Bab 14;LEMBARAN BARU

1.1K 55 4
                                    

.
.
.
.
.
LEMBARAN BARU

"Menurut kak Awan gimana?"

"Engga ada salahnya, sih." Balas yang lebih tua. "Kalau gue juga mikir begitu." Balas Awan sambil membalikkan tampe yang ia goreng.

Atha tiba-tiba bertamu ke kosannya sambil membawa bahan-bahan mentah untuk di masak. Entah kenapa tiba-tiba saja begitu.

"Aku kepengen ngajarin dedek jalan."

"Boleh aja selalu di bawa ngomong, Tha tapi jangan pake bahasa bayi terus usahin ngomongnya biasa aja, takutnya mereka lambat ngomong nantinya."

Atha setuju dengan itu. Ia menatap Alfino yang bermain dengan barang-barang milik Awan yang tertata rapi di lemari pendek di sana. Alfino itu anak yang terlampau banyak energi. Bisa seharian bermain walaupun seorang diri saja.

"Bawangnya, Tha."

"Aku ngerasain kalau dedek bayi jarang banget ngomong gitu."

"Maksudnya?"

"Ya kalau tunggu di ajak ngomong baru ngomong ga pernah deluan dia yang ngomong, kak."

"Anaknya pendiam, mungkin."

"Engga yakin~ mana mungkin pendiam kakak liat aja mas Fano orangnya gimana?"

"Fano kenapa?"

"Jahil, cerewet, banyak mau. Dedek asik banget main di gangguin, apa lagi kalau tidur pasti di ganggu. Pokoknya aku sama dedek itu jadi bahan jahilnya mas Fano doang."

Fano jahil?

Yang Awan tahu sejak mereka bersama-sama sebagai sahabat. Fano adalah anak yang pendiam tidak terlalu suka mengeluarkan sebuah suara, tergolong anak yang suka memperhatikan keadaannya saja. Tidak seperti yang di katakan Atha barusan.

Apakah ini sifat asli seorang Elfano Firmansyah?

"Ugh? Masa sih, Tha? Kok gye kurang yakin? Eh nugget nya digoreng juga?" Atha menganggukkan kepalanya masih sibuk dengan sambel yang ia buat.

"Dedek." Tegurnya melihat kelakuan anaknya yang berniat melemparkan barang milik Awan. "Jangan di lempar gitu nanti rusak punya kak Awan."

"Ma! Tu na."

"Itu apa? Mau sambel? Sini jalan sini."

"No...!!!" Teriaknya.

Atha menatap Alfino dengan sedikit greget karena anak kecil itu hanya bisa berjalan sebanyak 3 langkah saja kemudian kembali duduk dan merangkak. "Ayok dong, dek. Coba jalan masa mau jadi abang belum bisa jalan." Ucapnya tanpa sadar.

Awan yang mendengar itu menatap Atha dengan horor, bagaimana? Maksudnya, umur dedek bayi baru 2 tahun dan milik adik? Yang benar saja apa Atha tidak akan stres dan mengurus keduanya yang terlampau sama-sama masih balita dan anak bayi.

Mungkin Atha hanya bercanda saja.

Sedangkan di dalam dunia si kecil sangat giat berusaha untuk melangkah kakinya. Walaupun ia jatuh dan bokongnya sakit tetapi Alfino masih kuat berusaha berjalan untuk menyampaikan tubuhnya di belakang sang mama.

"Uuu ma..." Gumamnya pelan.

Kepalanya tertoleh kebelakang melihat siapa yang membukanya pintu. Langkah Alfino malah berbalik berusaha untuk sampai pada seseorang yang membukakan pintu secara diam-diam.

Tinggal beberapa langkah saja tubuhnya langsung di angkat setinggi mungkin. "PA!!!" Teriaknya kuat karena marasa usahanya sia-sia karena belum sampai di hadapan papanya.

DEDEK BAYI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang