01: Weird way to start a story

10 1 0
                                    

Siang itu panas sekali. Meski Dira yakin ia sudah mengambil posisi terbaik di bawah AC yang menampilkan angka 16°C, tangannya tidak berhenti mengipasi wajahnya. Sesekali cewek itu mengecek jam pada ponselnya, menunggu datangnya seseorang.

"Dir? Gak balik lo?" tanya Udit heran mendapati Dira tidak beranjak dari kursi mengetahui fakta bahwa yang barusan berakhir adalah satu-satunya mata kuliah hari ini.

"Gak."

"Nungguin Rama?"

"Heem."

Udit mengangkat sebelah alis, "Lah dia izin kuliah tapi nyamperin lo?"

"Baru nyampe bumi Sleman barusan, katanya ada yang mau diomongin ke gue."

"Kenapa gak besok aja deh," imbuh Udit heran.

"Gak tau, kayak gak kenal Rama aja lo."

Udit mengangkat bahu, "Yaudah gue duluan ya?"

"Yooo."

Sepeninggalan Udit, ruang kelas lenggang sekali. Udit adalah entitas terakhir selain Dira yang masih sibuk mencatat, sebab sisanya langsung berhamburan keluar kelas tepat ketika perkuliahan ditutup. Sebetulnya Dira nyaris mati penasaran akibat sikap sok misterius Rama beberapa hari belakangan. Bayangkan, ia tiba-tiba pergi keluar kota, menghilang bagai ditelan bumi. Tiba-tiba muncul dan mengirim pesan kepada Dira untuk bertemu.

Dira jadi mules membayangkan hal seperti apa kira-kira yang akan keluar dari mulut Rama.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba— pepatahnya sih begitu, dimana akhirnya Dira mendapati wajah familiar berjalan masuk ke ruang kelas. Rama mengenakan kemeja flanel dan jeans hitam lengkap dengan rambutnya yang acak-acakan menggambarkan jauhnya jarak yang ia tempuh untuk sampai ke sini.

"Ada apa sih Ram?"

Rama menggeleng, ia mengulurkan tangan menyerahkan kresek merah. Dira mengernyit sambil menerima pemberian rama untuk mendapati isinya adalah makanan ringan.

"Mau ngomong apa?"

"Dir, jangan suka sama gue."

"Hah?"

Gila ya ni orang— batin Dira. Maaf mengecewakan para pembaca (mengingat biasanya novel romansa diawali dengan menyatakan perasaan), tapi tenang saja Dira juga tidak kalah herannya dibanding kalian.

"Pede abis? Lo kejedot dimana deh, Ram?"

"Jangan suka sama gue Dir, gue berantakan."

"Apaan sih?"

Coba teman-teman bantulah Dira memahami kejadian barusan: Rama menghilang dari peradaban untuk pulang kampung, setelahnya Rama muncul kembali ke permukaan hanya untuk memperingati Dira agar tidak menyukai Rama— Dira gak begitu yakin darimana hipotesis demikian bisa Rama cetuskan, oh lebih tepatnya kok Rama bisa sepercaya diri itu menyuarakannya?

Dira tahu kalau Rama memang aneh, tapi yang kali ini kelewat anehnya.

"Udah, gue cuma mau ngomong itu."

"Woi? Minimal jelasin? Pede banget mikir gue suka sama lo?"

Rama menghela napas, tangannya bergerak merogoh saku. Sebuah kertas yang sudah lecek, tulisannya familiar— tentunya ada tulisan tangan Dira. Di atas coret-coretan rumus teknik simple random sampling.

Berarti lo beneran suka Rama?

Menurut lo

Sumpah deh stop denial

:)

Itu kertas yang menjadi perantara komunikasi Dira dan Tara satu minggu yang lalu. Lagipula itu terlalu multitafsir, kan'? Kenapa Rama kepedean begini, sih?

"Terus? Menurut lo gue suka gitu sama lo?"

"Iya, makanya gue bilang jangan."

"Gila ya lo?"

"Iya."

"Apaansih Ram?"

"Sori. Gue balik duluan ya."

Sepeninggalan Rama, Dira hanya mampu melongo sambil berusaha mencerna situasi barusan. Ini semacam prank kah? Dira tidak mengerti. Rama memang suka tidak jelas, tapi yang barusan itu baru pertama kalinya Rama mencapai tahap super-tidak-jelas.

Bagai disambar petir di siang bolong, Dira tidak sanggup menangkal keterkejutan yang ia rasakan. Akhirnya cewek itu terduduk lemas— berpikir keras sebenarnya apa yang baru saja terjadi.

***

Author Note

This is work of FICTION. Selamat datang di dunia Rama dan Dira, semoga bisa menghibur kalian semua 😁🙌

semoga beneran ROMCOM

Little Did They Know Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang