44

23.7K 1.8K 36
                                    

Hari ini adalah tepat satu tahun perceraiannya. Aric menatap cermin, memandang kalung juga mengelusi cincin yang sengaja ia pasang disana.

Sudah satu tahun, tapi dirinya bahkan belum bisa memaafkan dirinya atau apa yang telah terjadi. Bahkan sehari setelahnya pada masa itu, rasa bersalah yang memenuhi hatinya hingga detik ini masih seperti pertama kali. Terlebih ketika ia dapatkan rekaman asli dari Bara Alexander waktu itu. Dunia seolah runtuh tepat diatas kepalanya.

Ini sudah satu tahun. Jangankan menemukan pengganti, berusaha untuk menepati janjinya untuk tidak muncul di depan Gika saja amat sangat berat untuk di lakukan.

Ini sudah satu tahun, namun yang dapat ia lakukan hanya memandang Gika dari jauh juga membiarkan perempuan itu di dekati banyak pria lain, bahkan termasuk karyawannya sendiri.

Dari mana dia tau? Sialnya Aric tidak bisa tidak cari tau. Dia masih memantau Gika, tapi bukankah janjinya hanya tidak muncul di depannya?

Itu juga karena Aric mencoba memahami, Gika tidak suka melihatnya dan itu juga sama saja mengingat luka lama, maka Aric akan mempermudah dengan tidak muncul di hadapannya sama sekali sejak terakhir kali mereka bicara di depan restoran waktu itu.

"Ke kantor?" Alea sejak semalam memang disini, menggantikan Salma yang tidak sempat karena ada urusan mendadak. Aric sakit sejak dua hari lalu, ia demam. Nyaris tidak bisa bangun dari tempat tidur dan mengeluh pusing. Andai Alea tidak memaksanya ke rumah sakit. Bisa jadi hari ini dia belum sembuh.

"Iya" baru kemarin ia di rawat inap dan meminta pulang karena katanya sudah sembuh. Mungkin memang sudah, karena Aric sudah nampak sehat. Sudah tidak panas dan sudah tidak mengeluh pusing. Pakaiannya sudah rapi bersiap kembali bekerja.

"Kamu gak mau cari istri aja?" Aric sampai tidak jadi menyesap kopinya mendengar pertanyaan kakaknya tadi.

"Maksud aku..kamu kayaknya memang butuh orang yang bisa ngurus kamu." Alea kembali berucap ketika tatapan dingin Aric sampai  padanya. Wajar dia bilang begitu, tinggal sendiri di apartment dengan kehidupan hanya bekerja dan olahraga sesekali, makan kalau perutnya sudah sakit atau ketika ada mama-, membuat Alea agak prihatin.

"Enggak perlu, saya bisa sendiri." Iya, dia bisa. Hanya saja memang malas

"Kalau masih sayang ya berjuang dong, jangan kamu terus yang mau di perjuangin." Aric kembali menatap Alea, kalimatnya barusan membuatnya bingung.

"Gika juga masih sendiri sampai hari ini, aku tau." Dan Alea tidak butuh ilmu tinggi untuk dapat tau bahwa Aric memang masih menyayangi perempuan itu. Dia hanya tidak mau memulai dan berlindung di balik kata 'Gika akan tidak nyaman' atau 'dia sangat merasa bersalah'

"Temen aku ada yang kenal Gika, dia iseng nanya apa udah berkeluarga. Dan Gika bilang enggak." Aric tertawa kecil.

"Belum berkeluarga bukan berarti gak punya pasangan." Mungkin saja Gika hanya memang belum ingin menikah lagi kan?

"Kamu mau begitu?" Aric terdiam, matanya hanya ingin menatap cangkir kopinya. Membayangkan Gika berbahagia dengan orang lain memang tidak menyenangkan, tapi Gika juga berhak untuk itu.

"Gak usah khawatir, bahagia udah di takar dan gak akan tertukar." Aric memutuskan beranjak, ia tidak jadi menyesap kopi juga memakan sandwich buatan Alea.

______

Elegiac sejak beberapa bulan belakangan memang banyak mengeluarkan menu baru, terutama di bagian pastry. Gauri yang punya banyak relasi itu tentu saja banyak mengajak teman-temannya untuk mencoba segala macam menu baru yang ada.

Mereka seperti kekurangan karyawan tiap harinya, pekerjaan agaknya terlalu banyak. Tapi entah sejak kapan, Gika memang suka menyibukkan diri.

Pagi yang sangat sibuk, Elegiac mendapatkan banyak pesanan coffe slice cake hari ini. Seorang wanita paruh baya juga sosialita akan datang malam nanti untuk merayakan ulang tahunnya yang ke empat puluh tahun.

BORN TO BE OVERLOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang