Cp.13

33 8 1
                                    

Mansion - Dapur

"Mama"

"Ada apa sayang?"

"Ma, kenapa papa belum pulang?"

"Papa sangat sibuk hari ini. Mungkin akan pulang terlambat"

Minji mengangguk paham, "Lalu oppa? Kenapa aku tidak pernah melihatnya pulang?"

"Oppa juga sedang sibuk sayang. Entah ada hal apa dikantor, papa dan oppa memang sedang sibuk sayang"

"Rasanya sepi sekali. Aku ingin kita kumpul bersama dan berlibur bersama. Aku rindu saat-saat seperti itu ma"

Y/n menghentikan aktivitasnya sejenak. Ditatapnya wajah menggemaskan putrinya yang sedang merajuk. Dengan senyum hangatnya Y/n mendekati putrinya, "Kirim pesan atau telfon papa, katakan keinginanmu. Percaya pada mama, papa pasti mengatakan iya dan menyiapkan semuanya", ucapnya sambil mengusap lembut puncak kepala putrinya.

Dengan mata berbinar Minji menatap ibunya, "Benarkah? Yes! Akan ku coba", ucapnya sambil memeluk pinggang ramping ibunya. "Mmm ma, kenapa perut mama masih sangat rata? Sebenarnya sudah berapa bulan baby didalam sini?"

Deg!

Y/n baru menyadari hal itu. Keningnya berkerut, ia tampak berpikir, ia membenarkan ucapan putrinya. Ia juga merasa ada yang aneh perutnya masih saja rata seiring berjalannya waktu.

"Ma? Mama? Mama melamun?"

"Ti-tidak sayang. Oh ya, mama buatkan pudding buah kesukaanmu"

"Yeay! Terima kasih mama!"

.

.

.

"Nyonya memanggil saya?"

"Yuri, kau tampak semakin segar. Kau benar-benar sudah sembuh?"

"Iya Nyonya. Saya sangat sehat sekarang. Saya bisa menjaga anda sebaik mungkin"

"Syukurlah. Oh ya, aku minta dibuatkan janji pemeriksaan kandunganku malam ini. Hm, lakukan dimansion saja, aku sedang tidak ingin pergi keluar"

"Hm itu Nyonya. Saya minta maaf"

"Ada apa Yuri?"

"Untuk hal itu saya harus mengkonfirmasi terlebih dahulu pada Tuan Jaemin. Ini perintah"

Y/n menatap bingung, "Kenapa harus seperti itu? Lebih mudah jika kau buatkan janji, dokter datang memeriksa, lalu selesai. Suamiku sangat sibuk, tidak perlu menambah beban pikirannya"

"Maaf Nyonya ini perintah dari Tuan. Saya tidak berani melanggar"

Y/n menghela nafas kesal, ia mengambil ponselnya untuk menelfon Jaemin.

Seperti biasa, tanpa harus menunggu lama, suaminya segera merespon panggilannya.

"Jae?"

"Hm?"

"Aku mau dibuatkan janji pemeriksaan kandungan di mansion. Kenapa Yuri tidak bisa melakukannya sebelum mendapat izin darimu? Kenapa harus izin terlebih dahulu?"

Jaemin terdiam. Ia memikirkan jawaban yang tepat agar istrinya tidak marah.

"Jae? Kau mendengarku?"

"Iya sayang"

"Jawab pertanyaanku"

Y/n bisa mendengar helaan nafas suaminya.

"Aku pulang sekarang"

"Kenapa harus pulang? Aku hanya ingin dijadwalkan pemeriksaan kandungan Jae. Kenapa dipersulit?"

"Aku tidak mempersulit sayang. Aku pulang sekarang", ucapnya dengan lembut pada istrinya.

Y/n mendesah pasrah. "Baiklah. Aku menunggu penjelasanmu", setelah mengucapkan hal itu Y/n memutus sepihak panggilan suaranya. Sungguh rasanya ia sangat kesal sekarang. Menurutnya suaminya tidak masuk akal kali ini.

Sedangkan Jaemin sekarang mengumpati masalah ini. Ia bergegas pulang agar istrinya tidak semakin marah. Ia memikirkan penjelasan seperti apa yang akan ia sampaikan agar masalah tidak semakin membesar.

Sekitar 30 menit kemudian, Jaemin tiba di Mansion.

Ia bergegas menuju kamar pribadinya, mencari keberadaan istrinya.

Ceklek!

Dilihatnya wanita cantik itu sedang berdiri menghadap jendela besar dikamar mereka.

"Sayang", panggilannya membuyarkan lamunan sang istri.

Y/n membalikkan tubuhnya. Tak ada senyum cantik menyambut kedatangan suaminya. Ia berdiri dengan kedua tangannya dilipat didepan dadanya, wajah datar yang membuat degub jantung Jaemin berpacu cepat.

Jaemin menghampiri istrinya. Ia kecup cukup lama kening istrinya. Namun tak ada perubahan ekspresi, ataupun suara yang keluar dari bibir istrinya.

"Kita bicara", ajak Jaemin sambil menggenggam tangan istrinya. Mereka duduk disofa panjang dalam kamar itu.

Mereka duduk bersebelahan, sangat dekat, saling menatap satu sama lain. Tangan halus istrinya tak pernah lepas dari genggamannya. Ia mulai menjelaskan semuanya secara rinci, tanpa ada hal yang ia tutupi sedikitpun.

Wajah datar istrinya berubah menjadi wajah sedih dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Sungguh, hati Jaemin hancur melihat wanita yang ia cintai menangis didepan matanya.

Ia bisa merasakan kesedihan istrinya. Iapun sama, begitu hancur kehilangan calon bayi mereka.

Tubuh Y/n melemas, masih dalam diam dan tangis yang semakin menjadi, Jaemin memeluk erat tubuh Y/n yang bergetar.

Mereka berdua hanyut dalam kesedihan. Hingga akhirnya Y/n melepas pelukan suaminya.

"Jae, aku bisa mengerti kau mengkhawatirkanku. Aku bisa memahami tujuan baikmu merahasiakan masalah ini", Y/n melepas genggaman tangan suaminya. "Tapi ini tubuhku, ini calon bayiku. Meski aku mengerti dan memahami alasanmu. Maaf, aku tidak bisa menerimanya"

Y/n beranjak, menatap tajam suaminya. "Untuk sementara aku ingin sendiri", ucapnya lirih sebelum berjalan meninggalkan ruang kamar itu.

Kedua tangan Jaemin mengepal kuat. Amarahnya berada dipuncak.

"Arrrrggghhh!! Sial*n!!"

.

.

.

Bersambung...

Love Me Like U Do - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang