"HALLOOOOOO!!!!!"
Teriakan yang merdu dan menggema itu membuat semua menoleh pada pintu. Suasana riang gembira langsung terasa begitu pemuda itu memasuki ruangan.
"Kita semua sudah mau pulang dan kau baru datang?!" Tanya Renjun yang kesal karena keterlambatan yang sedang terjadi dihadapannya.
"Hehhehe maaf maaf. Berangkat sepelan mungkin pulang secepat mungkin. Itu motto hidup gue" Sanggah pemuda itu pada Renjun yang seketika merinding dibuatnya.
"Ga ada yang nanya" balas Renjun dengan wajah kesalnya.
"Siapa nama lo?" Tanya Mark dengan mata serius dan kedua tangan yang terlipat didepan dada.
"Haechan Xabiru Narandazka. Panggil gue Haechanieeeeee~" kedua jari telunjuknya menunjuk pipi ditambah dengan Haechan yang menggoyangkan badannya.
"Narandazka" ucap Mark dalam hatinya. Dia sangat mengenal nama belakang dari teman barunya itu.
"Heh!~ Ga ada yang ngelakuin itu disini" teriak Jaemin yang lucu ketika kesal.
Haechan justru menantang dengan menghampiri Jaemin dan memeluknya erat. Teriakan keduanya membuat suasana kembali dipenuhi dengan tawa.
"Jadi, apa yang kita lakuin di kampus ini?" Tanya Haechan dengan polosnya.
"Ah, jadi karena ini dia bergabung dengan tim kita" jawab Renjun asal bercampur tawa riangnya. "Dia tidak tau apa yang sedang dia lakukan" tambahnya kemudian.
"Tentu saja kuliah sampai lulus" Chenle yang menjawab.
"Emangnya lo mau ngelakuin apa disini?" Tanya Jisung yang akhirnya bersuara dan bicara pada manusia.
"Menikmati masa muda. Di kampus ini gue mau coba semuanya sampai bosen" jawab Haechan dengan nada penuh semangat.
"Apa maksudnya itu?" Tanya Jeno yang tidak mengerti. Tertawanya kali ini terdengar asam karena selain saudara kembarnya dia akan punya satu lagi seseorang yang random dalam hidupnya.
"Hehehehe. Selamat datang Haechan" ucap Mark yang mulai mengembalikan fokus obrolan yang sudah kemana-mana.
"Nama gue Mark. Ini Renjun, Chenle, sikembar Jeno Jaemin biasanya pada manggil Nana sama Nono, ini Jisung" tangan kanan Mark menunjuk satu per satu sahabatnya ketika menyebutkan nama. Keenam pemuda itu juga menunjukan reaksi yang berbeda-beda.
"Kami ini kelompok belajar yang selalu dipanggil oleh dosen pembimbing. Jadi, jangan kaget kalo lo gabung sama kita, lo bakalan dapet perlakuan yang berbeda baik dari teman atau dosen lainnya" ujar Mark yang mulai serius dan terbawa suasana.
"Lihat dia. Serius sekali" sindir Chenle yang tertawa lagi saat melihat wajah serius Mark kesekian kalinya.
"Kenapa lo begitu?!!" Teriak Jaemin.
"Dia seperti sedang berhadapan dengan dosen"
"Hentikan, Mark!"
Tambah Jaemin dan Jeno satu per satu.
"Santai, Mark. Dia hanya teman biasa seperti kita" ucap lagi Renjun dengan senyuman cerah dan matanya yang makin berbinar.
"Iya. Lo simpen aja tenaga lo buat bimbingan lebih sering dengan dosen itu. Soalnya gue bakal bikin grup ini makin terkenal!!" Teriak Haechan yang penuh dengan semangat dan niat.
"Gawat" gumam Jisung asal yang masih bisa mereka dengar.
"Jadi, kalian ini kenapa bisa dapat bimbingan?" Tanya Haechan yang mulai penasaran dengan semua kawan barunya.
"Gue terlalu serius. Gue dapet julukan SMark" jawab Mark dengan sedikit tersenyum ketika menyebutkan nama panggilannya. Leluconnya yang seperti ini membuat semuanya merasa tertekan.
"Gue terlalu pendiam sampe ngga ngelakuin apa-apa" jawab Jisung.
Sisanya tidak tau apa kesalahan mereka. Jaemin dan Jeno yang tidak sadar tapi kebanyakan karena mereka tidak bisa serius dalam hal apapun. Kemudian Chenle yang hidupnya sudah pasti sangat nyaman dan karena terlalu nyaman itulah para pengajar harus sedikir menguranginya. Kemudian Renjun yang tidak bisa fokus dan selalu marah, kesabarannya sangat tipis.
"Kayaknya mereka tidak bisa sadar diri" sindir Haechan.
"Ya!! Semua yang ada di ruangan ini setara asal lo tau aja!" Kesal Renjun dengan suaranya yang mulai meninggi.
"Iya. Lo merasa lebih baik dari kita-kita?" Tantang Jaemin dengan logat orang tuanya.
"Kalau lo menentang kami sama saja dengan berkelahi dengan diri lo sendiri" tambah Jeno yang langsung mendapat highfive dari kembarannya.
"Kita semua harus bisa lulus dari sini dengan belajar musik. Mulai belajar dari hal kecil hingga menjadi seseorang yang terkenal. Ya, semacam itu" jelas Mark pada Haechan.
"Ah. Mudah saja!" Haechan mengucapkannya sambil melipat kedua tangan didepan dadanya. "Gue udah yakin dengan pesona kita semua. Gue rasa juga kita tidak perlu pintar"
"Ah, diamlah" ucap Jisung yang sudah tidak tahan dengan rasa percaya diri Haechan. Sementara Mark merasa dia sudah menemukan partner untuk menjadi leader di grup ini.
***
Haechan dan Mark berjalan pulang bersama. Lebih tepatnya Mark yang beralasan untuk les didekat rumah Haechan padahal dia bermaksud lain.
"Lo pindah dari kampus yang lama kenapa?" Tanya Mark pada Haechan. Mereka berdua saat ini masih didalam bus ditengah hujan yang cukup deras.
"Gue ga betah. Gue ga suka. Bokap gue maunya belajar bisnis kayak Bang Johnny. Gue lebih suka musik" jawab Haechan sambil menerawang jauh. Kemudian dia menoleh pada Mark dan balik bertanya, "Gue denger dari Renjun lo bukan dari negara ini?"
Mark menjawab dengan berdehem. Dia memikirkan apakah dia harus jujur pada Haechan atau sementara dia menyembunyikan identitasnya dulu.
"Lo, tinggal dimana?" Tanya Haechan yang sedikit terbata. Dia ragu untuk menanyakan ini tapi entah kenapa Haechan cukup penasaran dengan Mark diantara kawan barunya yang lain.
"Kapan-kapan gue ajak main ke tempat gue. Ga bagus sih tapi nyaman kok" jawab Mark yang sudah menyadari Haechan akan turun karena halte dekat rumahnya sudah terlihat.
"Oke deh. Bye"
Kemudian mereka berdua terpisah tetapi untuk beberapa saat. Karena Mark berhenti di halte setelahnya. Kedua kakinya berlari cepat untuk kembali menghampiri Haechan.
Mark mendapatkan apa yang ingin dia pastikan sedari tadi. Narandazka ayah dari Haechan adalah orang yang selama ini dia cari, ayah kandungnya.
Tidak disangka jalan untuk menemukan ayahnya akan lebih mudah seperti ini. Lalu sekarang apa yang harus ia katakan pada ibunya? Apa yang harus Mark jelaskan?
Kedua orang tuanya sudah saling membenci tapi perasaan seorang anak tidak bisa dibohongi. Mark ingin bertemu dengan ayahnya atau setidaknya melihat dari kejauhan meskipun ayahnya itu sudah memiliki anak selain dirinya.
Haechan berjalan dengan Narandazka dibawah naungan payung yang terlihat kokoh dan hangat. Sungguh pemandangan yang indah ketika seorang ayah dan anak bisa saling tersenyum dibawah hujan. Sementara dibelakang mereka ada Mark yang basah kuyup dengan air mata yang tak terlihat oleh semua orang.
-Dream-
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM
FanfictionSekumpulan pemuda yang terlihat baik-baik saja tapi tersimpan banyak dalam hidup mereka. Walaupun persahabatan mereka semakin erat tetapi kemungkinan untuk menjauh juga semakin besar. Hal yang mampu membuat mereka bertahan selama ini adalah ego mas...