Hari baru dimulai sekitar dua jam, Dira sudah mondar-mandir seperti setrikaan. Kalau dihitung-hitung, Dira yakin meski masih dini hari, ia sudah lebih dari sepuluh kali bolak-balik melewati cermin di kamarnya. Cewek itu menggigit jari cemas, sesekali mengacak rambutnya. Mulutnya menggerutu dan mengutuk diri atas kebodohannya.
Untuk kesekian kali, ia mengecek ponselnya. Pesan itu sudah dibaca, namun tidak kunjung dibalas sejak kemarin.
Jadi begini ceritanya, semalam Dira sedang terhanyut perasaan. Semuanya serba salah, termasuk cumi asam pedas yang ada di nakas samping kasurnya. Cuminya enak, tapi entah kenapa Dira memiliki keinginan lebih untuk menyantap ayam goreng. Hasilnya, ia hendak memesan ayam goreng melalui aplikasi pesan-antar yang ia miliki. Jarinya dengan lincah mengklik aplikasi e-banking untuk mengisi saldo dompet digital tanpa melihat kembali kepada siapa saldo itu akan diisi.
Lucunya, orang yang terakhir kali bertransaksi dengan Dira adalah Rama. Alhasil, nomor Rama berada di paling atas dan Dira mengklik nomor Rama tanpa membaca dua kali.
Sederhananya, Dira salah kirim ke Rama.
Lebih jelas lagi, Dira salah kirim saldo uang ke Rama saat mereka sedang bertengkar.
Entah apa rencana semesta, tapi sepertinya Dira-Rama tidak diizinkan untuk bertengkar.
Memang nominalnya tidak seberapa, tapi kan malunya luar biasa. Oh ralat, Dira sangat menginginkan lima puluh ribu rupiah itu kembali. Jadilah ia memutuskan untuk menghubungi Rama duluan, kendati sampai detik ini belum ada balasan.
Jam mulai menunjukkan pukul 3 dini hari, Dira tidak bisa tertidur lagi. Ia kepikiran.
"Apa gue chat lagi aja ya?" gumamnya.
"Ah, tapi masa ngespam banget... ogah..."
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Balasan yang Dira tunggu-tunggu akhirnya datang. Tidak memuaskan, namun cukup menjadi pertanda bahwa saldo miliknya akan segera kembali.
Dira menimbang-nimbang, apakah harus membalas sekarang, atau nanti saja. Gengsi dong, masa Rama membalas lama sekali tapi Dira membalas dalam waktu sepersekian detik?
Keputusan final dari Dira adalah ia akan membalas nanti saja ketika ia terbangun lagi. Untuk saat ini, matanya mulai terasa berat menandakan ia sudah bisa tidur kembali.
Aduh, perkara Rama saja Dira bisa jadi sulit tidur, ya?
Sekitar satu jam Dira memejamkan mata, menjelajahi alam mimpi bersama entitas-entitas tidak dikenal, akhirnya indra pendengaran Dira menangkap suara familiar— gedoran pintu yang mengisyaratkan Dira harus segera membuka matanya. Anak itu meraba kasur, mencari keberadaan ponselnya untuk melihat jam. Sudah pagi sekali, ia memutuskan segera membalas pesan Rama.
Di luar prediksi, Rama membalas di menit yang sama dan di menit yang sama pula saldo Dira kembali. Setengah mengucap syukur, setengah lagi Dira tidak tahu harga dirinya sudah menguap kemana.
"Mau taroh dimana muka gue?" gumamnya.
Dira akhirnya membenamkan wajahnya di bantal untuk memekik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Did They Know
RomanceBiasanya kalau ada Rama, pasti ada Dira (maaf jika membuat pembaca kecewa karena ini bukan persoalan Rama-Sinta). Di kelas, di foodcourt, dimana-mana (kecuali toilet) kalau kamu melihat Rama, pasti kamu akan melihat Dira. Sampai sekian banyak pagi y...