12. Menangis

11 3 1
                                    

Arya menggebrak meja setelah Ayu pergi dari ruangan. Arya semakin kesal dengan Ayu seolah-olah membenci dirinya karena membatalkan pernikahannya dengan Lily, padahal Ayu tidak tahu permasalahan dan menganggap jika Arya adalah dalang dari segala pembatalan tersebut. Lalu, apa menurut Arya jika Lily itu adalah dalang dari semuanya? Huh, seharusnya Arya bercermin kenapa Lily menyetujui pembatalan pernikahan itu, karena semua jawabannya memang ada pada Arya. Arya yang selalu membenarkan dirinya sendiri tanpa introspeksi diri sendiri, semoga saja Arya mampu mengubah diri menjadi lebih baik, karena jika Arya terus-menerus seperti itu, hidup Arya tidak akan berjalan lancar.

"Aku yakin itu anakku." Entah kenapa Arya sangat yakin jika anak yang dikandung mantannya adalah anak kandungnya.

Semenjak pesta ulang tahun Rani, Arya terus memikirkan kandungan Lily, karena pernikahan Lily dengan Dimas baru 5 bulan, tapi perut besar Lily seolah-olah menunjukkan sudah 7 bulan. Sungguh, kandungan Lily membuat pikiran Arya semakin tidak karuan, dan Arya kembali mengingat perkataan Lily yang selalu membahas anak dan anak ketika mereka menikah.

"Kalau kita nikah terus kita langsung punya anak, enggak apa-apa?" Perkataan Lily masih terngiang-ngiang ditelinga Arya. Walaupun susah berbulan-bulan, tapi semua perkataan Lily tentang anak pada Arya masih teringat jelas.

Arya mulai mencaritahu tentang kandungan Lily, Arya harus tahu apakah anak yang dikandung Lily adalah anak dengan Dimas atau anaknya, karena Arya mulai mencurigai semua itu.

**

Di sebuah taman. Ayu sedang duduk dikursi taman, dan tidak lama kemudian ada Leni yang datang menghampirinya dengan membawa beberapa cemilan.

"Kenapa cemberut?" tanya Leni setelah duduk disamping sahabatnya.

Leni dan Ayu masih bersahabat dengan baik, walaupun Lily dan Arya tidak jadi menikah, tapi persahabatan mereka masih berjalan dengan baik, bahkan mereka selalu menyemangati satu sama lain.

"Aku sebel banget sama Kak Arya," jawab Ayu dengan mengambil plastik yang berisikan cemilan dari sahabatnya.

"Sebel kenapa, sih?" Leni penasaran.

Ayu ingin sekali cerita pada Leni, tapi tidak jadi, karena yang diceritakan adalah tentang kakaknya Leni yaitu Lily. Tidak mungkin Ayu menceritakan jika Arya menuduh Lily hamil diluar nikah, karena itu akan menyinggung dan menyakiti perasaan Leni maupun Lily.

"Hm, biasalah, laki-laki enggak pernah mau cuci piring kalau selesai makan," ucap Ayu yang mulai berbohong pada sahabatnya.

Leni tertawa dan berkata. "Namanya laki-laki emang gitu."

Sampai akhirnya Ayu tidak menceritakan apa yang menjadi pembicara Ayu dengan Arya saat tadi, karena Ayu tidak ingin ada perdebatan antara Ayu dengan Leni, Ayu ingin persahabatan mereka baik-baik saja.

'Maafkan aku, Leni,' batin Ayu yang tidak kuasa membohongi sahabatnya sendiri. Namun, semua ini demi kebaikan mereka.

Ayu dan Leni memang memiliki persahabatan yang luar biasa, walaupun Kakak mereka bermusuhan karena pernikahan batal, tapi mereka masih bersahabat tanpa membahas masalah kakaknya masing-masing, mereka memang dewasa, walaupun umurnya masih terbilang sangat muda.

**

Pukul 12 siang di sebuah toko kue. Lily dan Wulan baru saja menyelesaikan beberapa pesanan kue yang begitu mendadak untuk acara sore. Hadi masuk ke ruang pembuatan kue, di sana Hadi tersenyum lebar dan sedikit sedih karena dua pegawainya harus bekerja keras hari ini.

"Kalian luar biasa, terima kasih." Hadi selalu mengatakan itu pada pegawainya karena pegawainya mampu bekerja dibawah tekanan.

Hadi membawa dua paper bag.

"Sama-sama," kata Lily dan Wulan bersamaan.

"Sekarang kalian istirahat terlebih dahulu." Hadi memberikan dua paper bag ditangannya.

Hadi memberikan paper bag pada Lily dan Wulan, lalu Lily dengan Wulan mengambil paper bag tersebut dengan mengucapkan terima kasih, kini Lily dan Wulan beristirahat di ruangan lain. Hadi mengambil alih untuk mengecek dan merapihkan kue yang sudah selesai.

"Dia selalu membuang-buang uang untuk makan siang kita," ucap Lily setelah membuka isi paper bag tadi.

Wulan tersenyum setelah melihat isi paper bag dan mendengar perkataan sahabatnya, lalu Wulan mengatakan. "Tidak apa, uang Hadi banyak."

"Benar juga." Lily tertawa.

Hadi, Lily, dan Wulan, mereka bertiga bersahabat. Namun, Hadi adalah pemilik toko kue di mana Lily dan Wulan bekerja. Mereka bertiga sudah bersahabat cukup lama, Hadi juga memperlakukan kedua sahabatnya dengan sangat baik jika di toko. Hadi juga sudah mengizinkan Lily untuk cuti karena kandungannya yang sudah membesar, tapi Lily enggan cuti, maena Lily bosan jika kesehariannya harus di rumah saja.

"Aku gak sabar nunggu kamu lahiran." Wulan mengusap-usap perut sahabatnya yang sudah besar.

"Aku juga gak sabar." Lily juga pastinya tidak sabar menantikan lahiran.

Setelah 1 jam berlalu. Lily dan Wulan selesai istirahat, kini mereka berdua keluar dari ruang istirahat dan kembali bekerja. Lily dan Wulan sudah masuk ke toko kue untuk melayani pembeli yang sudah ada didalam toko tersebut, tapi tiba-tiba saja ada seorang pembeli yang menyindir tentang kandungan Lily.

"Hamil dari pria lain, minta di tanggung jawab sama pria lain juga," sindir seorang wanita yang sedang memilih beberapa kue.

Lily menahan emosi dan air mata yang hampir menetes. Saat ini posisi Lily sedang bekerja, Lily tidak boleh membuat kegaduhan saat bekerja.

"Maaf, kalau mau beli kue ya beli kue aja, enggak perlu melantur ke mana-mana," kata Lily.

Lily tahu siapa wanita itu.

"Saya rasa, kamu menggunakan ilmu hitam untuk menggaet Dimas." Wanita itu semakin kesal dan terdengar dari suaranya jika wanita itu memendam dendam.

"Indah, sebaiknya pilih saja kue yang ada di sini, jangan membahas yang lain." Lily benar-benar muak dengan semua itu.

Wanita yang sedari tadi menyindir Lily adalah Indah. Indah adalah sekertaris sekaligus mantan kekasih Dimas, dan entah kenapa Indah terlalu mencampuri pernikahan Lily dengan Dimas.

"Lily, dipanggil Bos," kata Wulan.

"Oke." Lily mengangguk dan segera pergi kedalam untuk menemui Bosnya.

Indah terus menatap Lily yang lama-lama hilang dari pandangannya, kini Wulan sudah ada didepan Indah membuat Indah sedikit terkejut. Indah kembali memilih kue dan melupakan Lily yang mungkin akan lama jika sudah dipanggil Bos, pikir Indah.

'Gak tau diri nih cewek,' batin Wulan yang kesal dengan wanita yang ada didepannya.

Sebenarnya Lily tidak dipanggil oleh Hadi karena Hadi sedang mengantar beberapa pesanan yang sudah terjadwal setiap harinya, Wulan mengatakan itu pada Lily guna Lily meninggalkan Indah yang semakin lama semakin menyebalkan.

Lily menangis di sebuah ruangan, ruangan khusus pegawai. "Kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini." Lily merasa hidupnya selalu mendapatkan sendirian, cacian, dan makian dari orang disekitarnya.

Namun, Lily sadar jika dirinya salah mengambil langkah, seharusnya Lily tidak membesarkan kandungannya setelah Arya membatalkan pernikahan mereka, tapi Lily sangat keras kepala dan membesarkan kandungan itu.

'Apa aku harus aborsi kandungan ini?' Lily mulai membatin dengan omong kosong.

Antara Dendam dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang