09. What's the Reason?

47 14 0
                                    

"Apa sisanya sudah ditangkap?" Madara melirik Izuna yang tengah fokus memegang ponsel, sementara ia sibuk mengelap tangannya yang terkena cipratan darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa sisanya sudah ditangkap?" Madara melirik Izuna yang tengah fokus memegang ponsel, sementara ia sibuk mengelap tangannya yang terkena cipratan darah.

Interogasi ini tidak berjalan sesuai harapan. Sang tamu tetap mengunci mulutnya, meski tubuhnya terkoyak oleh cambuk Madara. Namun, Madara menghentikan gerakannya begitu Izuna mengonfirmasi status teman-teman tamu mereka.

"Sudah," jawab Izuna tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Tiga temannya ditemukan tak jauh dari Yokohama, dan mereka sedang dibawa kemari."

Madara mengangkat alisnya. "Tiga orang, dan mereka bisa bersembunyi sedekat itu. Rupanya mereka cukup lihai juga." Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Bagaimana dengan pengirimannya?"

"Berjalan sukses. Barangnya mendarat tadi malam di China, dan pihak mereka menerima semuanya tanpa kurang satu pun," ucap Izuna, sambil memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Bagus," gumam Madara, membuang handuk yang tadinya putih namun kini penuh darah ke tong sampah di dekat pintu. "Akan sangat memalukan jika Uchiha gagal melakukannya."

Madara kembali mengarahkan pandangannya ke tamu yang terikat lemah di kursi. Darah menetes dari luka-luka di tubuhnya, namun mulutnya masih terkunci rapat. Madara mendekat, membungkuk sedikit hingga wajah mereka sejajar.

"Kamu benar-benar keras kepala," ujar Madara pelan, suaranya dingin. "Tapi sekarang, semua temanmu sudah ditemukan. Jadi, kamu tak punya alasan lagi untuk diam."

Tamu itu masih tidak merespons, wajahnya pucat dan penuh luka. Madara menyeringai kecil. "Sayang sekali. Karena aku sebenarnya masih punya waktu luang."

Izuna berdiri diam di sudut ruangan, memperhatikan tanpa ekspresi. Meskipun wajahnya menunjukkan ketenangan, pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang sikap Madara yang tidak biasa saat menghadapi mereka. Menurutnya, kali ini Madara menunjukkan sisi yang lebih sadis dan kejam.

"Apa Nii-san mau teruskan dengan cara ini?" tanya Izuna dengan nada tenang.

Madara menatap tajam, matanya berkilat gelap. "Kita baru mulai, Izuna. Sekarang, kita hanya butuh mereka semua di sini. Setelah itu, tak ada lagi yang bisa mereka sembunyikan."

Madara berbalik, melangkah menuju pintu hitam yang masih tertutup rapat, sambil bergumam rendah, "Mereka pikir bisa lepas dari Uchiha? Mereka salah besar."

Izuna menghela napas melihat kepergian kakaknya. Sejenak, ia menatap tamu yang benar-benar tidak berdaya di kursi, tubuhnya hancur, namun tetap bertahan. Setelah itu, Izuna melirik dua penjaga yang berdiri di samping dengan kepala tertunduk.

"Jika tamu kita sudah tiba, pastikan mereka berada di ruangan terpisah," perintahnya dingin. "Jangan sampai mereka saling berkomunikasi. Dan rawat dia, jangan biarkan dia mati sekarang."

"Baik, Tuan," jawab salah satu penjaga cepat.

Izuna berjalan menyusul Madara yang sudah melangkah keluar, menyusuri lorong gelap yang panjang. Suara langkah sepatu mereka menggema di sepanjang koridor.

INFUSION ๑ Uchiha Madara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang