2. Playing

37 4 0
                                    

"Gue ke rumah lo sekitar jam 7, ya." Kata si cowok yang memiliki tinggi dibawah dua temannya yang lain.

"Hm."

Malam ini, Baboners yang beranggotakan empat orang memutuskan untuk kumpul di rumah Jagad. Sudah biasa bagi mereka berempat untuk berkumpul di satu rumah, ntah itu rumah si a, si b, si c atau si d.

"OI, BABONERS! GUE NGARET YA, MAU NGANTAR BUNDA KE APOTIK DULU." Teriak orang ke tiga yang sudah berada di parkiran motor dengan kekasih hatinya.

Sampai sekarang, gak ada yang tau kenapa nama geng ke-empat orang ini Baboners. Banyak juga penggemar mereka yang protes karena nama geng mereka sangat tidak menggambarkan wajah tampan dan sangar mereka. Kalau ditelaah lebih jauh, gak ada alasan pasti kenapa nama geng empat orang ini Baboners.

"Gue ajak si Maudy, gak ada orang di rumah." Sahut si kulit putih, sambil mengangkat jempolnya membiarkan teman mainnya itu pergi bersama kekasihnya.

"Boleh, ngeri sih kalau lo ninggalin adek lo sendirian di rumah. Mana komplek lo kalau udah malam, sepi." Kata Jagad, selaku tuan rumah yang akan menyambut mereka nanti malam.

"Nah, itu. Adek sepupu lo, masih di rumah?" Tanya nya sekali lagi. Jagad mengangguk, pertanda sepupunya itu masih berada di rumahnya.

"Masih. Dia gak mau balik, pengen Sekolah di sini katanya." Jawab Jagad. Sementara itu, salah satu dari mereka memasang senyum lebar seraya menggigit bibirnya.

"Gue yang jemput adek lo, boleh gak Ka?" Tanya si pendek, mengibaskan rambutnya ke belakang berlagak keren bak manusia nomor 1 paling tampan sedunia.

"Jemput gih, gue pecahin ban motor lo." Ancam si kulit putih, melototkan matanya ke arah si pendek. Begitu juga dengan Jagad yang berdecak kesal, menatap sengit si pendek.

"Si Arga emang mau ditonjok, anjing! Kemarin, godain si Runa, terus sepupu gue, lalu hari ini? Lo mau di bunuh sama kita bertiga, Ga?" Tanya Jagad, membuat Arga -lelaki pendek tadi terkekeh kecil.

"Engga, lah gila! Lagian adek-adek kalian masih kayak anak teka, anjing! Kalau seumuran sih, ya mau gue." Katanya, lalu mendapat toyoran cinta dari si kulit putih.

"Anjing. Ringan bener tangan lo, Shak!" Umpatnya, lalu membalas menoyor kepala sang empu dan dibalas balik oleh Shaka.

Melihat dua orang itu bertengkar bak anak SD, Jagad berusaha menahan emosinya yang hanya setipis kertas nota 2 ply. Dia tak mau membuang tenaga hanya untuk melerai keduanya. Sampai akhirnya, emosi yang sedari tadi Jagad tahan, meluap tak terkendali karena toyoran tak sengaja dari Arga.

"Babon, benar-benar babon, kalian!" Sentaknya, membuat kedua orang itu menatap wajah garangnya.

"Hehehe, gak sengaja Gad. Salahin tangan gue, dia yang noyor lo." Kata Arga, mengulurkan lengannya, membuat Jagad mendengus seraya menepis lengan Arga. Shaka terkekeh kecil, mengejek Arga yang baru saja ditolak Jagad.

"Pfftt. Kasian, ditolak Jagad, ya dek ya?" Ejek Shaka dengan wajah yang menyebalkan.

"Bacot, jink! Gue pulang, gak usah nahan-nahan." Katanya, menghentakkan kaki sebal.

Sementara itu, Jagad menatap kepergian Arga tak mengerti. Arga, anak itu adalah yang termuda diantara mereka berempat. Memang yang termuda, tapi, kelakuan Arga sangat tidak sesuai dengan umur, wajah, serta imagenya. Kalau bisa Jagad berteriak, pasti yang pertama kali keluar dari mulutnya adalah 'GELI, JANCOK!'. Ya, tentunya itu untuk Arga.

Di sebelahnya, Shaka hanya menghendikkan kedua bahunya, membiarkan Arga pergi lebih dulu mendekati motornya. Dia sudah terbiasa dengan tingkah kekanakan Arga yang sangat tidak bisa ditebak. Diliriknya Jagad yang juga meliriknya, sepertinya, mereka memikirkan hal yang sama.

Favorite : TiramisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang