° IL-3

533 63 2
                                    

Mata emerald  itu terbuka perlahan. Anak perempuan itu mendudukkan diri dengan mata mengantuk. Ia mendengar sesuatu di luar kamarnya. Kaki mungilnya turun dari ranjang dan ia bergerak membuka pintu dengan sedikit berjinjit. Pintu terbuka pelan. Ia mematung saat melihat pintu kamar Paman dan Bibinya yang sedikit terbuka.

Gadis mungil itu keluar dari kamar. Ia ingin memasuki kamar itu, namun gerakan terhenti ketika ia memandang beberapa benda berserakan di lantai. Cahaya dan bayangan di dinding menarik atensinya dan ia tidak berani bergerak karena terpaku pada bayangan yang disoroti cahaya lampu.

"D-Dengar... Uchiha--"

Suara pelan itu terputus ketika bunyi hantaman keras terdengar. Bayangan yang berdiri itu menghantamkan suatu benda berkali-kali pada bayangan lain yang lebih rendah di bawahnya. Setiap gerakan bayangan terlihat dan gadis mungil itu membeku dengan mata berkaca-kaca. Ia membekap mulutnya dengan tubuh gemetaran. Gesekan benda yang tidak ia ketahui menyelimuti keheningan.

Gadis mungil itu menggigit bibir bawahnya dengan jantung berdebar. Ia mundur perlahan, mencari ruang rahasia yang selalu menjadi tempatnya bermain di bawah lantai rumahnya. Suara hentakan pintu lantai tertutup terdengar keras dan keadaan tiba-tiba sunyi. Tubuh gadis mungil itu semakin gemetar ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat.

Perlahan, jemari yang diselimuti sarung tangan memegang sisi pintu. Pintu terbuka pelan, menghasilkan deritan mencekam dari pintu tersebut, memperlihatkan pecahan benda berserakan, sebagian tubuh terlihat kaku, dan cairan darah yang mengotori lantai.

Pria itu memperhatikan sekitar.

Sunyi.

Sementara itu, gadis mungil bersembunyi di bawah lantai rumahnya sambil membekap mulut. Derap langkah terdengar pelan. Air mata sudah mengalir dan ia berusaha agar tidak mengeluarkan suara apapun. Namun, langkah yang ia dengar terhenti dan gadis mungil itu semakin menahan isakannya agar tidak terdengar. Ketukan di atas pintu lantai terdengar seolah mempermainkan gadis mungil yang semakin ketakutan.

"Tetaplah diam selama kau menjalani hidupmu. Aku selalu mengawasimu, Pinku."

Apa maksudnya? Gadis mungil itu tidak mengerti dan memejamkan mata ketakutan.


Drrtt. Drrtt. Drrtt. Drrttt.

Gaps!


Gadis berambut merah muda itu membuka matanya dengan cepat. Debaran jantung seolah memukul dadanya dalam pilu. Wajahnya memucat dan keringat dingin membasahi pelipis. Lelehan air matanya mengalir dari sebelah mata dan ia segera mendudukkan diri. Ia menghapus air matanya dan mematikan suara alarm ponsel.

Gadis itu terdiam sejenak, lalu melirik bingkai foto di atas meja samping ranjang. Terlihat seorang pria tersenyum sambil menggendong putri mungilnya yang melambai ke kamera dengan senyuman ceria. Seorang wanita juga berdiri di samping mereka dengan senyuman manis.

Kecelakaan yang menimpa orang tuanya menewaskan keluarga berharganya. Putri kecil mereka pun diasuh oleh adik Ayahnya dan ia tinggal bersama Paman Bibinya. Namun, peristiwa kematian Paman dan Bibinya selalu menjadi kenangan menyesakkan hingga ia sering bermimpi buruk.

Pelaku tidak ditemukan hingga saat ini dan kasus itu terabaikan begitu saja hingga tahun berganti. Entah apa yang terjadi pada Paman dan Bibinya, satu petunjuk yang ia ketahui untuk mencari pembunuh keluarganya juga tidak membuahkan hasil karena keluarga Uchiha tidak terbukti melakukan kejahatan. Pihak detektif juga meragukan kesaksian gadis kecil itu, seolah pihak yang terkait menyerah untuk menyelidiki lebih lanjut dan hanya mengucapkan kalimat penenang untuk keluarga korban yang ditinggalkan. Ia begitu membenci karena kasus keluarganya dianggap sepele.

Sejak saat itu, ia hidup sendirian dengan mengandalkan harta warisan orang tuanya dan kerja sampingan sambil sekolah. Ia berusaha mencari informasi apapun, meski ia tidak pernah menemukan jawabannya hingga tumbuh dewasa sekarang. Ia sudah sampai pada titik menyerah dan berusaha menjalani kehidupannya dengan tenang.

Haruno Sakura mengepalkan tangannya sambil termenung.

"Uchiha..."


🦋


"Ini minumannya."

Pemuda itu hanya melirik petugas coffe shop yang meletakkan pesanannya di atas meja. Ia bernama Uchiha Sasuke. Pemuda itu memandang layar ponselnya dan melanjutkan rancangan anggaran persediaan bahan makanan untuk bisnis restorannya.

Sasuke duduk sendirian di sana dan begitu tenang. Kesunyian yang menyelimuti kini terasa lengkap dengan kopi espresso yang menemani. Ia begitu fokus pada aktivitas sambil sesekali menikmati kopi yang ia pesan.

"Kau menerima perjodohan itu?"

Mata hitamnya melirik perlahan. Pada meja di depannya, ia memperhatikan punggung perempuan yang berbicara dengan nada tenang. Pemuda yang duduk berhadapan dengan perempuan itu memandang kesal. Beberapa pengunjung coffe shop juga terlihat terganggu karena suara pertengkaran mereka.

"Itu menguntungkan. Hanya sebentar dan tunggu aku untuk kebahagiaan kita. Aku akan berpisah dengan perempuan itu secepatnya. Kau akan menikmati keuntungan dari hasil kekayaan yang aku dapatkan."

"Bajingan gila."

"Jaga bicaramu padaku! Ini untuk kebahagiaan kita di masa depan!"

"Kau melakukannya untuk dirimu sendiri! Aku tidak tahan denganmu. Kita akhiri saja hubungan kita."

"Kau selalu begini! Kau tidak pernah menghargai keputusanku! Aku selalu berjuang selama ini untuk hidupku, untukmu juga!"

"Berjuang? Memangnya, apa yang kau lakukan? Kau hanya senang meminjam uang dariku."

"Kau mengungkit masa lalu lagi? Aku sudah membayar hutangnya! Seharusnya kau bersyukur dan membayar hutang budimu padaku! Ingatlah, jika bukan karena aku, kau sudah mati dipukuli preman waktu itu!"

"Kau hanya beruntung karena aku sedang sakit saat itu."

"Ck, lupakan! Coba kau pikirkan, kita akan kaya raya karena aku menikah dengan perempuan kaya. Aku tidak akan berpaling darimu dan aku menyetujui perjodohan itu hanya untuk kepentingan kita. Kau tahu, aku mencintaimu."

"Omong kosong. Kenapa kau berubah seperti ini? Kau ingin aku menerima keadaan dimana kau menikahi wanita lain? Aku menjalin hubungan diam-diam dengan suami orang lain dan menunggu sampai kalian bercerai? Kau ingin aku menjadi simpananmu karena tawaran keluarga kaya itu?"

"Kenapa kau memandangku seperti itu?! Sial! Kau benar-benar perempuan tidak tahu diri! Berhenti menyusahkanku dan tunggu saja hasilnya."

BRAKK!

Gebrakan meja mengagetkan para pelanggan dan petugas coffe shop. Seketika suasana semakin canggung. Perempuan berambut merah muda itu berdiri dengan tangan terkepal kuat. Gelas berisi minuman milkshake itu ditumpahkan ke arah laki-laki di depannya, mengotori pakaian laki-laki itu dan juga lantai. Umpatan terdengar dan laki-laki itu berdiri dengan tatapan murka. Perempuan berambut merah muda itu menatap penuh kebencian. Suara dingin dan lebih berat terdengar memendam amarah.

"Nikmati saja perempuan itu. Jangan pernah menghubungiku lagi! Hubungan kita berakhir!"

Langkah kaki dari sepatu hak tinggi dan tebal memecah keheningan. Sasuke memperhatikan perempuan yang berjalan melewatinya dalam lirikannya. Para petugas coffe shop saling pandang dan melanjutkan kegiatannya dalam kecanggungan hingga salah satu petugas coffe shop bergegas membersihkan kekacauan di lantai. Suara umpatan laki-laki itu terdengar frustasi, begitu pula bisikan hujatan yang semakin memanas diantara para pelanggan.

Sasuke terdiam mematung, lalu ia meraih gelas kopinya. Ia melirik layar ponsel dan fokus pada pekerjaan sambil meminum kopi espresso dalam situasi hening.

Rasa kopi espresso begitu menggambarkan rasa ketika menghadapi problematika yang terjadi dalam kehidupan.

Kepahitan.

Inexhaustible Love [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang