14. Pertiwi Mitha Ardiansyah

12 4 0
                                    

Lily menangis bahagia dan Dimas juga sama, mereka berdua menangis bahagia karena sudah mendengar tangisan bayi didalam ruang persalinan, bayi yang selama ini Lily pertahankan.

"Selamat Tuan dan Nyonya, anaknya perempuan dan sangat cantik sekali seperti Nyonya Lily," ucap sang Dokter.

Dimas mengecup kening Lily dengan penuh kasih sayang, walaupun bayi yang baru saja lahir bukan anak kandung Dimas. Namun, Dimas sudah menganggap bayi tersebut adalah anak kandungnya, dan sampai kapanpun Dimas akan menganggap bayi itu adalah anaknya sendiri.

"Terima kasih istriku sayang, bayi kita perempuan." Dimas terlihat bahagia sekali saat mengetahui jenis kelamin sang bayi.

"Sama-sama sayang, terima kasih juga." Seharusnya Lily yang berterima kasih pada sang suami.

Setelah Lily selesai melahirkan, dan sang bayi selesai mandi. Lily dipindahkan ke kamar VVIP atas perintah Dimas. Dimas pastinya membutuhkan privasi untuk keluarga kecilnya yang kini sudah lengkap. Dimas terus berterima kasih pada Lily dan bersyukur pada Tuhan atas hari ini. Hari ini adalah hari bahagia Dimas karena bisa menemani Lily melahirkan.

"Selamat anakku." Hasya dan Henry mengucapkan selamat pada anak dan menantunya.

Henry dan Hasya sangat bahagia saat melihat Lily baik-baik saja pasca melahirkan normal, dan mereka lebih bahagia saat melihat cucu pertama mereka adalah perempuan, apa lagi cantik seperti Lily. Namun, seketika Lily merasa sedih dan khawatir jika mertuanya mengetahui yang sebenarnya. Lily tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mertuanya saat tahu jika cucunya bukan cucu kandung, mungkin saja Lily akan segera dikeluarkan dari rumah dan statusnya sebagai menantu akan hilang, tapi disisi lain Dimas selalu menenangkan rasa kekhawatiran itu dengan ketulusan yang diberikan padanya.

"Sayang, apakah kamu sudah siapkan nama untuk anak kita?" tanya Dimas.

Dimas benar-benar bahagia sekali dengan kelahiran bayi mungil yang sangat cantik itu, bayi yang sangat mirip dengan Lily.

"Udah ada," jawab Lily.

"Siapa namanya?" Dimas sangat penasaran.

Henry dan Hasya tidak ikut mencampuri nama untuk cucu mereka, karena Henry dan Hasya sedang sibuk melihat bayi mungil yang sejak tadi tidur pulas di ranjang bayi.

"Pertiwi Mitha..." Lily tidak melanjutkan perkataannya.

"Ardiansyah." Dimas menambahkan nama keluarganya dibelakang nama sang bayi.

Lily kembali menangis saat Dimas memberikan nama belakang keluarganya untuk anaknya.

"Pertiwi Mitha Ardiansyah, itu bagus," celetuk Hasya.

"Tentu itu bagus, semua cucuku harus diberikan nama Ardiyansyah dibelakangnya," ucap Henry.

Lily tersenyum tipis dan berkata. "Baik, Ayah, terima kasih."

"Jangan terima kasih, itu sudah wajar," ujar Henry.

Setelah memberikan nama untuk sang bayi, keluarga Lily datang. Ihsan, Ika, dan Leni masuk ke kamar VVIP yang berada di rumah sakit tersebut, rumah sakit mewah yang hanya didatangi oleh para konglomerat. Kamar yang ditempati oleh Lily saja sudah seperti kamar hotel bintang lima, kamarnya sangat bagus sekali.

"Akhirnya ponakanku lahir." Leni sangat bahagia sekali, akhirnya sang kakak melahirkan.

"Selamat anakku." Ihsan dan Ika mengucapkan selamat pada anaknya secara kompak, mereka juga menangis, menangis bahagia karena mendapatkan cucu.

Hari bahagia Lily dibanjiri oleh tangisan, tangisan bahagia. Lily tidak menyangka jika dirinya mampu mengandung buah cintanya dengan Arya, walaupun saat ini Lily sudah menjadi istri Dimas. Namun, tidak bisa dipungkiri jika bayi yang baru saja lahir adalah anak kandung Arya, tapi perlahan-lahan Lily sudah terbiasa dengan kehadiran Dimas disisinya, walaupun terkadang ada rasa sedih dan sakit yang dirasakan oleh Lily. Namun, Lily harus menjalani semuanya, rasa dendam masih ada didalam diri Lily, dendam pada Arya karena telah membatalkan pernikahan begitu saja, tapi disisi lain Lily bahagia mendapatkan suami seperti Dimas, suami yang sangat tulus, sangat baik, dan sangat segalanya, Dimas adalah pria sempurna bagi Lily.

**

Keesokan harinya. Pukul 7 pagi di Apartment mewah milik Rani. Rani dan Arya tengah bertengkar hebat karena Arya ingin ke rumah sakit untuk melihat Lily yang baru saja melahirkan, tapi Rani melarang Arya membuat Arya murka.

"JANGAN PERNAH MELARANGKU!" Arya berteriak dan tidak suka dilarang.

Arya adalah tipe pria yang keras kepala, Arya tidak suka dilarang.

"Sebentar lagi kita akan menikah dan kau masih memperdulikan mantan kau yang sudah menikah dan mempunyai anak dari suaminya?" Suara Rani terdengar bergetar, Rani Tidka menyangka calon suaminya akan semarah ini saat membahas masalalu.

Apakah Rani akan merasakan apa yang Lily rasakan saat itu? Apakah Arya akan membatalkan pernikahannya dengan Rani? Kalau iya, berarti Arya memang bukan pria yang baik, karena pria yang baik tidak akan pernah gagal menikah sampai kedua kalinya, dan pria baik akan selalu memendam emosinya didepan gadisnya. Namun, lihatlah Arya yang selalu terlihat emosional pada pasangannya.

"Aku bisa membatalkan pernikahan jika aku mau, aku tidak suka dilarang, aku tidak suka diatur, Rani!" Tatapan Arya sangat menyeramkan.

Rani menangis. Arya tidak perduli, Arya pergi begitu saja dan meninggalkan Rani yang sedang menangis sesenggukan.

"Brengsek, pria gila!" Rani mengumpati calon suaminya.

Rani sangat terobsesi dengan Arya, sampai akhirnya Rani bisa merebut Arya kembali dari Lily. Namun, sayangnya Rani tidak bisa mengendalikan Arya. Arya masih seperti dulu, Arya masih egois, dan emosional yang berlebihan. Semoga saja Arya tidak membatalkan pernikahannya dengan Rani, karena kasihan Rani yang tengah mengandung benih Arya.

***

Hari berganti begitu cepat. Lily sudah keluar dari rumah sakit setelah melahirkan anak pertamanya, Pertiwi Mitha Ardiansyah. Saat ini Lily sudah kembali ke rumah mewah milik Dimas, rumah yang membuat Lily nyaman selama menikah dengan Dimas. Pernikahan yang tidak ada rasa cinta bagi Lily, bahkan sampai detik ini Lily belum mencintai Dimas, karena awal pernikahan karena keterpaksaan, paksaan dari keadaan.

"Sayang, makan dulu." Dimas menghampiri istrinya yang sedari tadi memandang ranjang sang bayi.

Dimas memeluk Lily dari belakang, dan Dimas mengecup leher belakangnya Lily membuat Lily kegelian.

"Sayang, jangan gitu, Tiwi baru tidur."

Dimas tertawa kecil dan berkata. "Selagi Tiwi bobo, sekarang kamu makan," bisiknya.

"Oke." Lily mengangguk.

Karena Pertiwi sudah tertidur, kini saatnya Lily makan malam, makan malam yang tertunda karena Pertiwi sedang rewel. Mungkin Pertiwi sedang menyesuaikan tempat tinggal, dan Dimas menemani Lily yang mulai makan malam.

"Kamu udah makan?" tanya Lily pada suaminya yang saat ini sedang duduk disampingnya.

"Sudah makan tadi selesai meeting langsung makan," jawab Dimas.

"Oke, kalau gitu, suapi aku." Lily mulai bersikap manja pada suaminya.

"Siap, laksanakan." Dimas memberikan hormat.

Lily tertawa dan Dimas mulai menyuapi Lily.

"Dim, terima kasih untuk semuanya." Lily menangis.

"Terima kasih untuk apa?" Dimas bingung.

"Terima kasih sudah menikahiku, menemaniku lahiran, menjaga anakku, dan..." Lily tidak sanggup melanjutkan perkataannya, Lily mulai menangis.

Antara Dendam dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang