Itulah kamu, datang dan pergi seenaknya tanpa memikirkan bagaimana aku harus menerima semua tindakan kamu.
-WOUND WITH MEDICINE-
Setelah kesadaran Radit kembali ia langsung melepaskan pelukannya walaupun sedikit tidak rela. "Lo kenapa bisa disini?" tanya Radit meneliti penampilan Azyla yang sudah acak-acakan.
"Gue... mendadak diturunin sama pacar gue." Radit hanya menutup mulut tak percaya mendengar penuturan Azyla.
"Kenapa bisa?"
Azyla menatap Radit sejenak lalu menunduk. Ia memang sangat menyedihkan dalam dunia percintaan. Radit menghela nafas pelan. "Yaudah sekarang mau ke rumah gue gak?" tawar Radit diangguki Azyla.
"Pake helm gue nih." Azyla menerima helm milik Radit, namun nanti yang punya helm memakai apa dong?
Azyla menyodorkan kembali helmnya. "Lo aja yang pake, lo pengemudi jadi harus aman." Kata Azyla tiba-tiba saja membuat telinga Radit memerah.
Aneh. Padahal kan itu hanya kalimat yang sangat amat wajar diucapkan. Namun kenapa terasa spesial di telinga Radit?
"O-oke?" ucap Radit gugup, ia mengalihkan pandangannya sambil memakai helm. Namun tak jadi karena memikirkan yang diboncengnya adalah perempuan jadi harus ia lindungi. Beda cerita jika teman lelaki yang ia bonceng maka tak akan ia berikan helmnya.
'Sial murahan banget sih perasaan gue' Radit memegangi jantungnya yang berdetak kencang hanya karena sebuah kalimat yang diucapkan Azyla.
"Lo aja yang pake soalnya bahaya jalanan, gausah mikirin gue soalnya gue bisa jaga diri," ujar Radit memberikan kembali helmnya yang diterima oleh Azyla.
"Oke. Let's go!" seru Azyla menggerakkan tangannya ke depan seraya menyuruh pengemudi menjalankan motornya. Lalu memakai helm milik Radit.
Radit terkekeh kecil. "Baiklah tuan putri, pegangan yang erat."
"EH?!" Radit melotot kaget merasakan pinggangnya di peluk erat oleh penumpang di belakangnya. Lalu ia mengulum senyum dan menjalankan motornya tanpa mau memberitahu Azyla mengenai tindakan dia.
Selama di perjalanan hanya ada kesunyian diantara keduanya. Mereka masing-masing sibuk berperang dengan pemikirannya sendiri. Radit yang sibuk berpikir bagaimana cara melepaskan Azyla dengan cowok brengsek itu. Sedangkan Azyla berpikir bagaimana cara mempertahankan hubungannya dengan Rezya.
Tidak ada yang tahu bahwa salah satu dari kedua pikiran tersebut akan terwujud.
Sesampainya di rumah...
"BUNDAA," teriak Radit begitu memasuki ruang tamu. Azyla hanya meringis mendengar teriakan Radit karena sudah bukan hal baru setiap kali Radit memasuki rumah dia akan berteriak memanggil bundanya.
Azyla menepuk bahu Radit. "Kebiasaan lo dari dulu gak pernah berubah ya," ucap Azyla lalu mengedarkan pandangannya menyapu ruang tamu. "Mana bunda lo? Tumben sepi deh," tanya Azyla.
Radit menuntun Azyla dengan memegangi bahunya sambil berjalan ke sofa. "Sekarang lo duduk dulu disini sambil tunggu bunda gue, gue mau ke dapur dulu." Azyla mengangguk setuju.
Selang dua puluh menit tiba lah bunda Radit menuju ke dalam rumah. Ia hendak meneriaki nama anaknya namun urung karena melihat pemandangan dimana hanya melihat punggung anaknya seperti sedang mengurung seseorang.
"Hah? Mereka lagi ngapain?" gumam Ziya--Bunda Radit curiga karena anaknya ini tak pernah membawa seseorang ke dalam rumah.
Ziya berjalan pelan menghampiri mereka yang sedang tertawa pelan, ia menepuk pundak anaknya yang sedang terkekeh sontak membuat Radit tersentak kaget. "Hahhh!" Kaget Radit membuat Azyla refleks menoleh ke belakang.
"Kenapa kaget gitu?" tanya Ziya menatap anaknya curiga. Kemudian ia beralih menatap seseorang yang ia kenali. "Azyla ya?" ucap Ziya memastikan. Azyla mengangguk tersenyum lalu ia menyalimi pungggung tangan Ziya.
"Apa kabar sayang?" Radit menaikkan alisnya heran melihat tingkah bundanya yang so akrab. Mana tiba-tiba merangkul pundak Azyla. Ia 'kan jadi mau ikutan. Ehh?
"Baik tante."
"Tumben kamu kesini, lagi pacaran ya sama anak tante?" tanya Ziya menaik turunkan alisnya menggoda Azyla. Azyla hanya tersenyum kikuk bingung mau menjawab apa. Radit yang melihat gelagat Azyla tak nyaman mendengar pertanyaan bundanya langsung menjawab.
"Kita cuma temen mah."
"Hah?"
Ziya mendadak ngeblank. Otaknya serasa mendadak berhenti mendengar langsung jawaban dari anaknya. Teman kok tapi dekat-dekat begitu duduknya?
"Serius?" tanya Ziya memastikan bahwa telinganya hanya salah mendengar. Namun Azyla mengangguk menyetujui jawaban Radit. Seharusnya dari awal ia menolak tawaran Radit untuk kesini supaya tidak terjadi kesalahpahaman yang terjadi di rumah ini.
Ziya menutup mulutnya tak percaya. Kalo cuma teman kenapa tadi duduknya pada dekat?
"Tadi aku lagi ajarin main game bun, makanya posisinya agak deket kaya tadi." Seperti bisa membaca pikiran bundanya Radit menjelaskan agar tidak semakin salah paham.
"Yuk pulang Zy, udah malem juga," ajak Radit mengode Azyla agar mengiyakan ajakannya. Azyla mengangguk mengerti kemudian izin pamit pada Bunda Radit.
"Nanti aku kapan-kapan main kesini ya tante," kata Azyla lalu tersenyum kepada Bunda Radit sebelum melenggang pergi dari kediaman rumah tersebut.
Radit yang hendak menyusul Azyla malah ditarik tangannya oleh sang Bunda. "Kamu punya hutang penjelasan ya." Lalu setelah mengatakan itu Ziya langsung pergi menuju kamar.
"Gimana cara gue ngejelasin ke bunda soal ini semua?"
Kali ini perjalanan terasa hangat karena sedari tadi Azyla terus mengajaknya berbicara. Ia menanggapi semua perkataannya sambil melirik pujaan hatinya dari kaca spion yang sengaja ia arahkan memantul ke wajah Azyla.
"Terus kalo tipe cewek lo gimana Dit?
"Hah?" Tiba-tiba banget nanyain ini?
Radit seperti sedang berpikir, apa harus ia ungkapkan saat ini juga? Kebetulan seperti nya hubungan Azyla dengan cowok tidak jelas itu sedang diambang putus kan? Baiklah dia akan mencoba nya.
"Tipe cewek gue kay-,"
"Kalo gue tipe cowoknya kaya Rezya Dit, pacar gue yang sekarang," sela Azyla sebelum Radit menjawab pertanyaan random darinya.
DEG!
HAH??
KOK GINI??!!
-Wound With Medicine-
Jujur kalo aku update lama itu karena sesuka hati aku guys soalnya sampai part ini belum ada peminat cerita aku huhu makanya slow update T_T
Tapi kalau kalian menunjukkan batang hidung kalian wkwk bisa kali aku update tiga hari sekali mwehehe
Part kali ini segini dulu ya gaiss, see you next part

KAMU SEDANG MEMBACA
Wound With Medicine
Teen Fiction"Jangan pergi, ayo bertahan terus kita bikin Happy Ending Zy" Memang untuk apa mempertahankan kisah toxic ini? Apa yang diharapkan dari hubungan saling menyakiti? Tidak, hubungan ini hanya menyakiti satu pihak. "Konyol, ada saatnya gue udah cape per...