° IL-2

243 52 4
                                    

Cahaya panas membara. Berbagai benda memenuhi tong pembakaran yang diselimuti bensin dan api. Uchiha Sasuke berdiri mematung dan memandang kotak cincin pernikahan di genggamannya. Ia termenung sesaat, lalu melemparkan kotak itu kepada saudara yang berdiri di dekatnya. Saudaranya menangkap kotak cincin itu dengan mudah.

"Jual benda itu untukku," titah Sasuke.

Uchiha Itachi melirik adik bungsunya. "Kau belum memberitahu Ayah?"

"Belum. Kau saja yang mengurusnya. Aku muak melihat wajah mereka."

Sasuke berjalan menjauhi taman belakang rumah mereka. Itachi mengikuti langkahnya, sementara petugas kebun melanjutkan pembakaran sampah tersebut. Sasuke berjalan mendahuluinya menuju kamar di lantai dua rumah mereka. Sementara itu, Itachi mematung di tengah ruangan. 

Suara menginterupsi keheningan dan Itachi melirik ke arah Ayahnya yang sedang duduk di sofa sambil memandang pemandangan taman belakang rumah ditemani secangkir teh hangat.

"Apa yang dia bakar?" tanya Uchiha Fugaku datar, begitu tenang dan menunjukkan wibawanya sebagai kepala rumah tangga yang terhormat.

"Kenangan masa lalu." balas Itachi sambil termenung.

"Dia bertengkar dengan calon istrinya?"

"Dia tidak ingin menikah. Padahal kita sudah berusaha membujuknya untuk semua ini dan dia sudah bersemangat menjalaninya."

"Bukankah surat undangan pernikahan mereka sudah dipesan?"

"Keluarga mereka melanggar perjanjian perjodohan."

"Apa masalahnya?"

Itachi melirik Fugaku dan menceritakan apa yang terjadi. Perlahan, ketenangan sirna dari wajah pria separuh baya itu dan gebrakan meja terdengar karena kemurkaan Fugaku.

Ini adalah sebuah penghinaan baginya.


🦋


"Sasuke."

Mata hitam kelam itu melirik ke arah Suigetsu yang sedang menunggu dengan wajah keheranan.

"Sudah selesai? Kau ikut berkumpul juga 'kan?"

Sasuke tidak menanggapi dan kembali melanjutkan kegiatan berganti pakaiannya. Ia berada di apartemen milik Suigetsu dan mereka berencana untuk makan malam bersama teman lama mereka yang lain. Gerakan Sasuke yang mulai bersiap untuk pergi pun membuat Suigetsu lega.

Mereka segera pergi menuju salah satu kedai untuk bersantai. Mereka bertemu teman lama yang sedang duduk sendirian dan melambai ke arah mereka. Tiga pria itu duduk ditemani alat pemanggang daging dan beberapa botol minuman sake.

Sasuke melirik Suigetsu yang menuangkan air sake untuknya.

"Untuk menghibur sahabatku." ucap Suigetsu dengan seringai. Sasuke mendorong gelas itu dan meletakkannya di depan Juugo. Juugo melirik Sasuke, lalu mengambil gelas kecil itu, seolah ia sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya.

"Kau begitu lagi," Suigetsu menghela napas, lalu berpikir cukup lama. "Kau benar-benar tidak jadi menikah?"

Sasuke mendengus. "Aku tidak memerlukan perempuan yang bertingkah seperti itu."

"Tenang saja. Lebih baik kau mengetahui semua kebenaran sekarang daripada menyesal setelah menikah," ucap Juugo. "Kesalahan tetaplah kesalahan. Tingkah mereka seperti penyakit yang bisa kambuh kapan saja."

"Tenang saja. Ribuan perempuan siap mengantri untukmu." ucap Suigetsu dengan nada bergurau.

"Aku hanya ingin satu." balas Sasuke.

Inexhaustible Love [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang