17. Cemburu!

416 81 7
                                    


Ada banyak perubahan terjadi setelah pertengkaran di belakang sekolah. Kedekatan antara Shani dan temannya yang tak lagi dekat dengan Anin. Begitu juga perubahan yang dirasakan oleh Gio. Semenjak hari itu hubungannya dengan Dey renggang. Ada banyak yang ingin Gio tanyakan langsung pada Dey, walaupun dia sudah tahu apa yang Muthe ceritakan pada Shani.

Ada beberapa orang yang sudah tahu jika Gracio dan Dey itu sepupu. Namun dari cerita Muthe, Dey tidak terlalu suka jika hubungan Gracio dan Dey terbongkar. Satu-satunya pertanyaan besar masih bersarang dibenaknya adalah apa alasan Dey menyembunyikan hal itu darinya?

Entah Gio harus percaya pada Muthe, yang jelas Muthe dan Eli sampai diancam jangan mengumbar hubungannya dengan Gracio. Dan yang paling tidak Gio sangka adalah sedari awal Dey tahu tentang Gracio dan Anin. Muthe bercerita jika dia pernah bertemu mereka bertiga sedang pergi bersama. Kata Daniel mustahil jika Dey tidak tahu tentang perselingkuhan mereka.

Di antara semua temannya hanya Daniel yang tahu cerita lengkapnya. Bukan Gio tak percaya temannya yang lain, dia rasa masalah perselingkuhan itu masalah Shani dan dia tak punya hak untuk mengumbar-ngumbar. Toh setelah sembilan bulan berlalu akhirnya mereka sadar tentang hubungan Gracio dan Anin yang semakin terang-terangan. Tentu saja itu menimbulkan pertanyaan, tapi sekarang keadaan jauh lebih baik lagi. Tak ada lagi yang membahas masalah itu.

Sekarang, tepat bulan ke delapan sekolah Gio mengadakan acara lomba 17 Agustusan. Diantara banyaknya lomba yang diselenggarakan, Gio memilih memisahkan diri dari kerumunan. Gio memilih duduk santai di bangku taman dengan earphone di telinga. Walaupun telinganya tertutup, mata Gio masih aktif melihat orang-orang yang berlalu lalang di depannya.

Kadang dia melihat anak OSIS yang kerepotan atau anak OSIS yang asik sendiri ketimbang mengurus lomba. Tak jarang juga dia melihat wajah-wajah yang tak asing, seperti teman satu angkatannya atau kakak kelas. Selain itu, Gio juga melihat wajah-wajah baru dari siswa baru kelas 10. Sedangkan dia sendiri sudah kelas 11 saat ini.

Merasa bosan melihat ke sekeliling, Gio memilih menyandarkan punggungnya pada punggung bangku taman yang panjang. Kepalanya diarahkan ke atas melihat langit cerah, sedikit panas memang, tapi dia suka disini daripada harus ke lapangan. Bisa saja dia pergi ke kelas dan bersantai di sana, tapi kadang kelas heboh sama anak kelas yang ikutan lomba. Termasuk teman-temannya yang heboh sendiri sampai melupakan dirinya yang introvert ini.

"Banyak gaya sih lu, makanya kalah!"

Terdengar suara yang amat Gio kenal, suara orang yang hobi meroasting orang lain, dia juga tak jarang jadi umpan roasting orang ini.

Gio mengedarkan pandangannya ke arah orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Ollav. Ollav datang bersama teman-temannya yang lain, hanya saja tidak ada cewek-cewek disana.

"Tau tuh, si Zean malah banyak gaya. Mentang-mentang disemangati Marsha, kalah kan? Malu sendiri jadinya dah" Tambah Aldo.

Sedangkan yang diomeli hanya mendengus kesal, beda dengan Daniel yang tertawa bahagia karena kelas dia lah yang mengalahkan kelas mereka pada ajang perlombaan balap karung. Daniel dan Zean kebetulan jadi rival dengan hasil akhir Daniel yang menang karena Zean yang katanya banyak gaya.

Melihat teman-teman datang menuju ke arahnya membuat Gio menggeser duduknya memberikan ruang pada temannya untuk duduk. Namun, hasilnya mereka malah rebutan membuat Gio kesal sendiri, dia memilih berdiri membiarkan teman-temannya duduk.

"Gak rusuh aja sehari kayaknya bakal kesurupan dah kalian" Protes Gio sambil melepas earphone-nya dan memasukkan kembali ke saku celananya.

"Tapi untung gue sih yang maju buat lomba, kalau Gio udah mager duluan dia!" Ledek Daniel secara tiba-tiba membuat temannya setuju dengan itu.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang