BAGIAN 21 (Gantungan Kunci)

50 14 2
                                    

"Gue butuh izin dari Ayah lo buat ngajak anaknya jalan."

.
.
.
.
.

Ayesha terperanjat kaget saat Hansel menarik lengannya.

"Ayo, kita udah telat." Ucapnya sambil berlari kecil dengan tangannya yang masih menarik lengan Ayesha. Mau tak mau gadis itu berlari kecil mengikuti langkah Hansel.

Ayesha sedikit kesusahan mengikuti langkah lebar Hansel yang menariknya menuju aula.

Tak lama keduanya sampai pada pintu utama aula. Mereka memasuki pintu itu, dan terlihatlah lautan manusia yang berdesakkan mencari teman sekelasnya. Tak lupa dengan suara riuh berisik mereka memenuhu ruangan aula yang luas itu.

"Ayo, Sha. Kelas kita mana, ya?" Gumam Hansel yang dapat Ayesha dengar di tengah berisiknya suara-suara manusia.

Ayesha hanya dapat mengikuti langkah Hansel memasuki ruangan. Tubuh cowok itu tinggi, ia berjinjit mencari barisan teman sekelasnya. Sementara Ayesha hanya bisa mendongak memerhatikan itu, tubuhnya tidak terlalu tinggi.

"HARAP TENANG SEMUANYA. BERBARIS DENGAN RAPIH SESUAI KELASNYA, YA!" Ucap Pak Iwan melalui pengeras suara.

Hansel memicingkan matanya menelisik lautan manusia. Pandangannya mengedar dan mendapati Bima yang melambaikan kedua tangannya ke atas, mengintrupsi padanya bahwa barisan kelasnya ada di sana.

"Ayo, Sha." Ucap Hansel berbalik ke belakang namun ia tidak mendapati Ayesha di sana.

Ditengah kebingungannya, Ayesha celingukkan mencari Hansel yang sudah menghilang di hadapannya. Ia berdecak kesal, harus berdesakan seperti ini membuatnya sesak.

"Aduh!" Teriak seseorang di samping Ayesha karena gadis itu sudah terduduk akibat seseorang yang menabraknya dengan keras.

"Woi! Santuy dong gak usah lari-lari!" Kesal gadis itu entah pada siapa. Pelakunya sudah menghilang entah kemana. Setelahnya, gadis itu langsung membantu Ayesha berdiri.

"Kakak nggak apa-apa?" Gadis itu bertanya sambil menatap Ayesha yang meringis merasakan perih pada jari tangannya yang sempat terinjak orang-orang karena terjatuh tadi.

Ayesha menggeleng pelan sambil berusaha tersenyum pada adik kelas yang membantunya.

"Terima kasih,"

"Hati-hati kak, aku duluan baris ke sana." Tunjuknya lalu pergi meninggalkan Ayesha.

Ayesha meringis pelan. Ia melihat jari tangannya yang sedikit lecet. Setelahnya Ayesha mengibaskan jarinya beberapa kali untuk menghilangkan rasa sakitnya.

'Ini kalau terkena air pasti perih,' batinya masih sambil meringis.

Ia berjongkok mengambil note-book miliknya yang terjatuh, lalu matanya menangkap sebuah gantungan berbentuk gitar yang tergeletak tak jauh dari note-book miliknya.

Ia celingukkan berharap pemilik gantungan itu mencarinya, namun ternyata tidak ada. Semuanya sibuk mencari barisan kelasnya.

'Punya siapa?'

"SEMUANYA BARIS DENGAN RAPIH TANPA PERLU MENGELUARKAN SUARA!" Suara Pak Iwan kembali mengintrupsi lewat pengeras suara.

Ayesha menghela nafas lalu mengambil gantungan kunci itu dan memasukkannya pada saku roknya. Setelahnya ia berjinjit mencari Hansel yang entah kemana.

Ayesha berjalan ke tengah, ia celingukkan dan mendapati murid kelas tetangganya yang ia kenal.

'IPS 3 pasti sebelah kanannya,' batinnya langsung berjalan menerobos manusia yang masih berdesakkan kesana-kemari.

Unspoken Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang