Bab 3: Gedung penghakiman

2 2 0
                                    

Suatu ketika, ia dijahili oleh teman-temannya dengan mendorongnya ke dalam sebuah danau. Saat tubuhnya tenggelam ke dalam danau, tiba-tiba ia sudah berada di suatu tempat yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Di sana, ia seperti orang yang kebingungan.

"Selamat siang anak muda, sepertinya kau tersesat," sapa seorang pria dari samping.

Kenkichi menolehkan pandangannya kepada pria itu. Sedangkan pria itu terkejut melihat warna mata dan simbol yang ada dibalik poni Kenkichi.

"Simbol itu, ..." Pria itu tidak bisa berkata-kata. "Siapa namamu? Dimana keluargamu?"

"Namaku Kenkichi. Aku, ... tidak mempunyai keluarga," jawab Kenkichi.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku mengangkat mu sebagai anak angkatku?" Tanyanya sambil tersenyum lebar.

Kenkichi diam sebelum menjawab. Ia memang tidak punya tempat tinggal dan hidup sendirian. Ia pun terpikir untuk menerima ajakan pria itu.

Kenkichi mengangguk. Pria itu kemudian membawanya ke rumahnya. Ia mengajarkan Kenkichi bagaimana caranya berdagang dan menikmati hidup. Sesekali ia melatih kekuatan Livara anginnya.

Waktu terasa berjalan sangat cepat. Kini, umur Kenkichi hampir menginjak enam belas tahun. Ia tumbuh menjadi remaja yang ceria.

Namun, suatu ketika, saat Kenkichi kembali dari berdagang. Ia mencari pria yang ia panggil paman itu ke dapur.

"Paman?" Kenkichi beranjak ke kamarnya.

Ia membuka pintu kamarnya. Kenyataan pahit harus ia terima. Matanya terbuka lebar saat melihat pamannya gantung diri.

"Paman?" Kenkichi tidak bisa berkata-kata. Langkah kakinya membawanya ke secarik kertas yang berada di atas meja.

Ternyata, tulisan di atas kertas itu lebih menyakitkan dari kematian pamannya.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa kau adalah keturunan raja Bimagan. Aku menyesal seumur hidupku karena telah menjaga dan mendidikmu. Kenapa aku harus bertemu dengan monster sepertimu? Kenapa? Aku sungguh berharap bahwa kau segera pergi karena keberadaan Bimagan tidak pernah diterima di sini!"

Pecahan memori itu seperti berjalan dengan sangat cepat dan saat cahaya putih bersinar terang, Kenkichi terbangun dari mimpinya. Ia membuka kedua matanya dengan sangat berat.

"Ibu..." Lirih Kenkichi dengan pelan, suaranya hampir tidak terdengar. Ia rindu dengan belaian kasih sayang ibunya semasa ia kecil, ia juga rindu dengan ayahnya yang selalu menggendongnya sembari menidurkannya.

Tapi, semua itu tidak bisa lagi ia rasakan. Alih-alih memikirkan nasibnya, Kenkichi teringat dengan teman-temannya. Ia berharap mereka selamat dan tidak pergi mencarinya. Karena dirinya tidak pantas berada di dunia ini. Ia adalah seorang Bimagan yang tidak diterima keberadaannya oleh siapapun.

Dalam sel penjara yang dingin, gelap, dan lembab, Kenkichi terkulai lemah di atas lantai tanpa alas. Lantai itu sangat dingin.

Kedua kaki dan tangannya terikat borgol besi yang dirantai ke paku besar di keempat sudut ruangan. Ia membisu dan tak mampu lagi mengeluarkan suara. Rasa perih yang amat dalam ia rasakan sendiri, ia hanya bisa mempasrahkan diri dengan takdir.

Saat Kenkichi teringat dengan senyuman hangat ibunya, ia tidak sadar air matanya menetes. Saat ia teringat lagi dengan perkataan ayahnya bahwa ia tidak diinginkan oleh siapapun, air matanya mengalir deras membasahi pipinya.

Dalam tangisannya yang tidak bersuara, jauh di dalam lubuk hatinya, ia berharap seandainya ia tidak dilahirkan pasti ia tidak akan merasakan semua penderitaan ini.

Kylen's Sky Rumbles Vol 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang