Bab 02; AKHIR PERTANYAAN YANG MEMBAHAYAKAN

1.8K 100 3
                                    

.
.
.

AKHIR PERTNYAAN YANG MEMBAHAYAKAN.

"Wangi banget cucu eyang, mau kemana sih tampan."

Tuh, dedek bayi baru saja selesai mandi langsung di cubit sana-sini sama orang rumah. Padahal, baru saja turun bersama dengan Atha kebetulan baru bangun, karena semalam begadang menemani anaknya bermain.

Di meja makan sudah terhidang berbagai menu makanan kesukaan setiap orang rumah. Mungkin, ada hari spesial untuk hari ini, Atha duduk di samping eyang yang kebetulan memaksa untuk duduk dekat dengan anaknya.

"Mau jalan, Tha?"

"Engga kok eyang."

"Atau kalian berdua mau antar papa Fano, nih?" Godaan dari Marisa membuat Atha sedikit menatapnya kesal. "Tapi... Papa Fano mau jalan sama tante Salsa." Marisa mengatahui hubungan antara adik iparnya dengan Salsa. Hanya orang tua lelaki itu saja yang tidak mengatahui perangai buruk anak bungsunya itu.

"Salsa? Siapa, Fan?"

"Gak ada kok, buk."

Fano meremas pahanya sendiri takut hubungan diam-diamnya ketahuan. "Kak Risa, salah orang kalik." Elaknya sedikit was-was. Atha yang melihat itu hanya membuang napas pelan saja.

Malas bersama dengan orang seperti Fano.

"Aku ke atas duluan, ya, eyang, ibuk, kak Risa."

Atha langsung saja menggendong Alfino pergi dari sana meninggalkan meja makan. Biar mereka berdua sarapan di kamar saja, Atha tidak mau juga menambah beban pikiran jika mendengar perkataan yang keluar dari mulut Fano nantinya.

"Sayangnya mama mau mam bubur enak."

"Ma..."

Lucu banget Alfino. Sayangnya, nasib Alfino tidak seindah dirinya sendiri. Papanya sendiri yang tidak terlalu memperdulikan keberadaan keduanya dan lebih mementingkan kehidupan asramanya seorang diri saja.

"Dek kalau geda jangan pernah lupa sama mama, ya. Mungkin nanti dedek bakal malu kalau tau mama yang lahirin adek." Atha takut banget satu-satunya keluarga buat dia harus banget ngelupain dia. "Papakan ga sayang sama dedek tapi mama sayang banget sama dedek bayi kesukaan mama."

Perkataan Atha menghentikan pergerakan seseorang yang baru saja ingin masuk ke dalam kamar untuk mengantarkan sarapan milik Atha. Sejahat itu kah, Fano? Benar yang ia lakukan selama ini hanya bersenang-senang dengan temannya dan pacarnya saja tanpa memikirkan Atha.

Apakah, Fano harus mulai membagikan waktu untuk Atha? Setidaknya untuk anaknya?

"Atha."

"Oh, iya. Kenapa, Fan."

"Liat jaket gue gak? Yang kemarin pas gue baru balik dari Jogja?"

Atha menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada Alfino, terserah saja. Fano masih mau memakai jaket yang sudah di berikan ke pada Salsa saat hujan kemarin sore.

"Benaran loh, Tha? Itu, jaket hadian ultah dari kak Brayan? Anjir, kemana gue taruh, cok!"

"Lupa?" Kini tatapan keduanya saling bertemu. "Kemarin kan, kamu kasih ke mbak Salsa gara-gara hujan. Sampai ga mikir kalau anak sendiri juga kena hujan."

DEDEK BAYI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang