2. Bertengkar

19 5 0
                                    

Lily tersenyum mendengar perdebatan itu, lalu Lily mengatakan. "Sudah jangan bertengkar, sebaiknya kita makan malam." Lily mencoba menengahi calon suami dan calon adik iparnya.

"Sana mandi, bau!" Ayu meledek sang kakak.

"Bau-bau gini juga, aku tampan." Dengan penuh percaya diri Arya mengatakan itu dengan pose tersenyum lebar seperti iklan Pepsodent.

Lily tertawa dan Ayu hanya gelengkan kepala. Arya segera duduk disamping Lily, dan kini mereka bertiga makan bersama. Lily merasa ada yang kurang, kurang karena Leni tidak ada diantara mereka, Leni sedang sibuk dengan urusannya.

"Aduh, aku lupa." Setelah beberapa saat, Ayu selesai makan malam dengan menepuk pelan jidatnya sendiri.

"Kenapa?" tanya Lily dan Arya secara bersamaan.

"Aku harus beli kado, temanku ada yang ulang tahun," jawab Ayu.

Ayu bangun dari duduk setelah selesai makan malam.

"Kamu mau pergi beli kado sekarang?" tanya Lily.

"Ya, Kak," jawab Ayu. "Aku pergi, sampai jumpa." Ayu melambaikan tangannya.

"Hati-hati," kata Arya dan Lily dengan sangat kompak.

"Iya." Ayu mengangguk. "Kak Lily, terima kasih untuk makan malamnya," ucapnya saat dirinya sudah berdiri diambang pintu.

Lily tersenyum lebar dan mengatakan. "Sama-sama, jangan pulang malam-malam," ujarnya dengan sedikit mengkhawatirkan sang gadis, gadis yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri.

"Oke." Ayu segera pergi.

Kini diruangan hanya ada Arya dan Lily yang sudah selesai makan malam juga, mereka saling menatap satu sama lain tanpa mengatakan apapun. Tiba-tiba saja Arya mencium bibir Lily dan Lily mulai membalasnya, kini calon pasangan suami istri tengah berciuman tanpa memperdulikan sekitar, karena di sekitarnya tidak ada siapapun, jadi mereka dengan bebas melakukan apapun. Setelah puas berciuman, mereka mulai bercakap-cakap.

"Bagaimana pekerjaan kamu hari ini?" tanya Lily yang selalu menanyakan pekerjaan calon suaminya.

"Seperti biasa, sibuk, dan banyak sekali kerjaan," jawab Arya yang masih sama seperti biasanya.

Lily mengangguk. "Walaupun pekerjaan kamu banyak, kamu harus tetap jaga kesehatan, calon suamiku," kata Lily yang selalu mengingatkan calon suaminya.

"Siap." Arya mengecup pipi calon istrinya.

Seketika hening, tapi Lily kembali membuka mulut dan menanyakan sesuatu.

"Sayang, kalau kita udah nikah, terus aku langsung punya anak, enggak apa-apa?" tanya Lily dengan suara yang takut-takut, takut karena mendapatkan omelan.

"Ya enggak apa-apa," jawab Arya dengan santai. "Dari dulu kamu tau kalau aku sangat menginginkan anak dari kamu," ucapnya dengan tangan yang tiba-tiba saja mengusap-usap perut pacarnya.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arya membuat Lily tersenyum lebar, karena Lily merasa jika niatnya untuk menyembunyikan kandungannya sudah tepat, dan Lily tetap ingin memberikan kejutan untuk Arya.

**

Di rumah lain. Rumah milik keluarga Ardiansyah, mereka juga baru saja menyelesaikan makan malam bersama, makan malam yang sudah menjadi kewajiban bagi para keluarga lainnya.

"Dim," panggil Henry.

"Ya, Ayah?" Dimas menatap sang Ayah dengan senyuman manis.

"Kapan kamu menikah?" tanya Henry pada anak semata wayangnya.

Antara Dendam dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang