"Bohong Ayesha! Jangan percaya bualan yang keluar dari mulut orang-orang selain Bapak!"
.
.
.
.
.Ayesha mengembangkan senyumnya lebar ketika melihat Alia yang sudah berada di tempat duduknya, gadis itu terlihat sedang melamun menatap lurus ke depan. Ayesha mengambil note-book kecil di tasnya, lantas ia menuliskan sesuatu disana.
Setelah selesai, dengan segera Ayesha menghampiri gadis itu.
Secarik kertas yang baru saja dirinya robek itu ia taruh tepat di depan meja Alia yang tengah duduk.
Hal tersebut tentu membuat Alia tersadar dari lamunannya.
"Eh?" Alia tersentak kecil.
"Alia, apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu kemarin tidak masuk sekolah?" Alia membaca secarik kertas itu. Lalu mendongak menatap Ayesha yang sedang tersenyum menatapnya.
Alia tersenyum hangat, senang membaca secarik kertas dari sahabatnya itu. "Gue baik-baik aja, kemarin ada acara keluarga mendadak. Jadi gue ga bisa sekolah, hehe." Jawab Alia sesekali cengegesan.
Walaupun ragu, Ayesha tetap menganggukkan kepalanya. "Syukurlah,"
Setelahnya, Ayesha berjalan menuju mejanya. Mendudukkan dirinya dusana sambil meletakkan tas gendong nya.
"Ai," Panggil seseorang yang dapat Ayesha dengar dari mejanya.
Terlihat teman sebangku Alia, namanya Caca. Tengah menarik teman sebangkunya itu.
"Anterin gue nemuin Bu Melda ayo." Ajak Caca pada Alia yang menatap nya heran.
"Ck! Biasanya juga sendiri." Alia berdecak kesal sambil berdiri, menuruti keinginan gadis itu.
Caca melebarkan senyumnya. "Yee, biar sekalian lo nanyain tugas, kemarin 'kan lo nggak sekolah." Jawab Caca membuat Alia mendengus kesal dibuatnya. Nanya tugas 'kan bisa pada teman sekelasnya. Haish, anak ini.
Keduanya segera meninggalkan kelas yang didalamnya baru beberapa murid yang berdatangan itu. Ayesha menatap keduanya sambil menghembuskan nafas pelan.
Pandangannya tertuju pada ambang pintu yang baru saja berdatangan teman-temannya. Bergandengan tangan sambil bercanda ria kemudian tertawa bersama.
"Ah, masa sih! Yang bener aja lo hahaha," Laras menggebuk pelan pundak temannya.
"Bener anjir, lo tanya aja sendiri sama orang nya." Ucap temannya itu sambil menunjuk Laras yang masih saja tertawa karena ucapannya.
"Eh, gue bawa sandwich nih, buatan nyokap. Nanti gue bagi." Lanjutnya membuat Laras dengan cepat menjawab.
"Ah, baik banget sii, nyokap lo. Thank's ya." Laras tersenyum senang. Lalu berjalan menuju mejanya juga.
Ayesha tersenyum. Kejadian yang sering dirinya lihat, tersenyum bahagia saat melihat teman-temannya bercanda. Kebahagiaan itu menular padanya walau terkadang Ayesha sangat menginginkan berada di posisi itu.
"Pak,"
"Apa... apa aku boleh bertanya tentang Ibu?"
Wijaya tampak terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan puterinya itu. Lantas ia segera menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Lantas menatap anaknya, tidak biasanya Ayesha menanyakan hal tentang ini.
"Sasa kenapa nanya gitu Nak? Ada masalah di sekolah, sini cerita sama Bapak." Wijaya mengusap lembut rambut sebahu Ayesha yang tergerai.
Ayesha menggelengkan kepalanya beberapa kali. Bukan ini respon yang dirinya inginkan. Wijaya nampak enggan ketika dirinya bertanya seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/331732263-288-k70472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love
Novela Juvenil"Gue inget kita pernah ketemu sebelumnya." Namanya Ayesha Gabriella. Gadis bisu yang tumbuh dewasa tanpa sosok Ibu. Ia lahir dengan berjuta harapan besar yang di berikan oleh Bapaknya. Hidup yang tadinya sendu karena tak banyak orang yang mau bertem...