💃O4💃

1.4K 47 19
                                    

Setengah jam sudah terlewati Raya pun membuka penutup mata Icad membuat si empunya mata harus beradaptasi dulu dengan cahaya kamar.

Sudah selesai barulah Raya menaruh sebuah kamera tepat di hadapan Icad lalu mulai membuka saputangan yang sudah sangat lepek akibar liur Icad yang berlebihan.

"Ihhh, liat tuh. Ihhh Icad ngeces banyak banget. Kayak adek bayi." Goda Raya sambil menunjuk pantulan wajah Icad dari kamera ponselnya.

"OghHhh!! OGghhh!!" Protesnya tidak jelas dan malah membuat seisi liur yang terkumpul di dalam ballgag itu keluar.

Setetes kental nan panjang menetes dari mulut Icad. Ia sendiri bisa dengan jelas melihat jatuhnya liur itu dari mulutnya. Sungguh jijik dan memalukan.

"Ya ampun adek bayi gimana sih ini? Adek bayi bukan sih ini?" Tanya Raya sambil membersihkan air liur yang membasahi area mulut dan dagu Icad.

Icad menggeleng sambil menyangkal semua tuduhan bayi bayi itu dari Raya. Namun semakin Icad kesal semakin gencar Raya menggodanya.

"Bayi ya ini? Iya bukan? Iya kan??"

"HOHKANN KHAKKK! HOKHANN!!" jawabnya dengan wajah yang sangat merah.

Raya sambil menahan pipisnya karena melihat Icad yang sangat amat menggemaskan ini. Ia sampai berfikir melakukan kebaikan apa dirinya di kehidupan sebelumnya sampai-sampai dipertemukan dengan pria semanis ini.

"Hahahah, coba sini dulu masih ngeces gak nih? Kalo masih gak dilepasin." Kata Raya sambil mengangkat bahu Icad dan menahan dada pria itu menggunakan pahanya. Sekarang kepala Icad mengambang di tengah tubuh Raya yang duduk bersila di kasur.

"Tuh kan masih netes. Tahan dulu dehh! Hehehehe," jahil sekali memang Raya.

Icad sampai kehabisan cara untuk meladeni Raya. Namun masalahnya adalah. Tak ada sekelibatpun pikiran untuk mengucapkan safe word yang sudah mereka buat sejak awal. Karena sepertinya Icad memang tanpa sadar menikmati dijahili seperti ini.

"Kalo masih netes lagi, kamu dihukum. Dihukum ya mau ya?" Icad menggeleng, "Harus mau. Karena itu kewajiban seorang slave pada Mistress nya. Kalo dikasih perintah terus gak mampu dilaksanakan, mau gak mau harus terima hukuman. Gitu, Cad. Mau main roleplay kayak gitu atau aku lepasin aja habis ini?" Tanya Raya penuh consent akan hal yang akan ia lakukan selanjutnya.

"Kalo kamu diem, I'll take it as a yes. Okay?" Ujar Raya sambil membuka kelima jarinya dan perlahan ia turunkan satu persatu tanda menunggu gelengan dari Icad jika memamg tidak mau melanjutkan.

Sampai akhirnya semua jari tertutup dan Raya tersenyum manis pada Icad. "So, is a yes, ya Dek!"

"Uluh-uluhh anak pinter. Berani mencoba hal baru. Aku bangga banget sama kamu. Keren sekali dedek. Aku sangat apresiasi keberanian kamu."

Gue beneran gak nolak loh. Wkwkwk, ini gue beneran nikmatin sesi being dominated kayak gini ya? Diperintahin, nurut, gak melawan, seneng diapresiasi, sekarang malah oke-oke aja kalo bakalan kena hukuman. Ini aneh gak sih? Tapi kok gue beneran interest banget sama dunia yang berhasil bikin gue tegang selama setengah jam lebih. Bro? I don't know! Batinnya meracau.

"Ouuu! You got the punishment, dek!" Dan tanpa sadar Icad malah meneteskan air liurnya.

Icad seketika sadar dan malah berubah panik. Ia disuruh menunggu sementara Raya membuka tasnya dan mengambil sesuatu dari sana. Kemudian ia bergerak ke lemari serta mengeluarkan sebuah handuk kecil yang sudah terlipat rapih bentuk persegi.

Jujur Icad sedikit menyesal tidak menjawab Raya tadi. Tapi sekarang jantungnya berdegup kencang. Entah karena takut dihukum, atau karena malah menunggu serta penasaran akan hukumannya. Ia tidak bisa membedakan.

Make Me HardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang