🍃Kecewa

6 0 0
                                    

Galang mengerutkan alisnya. "Ya kamu tinggal makan masakan kamu, kenapa jadi repot?" tanya Galang, yang entah tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Ranti.

Mata Ranti sudah berkaca-kaca. "Bukan begitu, aku cuman mau setiap malam kita makan bersama, makan masakaan aku, seperti yang kamu bilang dulu, kitakan sekarang keluarga."

Galang mengerutkan alisnya. "Halah enggak usah dibuat ribetlah!" sanggah Galang. Lalu Galang pergi meninggalkan Ranti sendiri diruang tengah.

Ranti menatap Galang dengan tatapan sedih, Ranti terus menatap punggung Galang, hingga Galang benar-benar masuk ke kamarnya.

Air mata Ranti jatuh ke pipi rasanya sakit sekali, karena tidak dihargai oleh suaminya sendiri, sudah cape-cape masak malah tidak dimakan, kalau tahu mau makan di luar tidak mungkin Ranti masak sebanyak ini, setidaknya beri pesan teks pada Ranti jikalau memang mau makan di luar.

Apakah ini sikap asli Galang? Dia sungguh jauh berbeda, Ranti dapat merasa hal itu. Tidak pernah Ranti melihat tatapan sayang dari Galang yang ada sekarang sikapnya dingin.

'Ya tuhan, Ranti mohon kembalikan Galang yang dulu, Galang laki-laki yang manis, baik, manja, sayang sama Ranti, Ranti mohon ya Rab'

🍃🍃🍃

Pagi-pagi Ranti, sudah bangun kali ini Ranti tidak keduluan bangun oleh suaminya. Ranti dapat melihat muka Galang yang tengah tertidur, walaupun sikap dan sifat nya agak berbeda tapi wajahnya tetap sama, tetap jadi pemenang dihati Ranti.

Cepat-cepat Ranti keluar dari kamar Galang, setelah kejadian malam itu, Ranti dan Galang memutuskan untuk pisah kamar karena Galang berani jujur kalau dia belum siap untuk itu, jadi biarlah Ranti tidak ingin memaksakan suatu hal yang diluar kendali Ranti, yang terpenting adalah, Galang tetap ada disisi Ranti dan tidak meninggalkan Ranti sampai kapanpun itu.

"Pagi-pagi kamu mau kemana?" tanya Ranti. Melihat Galang sudah rapih berada diteras rumahnya memakai sepatu.

Galang menoleh pada Ranti.

"Kelihatan mau kemana?" tanya Galang.

Ranti berpikir sebentar lalu menggelengkan kepala pelan.

Benaran enggak tahu, atau cuman pura-pura enggak tahu. Padahal udah lihat Galang pakai sepatu olahraga, jaket, celana traning, tapi masih nanya mau kemana.

"Mau joging kenapa, mau ikut hah?" tanya Galang.

"Joging, mau dong tapi aku enggak punya baju buat olahraganya, pakai begini aja bisa enggak?" tanya Ranti. Yang dimakasud Ranti memakai baju setelan rumah, baju kaos panjang, sama celana biasa, juga kerudung bergo yang sering Ranti pakai.

Galang nampak berpikir keras. "Enggak usah dulu deh, soalnya kurang cocok," jawab Galang.

Ranti terdiam lalu menganggukan kepala, walaupun dalam hati ingin rasanya Ranti marah dengan ucapan Galang yang menyakiti itu namun apalah daya Ranti enggak bisa melakukan hal sekecil itu.

Ranti segera masuk kedalam rumah meninggalkan Galang yang masih berada di teras rumahnya, Ranti jadi khawatir menangis didepan Galang karena ucapanya itu.

🍃🍃🍃

Galang tengah merebahkan tubuhnya dikasur pada siang hari pukul 13.00, Ranti tanpa Izin masuk kedalam kamarnya melangkah mendekat pada Galang.

"Eh Mau apa? Keluar gak!? Gue mau tidur siang," ungkap Galang.

Dia terkejut saat tiba-tiba Ranti berada dihadapanya dengan senyum khas Ranti yang membuat Galang meridig takut, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jemput bahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang