d.

83 11 0
                                    

Beberapa hari kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari kemudian

kamu mengambil tas belanja dan keluar rumah, memutuskan untuk pergi ke warung sayur di depan rumah. Hari ini kamu berniat membuat makan siang sederhana. Kamu tidak terlalu mahir memasak, tapi akhir-akhir ini kamu berusaha belajar sedikit demi sedikit. Setidaknya, itu salah satu cara untuk tetap sibuk dan merasa lebih berdaya.

Saat sedang memilih sayuran, kamu mendengar suara ibu-ibu dari kejauhan. Beberapa tetangga tampaknya sedang berkumpul tidak jauh dari situ, dan sebelum kamu sempat berpikir untuk menghindar, mereka sudah menghampirimu.

"Eh neng, kamu baru disini, ya?" salah satu ibu-ibu bertanya dengan senyum lebar di wajahnya. "Baru pindah ke sini?"

Kamu tersenyum dan mengangguk. "Iya, baru beberapa minggu yang lalu Bu."

"Oh, pantesan kita belum pernah lihat kamu sebelumnya Neng," ujar ibu lainnya. "Kamu tinggal di rumah yang ujung itu, kan? Sama suamimu?"

"Iya Bu," jawabmu singkat, masih dengan senyum sopan. Kamu merasa sedikit canggung, tapi berusaha menanggapinya dengan ramah.

Percakapan berlanjut. Mereka menanyakan hal-hal sederhana, seperti apakah kamu sudah merasa betah tinggal di lingkungan ini, pekerjaan suamimu, dan sebagainya. Kamu menjawab sekenanya, berusaha tetap sopan tanpa terlalu banyak mengumbar kehidupan pribadimu. Namun, tak lama kemudian, mereka mulai membahas Hajime.

"Suamimu itu yang kemarin kita lihat pas dia pergi kerja, kan? Wah, Ibu jadi cuci mata! ganteng, maaf ya Neng" salah satu ibu-ibu memuji dengan antusias. "Kamu beruntung sekali dapat suami seperti dia."

Kamu tersenyum kecil, sedikit terkejut dengan pujian itu. "Ah, terima kasih."

"Kalau nanti ada kegiatan ibu-ibu di sini, kamu harus ikut, ya," tambah salah satu dari mereka. "Kita sering ada arisan, kegiatan PKK, atau pengajian. Asyik, lho, bisa kenal banyak orang."

Mereka terus berbicara, menawarkan mu untuk bergabung dengan berbagai kegiatan di desa. Kamu mendengarkan dengan sopan, sesekali mengangguk dan tersenyum. Dalam hati, kamu mempertimbangkan tawaran mereka. Selama ini, kamu memang lebih banyak menutup diri, tapi mungkin berinteraksi dengan tetangga bisa membantumu merasa lebih terhubung dengan lingkungan baru ini.

Setelah beberapa menit berbincang, kamu akhirnya pamit dan kembali fokus pada belanja sayuran mu. Mereka pun kembali ke kerumunan mereka, melambaikan tangan dengan ramah. Kamu selesai berbelanja dan segera kembali ke rumah.

Di dapur, kamu mulai menyiapkan bahan-bahan untuk makan siang. Hari ini kamu ingin mencoba memasak sup sayur. Kamu membuka buku resep yang sudah beberapa hari terakhir menjadi teman setiamu di dapur. Sebagai seseorang yang tidak begitu pandai memasak, buku ini sangat membantumu belajar pelan-pelan. Kamu mulai memotong sayuran dengan hati-hati, mencoba mengikuti langkah-langkah di resep dengan teliti.

Pikiranmu melayang sesekali, mengingat obrolan dengan tetangga tadi. Tawaran mereka untuk ikut kegiatan ibu-ibu terasa cukup menarik. Mungkin itu bisa menjadi salah satu caramu untuk keluar dari cangkang dan memulai sesuatu yang baru. Mungkin juga bisa membantumu merasa lebih ‘hidup’ di tengah situasi yang masih terasa asing ini.

Pilihan Takdir • Umemiya HajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang