Cp.05

47 8 0
                                    

Berakhirlah disini... Lapangan Basket Indoor yang dipenuhi penonton siswi hanya karena Xander dan teman-temannya bermain basket.

"Akhirnya kita menonton", bisik Riyu.

Minji hanya menanggapi dengan senyuman tipisnya.

Sebenarnya kenapa juga aku malah duduk disini? Aku hanya diminta menonton? Siapa yang menungguku? Siapa yang minta ditonton? Kenapa belum mulai sejak tadi? Batin Minji gelisah.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Mama!

"Halo?"

"Halo sayang? Kamu dimana Minji? Kenapa supir mengatakan kamu belum keluar gerbang sekolah?"

"Maaf ma. Minji sedikit terlambat. Ada permainan basket dilapangan sekolah, Minji dan Riyu ingin menonton sebentar saja"

"Jae... Jangan mengganggu. Aku sedang menelfon Minji. Ok sayang, mama mengerti. Untuk hari ini kursus piano boleh dilewatkan. Mama senang Minji sesekali bersenang-senang dengan teman"

"Terima kasih mama. I love u"

"Love u more honey"

Tut!

Panggilan berakhir.

"Uuu menggemaskan sekali. Kau pasti sangat disayang"

"Tidak juga", jawab Minji seadanya sedikit salah tingkah.

Tiba-tiba riuh sorak sorai begitu ramai terdengar mengiringi beberapa pria tampan masuk ke area lapangan basket itu.

Apa ini tidak berlebihan? Mereka kan hanya bermain biasa? Tapi suasananya seperti pertandingan besar saja, batin Minji merasa aneh.

Tanpa sengaja, beberapa detik pandangan Minji dan Xander bertemu. Hanya sebuah pandangan tanpa ekspresi, sebelum keduanya saling memutus pandangan itu.

Permainan basket dimulai.

Minji yang tidak begitu memahami permainan bola basket hanya menonton tanpa ekspresi. Namun bisa ia lihat sepertinya memang mereka sangat ahli dalam olah raga ini.

Tunggu sebentar...

Minji merasa aneh dengan Xander yang beberapa kali melirik ke arahnya. Xander terlihat lihai dengan permainannya tapi pria itu terlihat sombong.

Apa dia sedang pamer kalau dia hebat dalam olah raga ini? Batin Minji.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

"Halo?"

"Nona Minji maaf bibi mengganggu. Baby sedang dalam perjalanan kerumah sakit hewan. Dia sepertinya keracunan"

"APA?! Bibi tolong kirimkan alamat rumah sakitnya"

Tut!

"Riyu maafkan aku. Aku harus pergi", pamitnya tergesa. Ia bergegas pergi dari lapangan itu dengan ekspresi wajah khawatir dan menahan tangis.

Hal itu tak luput dari pandangan Xander. Suasana hati pria itu menjadi buruk. Ia melempar asal bola basket ditangannya lalu pergi begitu saja.

.

.

.

Mansion Jaemin

"Sayang", panggil Jaemin melihat putrinya sedang duduk disofa ruang bunga milik mamanya. Gadis cantik itu terus menangis sambil memenamkan wajahnya pada bantal sofa yang ia peluk.

Jaemin berjalan menghampiri putrinya. "Sudah. Hm?"

"Tidak bisa. Air mataku terus mengalir. Baby meninggal. Aku merawatnya sejak kecil. Itu hadiah dari Oppa William"

Love Me Like U Do - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang