2

1 0 0
                                    

Rasanya baru kemarin aku jatuh cinta. Rasanya baru sepuluh menit yang lalu aku ada di butterfly era. Ah, perasaan yang melambung tinggi bisa berubah dalam hitungan detik. Menggema menjadi luka yang paling dalam, dan menjadi dendam yang tak bisa redam. Sepuluh menit yang lalu hubungan cintaku masih terjalin indah. Komunikasi kita terjalin baik hingga aku tak sadar seberapa retak kebaikan itu menjadi kebencian yang tak pernah ku kira.

Siang ini, saat bumiku masih berotasi baik di tempatnya. Aku mendapatkan pesan aneh dari teman baikku. Aku hanya melihat sekilas, tanpa menghiraukan aku kembali makan siang bersama ibu. Tapi pesan itu terus datang seolah sinyal ada kabar darurat yang harus dibaca. Aku masih santai, sampai akhirnya pesan itu beralih pada telephon. Aku mengangkatnya sembari berjalan ke arah westafel untuk cuci tangan.

"Mba Azki, ada orang yang menghubungi aku dan memaksa minta nomor WA mba Azki" ujarnya begitu aku sapa di telepon.

"Memangnya siapa? Ah jangan-jangan penipu" jawabku mengingat memang banyak sekali informasi penipuan telepon.

"Tapi kayanya dia serius deh mba bukan penipu. Oh ya katanya dia kenal tunangan mba Azki. Dan ada yang ingin disampaikan perihal tunangan mba Azki" aku mengernyitkan dahi. Aneh, siapa orang yang dimaksud Nabilla ini.

"Coba deh mba Azki komunikasi sama dia. Kalau dilihat dari postingannya, dia perempuan normal deh mba kayanya" lanjut Nabila lagi. Aku semakin merasa aneh.

"Dia juga berteman sama mba Nurin mba, dia santriwati" aku makin penasaran identitas perempuan itu. Padahal Nabila ini tidak tau bahwa aku sudah bertunangan. Darimana perempuan asing itu tau aku sudah bertunangan. Dan tunggu, darimana dia kenal tunanganku. Karena sejauh ini aku hanya tau tunanganku gaptek dan ansos. Bagaimana tidak, dia tidak memiliki sosial media, dia tidak tau apa itu shopeefood. Dia juga tidak tau istilah delivery, dia itu tidak tau apa itu top up. Tapi kali ini ada perempuan asing yang mengenal dan akan bercerita tentang tunanganku. Siapa dia? Tidak mungkin salah satu keluarganya. Karena jika iya sudah pasti dia dengan mudah meminta kontak ku pada saudara atau mungkin pada tunangan ku langsung.

"Yaudah suruh dia Direc Messenger aja Instragram ku" jawabku pada Nabila akhirnya. Tentu saja kontak WA sangat privasi buat ku. Tidak mungkin aku mau memberi kontak WA pada orang asing. Komunikasiku dengan Nabila berakhir. Aku dengan penasaran yang tinggi segera membuka akun privatku agar si wanita misterius itu mudah mengirim DM tanpa memfollow akun IG ku.

Assalamualaikum mba Azki, perkenalkan saya Mawar

Waalaikumussalam, mba siapa ya??

Maaf mba kalau mengejutkan Azki, tapi aku bukan orang jahat ko. Aku disini mau berkenalan sekaligus memberikan informasi penting tentang tunangan mba Azki

Makin aneh balasan pesan wanita itu. Aku sudah sangat penasaran identitas dia tapi dia malah tidak menjawab pertanyaan ku ketika aku bertanya siapa dia.

Mba siapa? Bagaimana bisa kenal tunangan saya? Dan darimana tau saya hingga meminta bantuan teman saya untuk menghubungi saya

Saya Mawar Mba, istri kedua tunangan mba. Mas Arya.

Bagai disambar petir di siang bolong. Jantungku terasa berhenti membaca pesan singkat itu. Lidahku kelu. Mataku nanar, perasaan ku hancur tak beraturan. Apa ini? Bagaimana bisa? Ah tidak. Tidak mungkin berita itu benar. Karena jika iya, sudah pasti orang tua dan keluargaku tau fakta ini. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku mengulik pertanyaan lebih dalam pada mawar, perempuan yang mengaku istri tunanganku.

Bagaimana bisa saya mempercayai perkataan mba. Bagaimana bisa percaya informasi itu valid balasku.

Aku tau pasti mba sulit menerima informasi ini. Tapi memang begitu adanya. Sebentar saya akan mengirim foto. Dan setelah sholat dhuhur ini saya hubungi mba. Kita bisa berkomunikasi lewat telepon kan mba?

Iya silakan.

Sembari menunggu perempuan itu melanjutkan komunikasi kami. Aku segera menghubungi laki-laki itu. Laki-laki yang menghantui penasaran ku tentang pernyataan perempuan misterius itu.

Assalamualaikum, mas sibuk? Aku mau tanya

Waalaikumussalam, tanya apa dik? Tidak menunggu lama aku sudah mendapat balasan dari laki-laki itu.

Maaf jika ini menyangkut masalalu mas, tapi aku harus mengkonfirmasi berita ini

Hanya menunggu centang dua itu berubah biru dan dia langsung menghubungiku lewat telepon.

"Assalamualaikum" ujarnya

"Waalaikumussalam"

"Mau tanya apa dik?"

"Mas kenal perempuan bernama mawar?" Tidak ada suara. Hanya detak jantung semakin cepat yang terdengar di obrolan ini. Entah ini suara jantungku atau jantungnya. Tapi aku semakin risau tidak mendengar jawaban dari seberang.

"Apa benar dia istrimu yang kedua?" Tidak kunjung mendengar jawaban dari seberang aku bertanya lagi. Tapi hanya hembusan panjang yang aku dengar. Aku ingin menangis. Tapi aku kumpulkan sisa-sisa pertahananku untuk mendapatkan kebenaran pernyataan itu.

"Kenapa diam? Jadi benar mawar itu istri kedua mu? Jadi benar yang dikatakan perempuan itu?" Cecarku mengejar jawaban dari seberang.

"Jangan percaya mawar dik, dia toxic" hatiku melongos. Satu jawaban itu cukup membenarkan bahwa laki-laki itu mengenal mawar, bahkan berani menilai karakter mawar.

"Selama ini kamu membohongiku mas? Kenapa?? Selama ini kamu membohongi keluargaku mas? Kenapa??" Cecarku lagi. Aku semakin remuk dan tak siap mendengar jawaban dia.

"Aku tidak bermaksud membohongimu. Tapi waktunya tidak tepat untuk menyampaikan kabar itu padamu" hanya itu tanggapannya. Aku semakin ingin marah. Apa maksudnya? Kenapa dia tega menyembunyikan kabar ini dari keluarga ku? Kapan waktu tepat yang dia maksud? Apakah menunggu pernikahan itu terjalin dan membuatku menyesal seumur hidup?. Ingin ku utarakan semua itu, tapi aku tak sanggup. Air mataku hampir jatuh. Aku tak mau terlihat lemah dengan dia mendengarku menangis. Tidak. bukan hanya itu, aku tak akan lagi sanggup berbicara lagi jika aku membiarkan air mataku jatuh dan menangis.

"Kamu tau kan wanita seperti apa aku? Kamu tau kan resiko dari membohongi wanita sepertiku?" Hanya itu yang terujar dari bibirku.

"Iya aku tau, wanita independen sepertimu tidak butuh laki-laki dan aku siap dibuang kapan saja" bagus. Dia tau jawaban apa yang ingin aku dengar.

"Baiklah, Jika seperti itu. Kamu sudah tau resiko dari membohongiku. Kamu tau jika aku bisa membuang laki-laki Seperti mu kapan saja".

"Sudah dulu ya, aku ingin berkomunikasi dengan istri keduamu itu. Aku ingin mendengar fakta menarik apalagi yang aku temukan tentang dirimu" lanjutku yang ku tutup dengan salam.

Barulah setelah itu aku menumpahkan seluruh air mataku. Aku memeluk diriku sendiri karena sudah hebat mampu bertahan hingga telepon itu berakhir. Aku bungkam Isak tangisku. Takut ibu naik ke kamarku dan mendengar tangisanku.

Lelaki mana lagi yang harus ku percaya, jika lelaki pilihan keluargaku yang dianggap sangat baik saja bisa menciptakan luka paling dalam.

Rintik Yang Tak Sempat HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang