setiap hari, mereka semakin kasar, semakin tidak terkendali. Dan setiap kali Hyunwoo menolak, mereka akan mendorongnya lebih jauh ke dalam jurang penderitaan.

Dalam hati, Hyunwoo bertanya-tanya berapa lama lagi dia bisa bertahan. Berapa lama lagi dia bisa melawan dua pria yang begitu kuat, begitu tak terhentikan? Tetapi meskipun rasa sakit itu semakin berat, satu hal yang pasti: Hyunwoo tidak akan pernah menyerah. Mereka bisa menyakitinya, menghancurkannya secara fisik, tetapi mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan semangatnya yang masih bertahan sekalipun harapan untuk bebas semakin jauh dari genggamannya.

Love Among The Shadow Mafia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang