Cp.15

65 7 0
                                    

Sekolah - Gudang Belakang

BRAK!

Xander dan teman-temannya menoleh ke arah pintu yang dibuka kasar.

"Apa maksudnya? Kenapa kau membawa nama ayahku dan kakakku? Apa maksudnya kak William otak dari masalah yang menimpaku dan ibuku?! Apa maksudnya?! Kau siapa sebenarnya?!"

"Keluar!", titah Xander pada semua teman-temannya termasuk asisten pribadinya.

Ia berjalan ke arah gadis yang sudah berderai air mata dengan raut wajah marah menatapnya.

Minji yang mendapat tugas kebersihan, berniat membuang beberapa barang di gudang belakang sekolah. Langkahnya terhenti saat ia mendengar suara yang tak asing baginya.

Ia memutuskan mendengarkan pembicaraan itu setelah ia mendengar nama ayah dan kakaknya disebut.

Betapa terkejutnya ia dengan hal yang ia dengar. Amarahnya memuncak, hatinya terasa sakit, meskipun semua itu belum jelas kebenarannya.

"Aku jelaskan", ucap Xander dengan lembut, ia mengambil tangan Minji hendak mengarahkan langkah kaki gadis itu menuju salah satu bangku diruangan itu. Namun Minji menghempas tangannya.

"Jangan menyentuhku!", tegas Minji. Seorang pemalu dan pendiam seperti Minji terlihat berbeda dan tidak terkontrol saat marah. Hal ini tidak membuat Xander tersinggung, ia justru merasa harus melindungi gadis ini.

Minji duduk disalah satu bangku. Berhadapan dengan Xander. Tangan Minji terasa sedikit bergetar dan sangat dingin, ia gugup, marah dan sedih.

Ingin rasanya Xander menarik tubuh gadis itu dan memeluknya. Namun tidak mungkin ia lakukan, ia menyadari ia bukan siapa-siapa untuk gadis ini.

Xander menjelaskan semuanya. Ia mencari informasi mengenai kejadian yang menimpa Minji dan ibunya dihari itu. Soal William yang menjadi dalang atas semuanya dan soal ayahnya yang sudah mengetahui semuanya.

Kepala Minji terasa pening. Tubuhnya melemas.

Sosok yang ia anggap sebagai kakak kandungnya. Pria yang sangat baik dan berarti dalam hidupnya, bagaimana bisa melakukan semua hal itu. Dan yang mengejutkan, ternyata ibunya mengalami keguguran karena peristiwa itu.

Minji memegangi dadanya yang terasa sakit, ia menahan tangis pilunya.

"A-aku akan mengha-habisimu ji-jika informasi ini ti-tidak benar"

Tangan Xander terulur mengusap pipi basah Minji. "Kau bahkan boleh membun*hku", bisiknya.

Cukup lama Minji terdiam hanya menangis sepuasnya, sedangkan Xander diam memperhatikan gadis itu. Sesekali ia usap air mata diwajah cantik Minji.

Beberapa saat kemudian, Minji memberanikan diri menatap mata Xander dan berbicara, "Bantu aku".

.

.

.

Mansion - Kamar Jaemin

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Tuan. Nyonya hanya perlu beristirahat yang cukup, kurangi pikiran yang terlalu berat. Saya akan meresepkan obat dan vitamin untuk Nyonya"

Jaemin hanya berdeham sebagai respon. Ia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari wajah pucat istrinya.

"Jae... Aku ingin minum"

Dengan sigap Jaemin membantu istrinya duduk bersandar pada headboard ranjang mereka, ia ambil gelas berisi air minum, ia bantu istrinya untuk minum.

"Terima kasih"

Setelah meletakan kembali gelas itu, ia duduk merapat pada istrinya, ia rengkuh tubuh istrinya masuk ke dalam pelukannya. Ia kecup berkali-kali kening istrinya.

"Maafkan sikapku kemarin. Aku terlalu sedih dan sulit menerima"

"Tidak perlu meminta maaf"

"Aku sangat sedih Jae"

"Sudah cukup menangisnya. Pikirkan kesehatanmu. Minji juha pasti bersedih melihat kondisimu seperti ini"

Y/n menganggukkan kepalanya. Dalam hati ia membatin, ia memang harus menguatkan diri, ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Bukan hanya dirinya yang sedih saat ini.

"Jika kau sudah kembali pulih, ayo kita berlibur bersama Minji. Aku akan mengatur semuanya. Minji mengatakan padaku ingin berlibur. Kita habiskan waktu dengan bersenang-senang"

Y/n menganggukkan kepalanya, ia sembunyikan wajahnya pada dada suaminya.

.

.

.

"Tidak. Aku tidak setuju! Aku akan mengurus semuanya untukmu, tapi aku tidak ingin kau terlibat"

"Aku yang paling mengerti kakakku. Andilku sangat berpengaruh"

"Tidak. Aku tidak ingin menempatkanmu pada posisi berbahaya. Kita tidak pernah tahu rencana apa yang sudah disusun oleh William dan ayahnya saat ini"

Minji meremat kuat kedua tangannya. Ia membenarkan ucapan Xander. Namun ia ingin andil dalam urusan ini, ingin rasanya membuat kakaknya sadar bahwa yang ia lakukan adalah kesalahan besar.

Xander menggeser kursinya semakin mendekat pada Minji. Posisi mereka berhadapan sangat dekat.

"Dengarkan aku. Cukup duduk manis dan menunggu semuanya selesai. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat"

Minji menatap dalam mata Xander. Pria itu berbicara dengan sangat yakin.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kau melakukan ini untukku?"

Deg!

Pertanyaan Minji berhasil membuat jantung Xander berdegub kencang.

"Tidak perlu dijawab. Aku akan menurutimu"

Xander tersenyum tipis mendengar ucapan Minji.

"Oh ya. Kau mau mengajakku kemana nanti? Aku belum meminta izin pada papa dan mama"

Xander menyandarkan diri pada bangkunya, ia melipat kedua tangannya didepan dada sambil menatap wajah cantik Minji. "Ke tempat yang kau sukai"

"Ku sukai?"

"Hm"

.

.

.

Ditempat lain...

"Brengs*k! Dia benar-benar mencabut hak asuhnya! Bahkan tidak memberi kompensasi! Arrrrggghhhh!!!!"

.

.

.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Me Like U Do - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang