"Hijab bukan penghambat."
.
.
.
.
."Eh, Ar. Ada titipan tuh, dari Ayang. Sweet banget sih pakek kasih pita segala." Ucap Dean sambil menunjuk gulungan kertas yang dimaksudnya dengan dagu.
"Ciee," ucap Putra ikut-ikutan. Sementara Marvin masih sibuk dengan game-nya.
"Dari siapa emang?" Tanya Marvin selanjutnya dengan rasa penasaran. Tapi fokusnya masih pada ponselnya.
"Retha." Jawab Dean. Marvin hanya ber-oh ria sementara Ardan menghela nafas di buatnya.
Ardan membuka tali pita itu dan melihat isi dari gulungan kertas tersebut.
Dan terlihatlah sebuah gambar seorang cowok yang tengah memainkan gitar. Gambarannya sangat rapih juga arsirannya sangat detail sehingga sketsa gambar itu terlihat seperti nyata. Tak lupa dibawahnya terdapat tulisan kecil 'untuk Ardankuu♡'.
Ini terlalu kekanakan menurutnya, Ardan menghela nafas lagi. Ia menyesal telah menyetujui ajakan Bundanya untuk les gambar bersama Retha. Namun di sisi lain dirinya juga tidak bisa menolak, sebab janjinya untuk menjadi anak baik kali ini adalah dengan menuruti perintah Liana. Selain itu juga Ibunya Retha sangat kenal dekat dengan Bundanya.
"Gambar apa sih?" Sahut Dean dan Marvin mulai penasaran, mereka lantas mendekati tempat duduk Ardan.
Dean yang di sampingnya terpukau saat melihat sketsa gambar tersebut. "Widiiiee," pujinya.
Ardan berdecak geram. Ingin rasanya ia merobek kertas itu saat ini juga. Tetapi tidak mungkin ia melakukannya saat ini di depan semua teman-temannya.
Ardan menyimpan tasnya lalu tergesa pergi keluar dari kelas sambil membawa kertas sketsa tersebut.
"Heh?" Kejut Dean saat teman sebangkunya itu pergi begitu saja.
"Ardan! Mau kemana woy!!" Lanjut Dean berteriak.
"Ar! Bentar lagi masuk!!" Teriak sang ketua kelas berniat mencegah Ardan namun cowok itu nampak tak peduli atas teriakan-teriakan itu.
***
Setelah membayar ongkos angkutan umum, Ayesha tak berhenti memandangi gantungan kunci berbandul gitar yang ia temukan kemarin di aula utama.
'Mungkin gantungan kunci ini dicari pemiliknya sekarang,' batin Ayesha.
'Dari ukirannya terlihat berharga, tapi sayangnya aku tidak tahu siapa pemiliknya,'
'... kira-kira siapa, ya?' Lanjutnya bertanya sambil terus memerhatikan benda tersebut.
Tak sadar langkahnya lengah dan menabrak seseorang yang tengah berjalan tergesa berlawanan arah dengannya.
Bruk!!!
Keduanya terjatuh. Ayesha memegang kepalanya yang terhantuk pundak seseorang yang lebih tinggi darinya.
Ayesha meringis dalam hati, perlahan ia berdiri dan merapihkan roknya.
Seorang cowok yang menabraknya tak langsung melihat ke arah Ayesha, tetapi pada benda yang terjatuh akibat tubrukan keduanya.
Sementara itu, Ayesha menyadari jika benda yang dipegangnya terjatuh begitu saja saat insiden tabrakan tadi.
Cowok itu, Ardan. Ia hendak mengambil benda tersebut bersamaan dengan Ayesha yang juga melakukan hal yang sama dengannya.
Melihat pergerakan cowok di depannya itu, lantas Ayesha berhenti membungkuk. Ia membiarkan cowok itu mengambil gantungan kunci itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love
Teen Fiction"Gue inget kita pernah ketemu sebelumnya." Namanya Ayesha Gabriella. Gadis bisu yang tumbuh dewasa tanpa sosok Ibu. Ia lahir dengan berjuta harapan besar yang di berikan oleh Bapaknya. Hidup yang tadinya sendu karena tak banyak orang yang mau bertem...