Terhitung sudah hari ke-lima belas semenjak Jinanda meminta nomor ponselnya. Sejak hari itu, mereka saling berbalas pesan walau tak sering.
Seperti saat ini, sepulang Sekolah, Hilmi melakukan pekerjaan rumah yang biasa dia lakukan ketika sang Ayah sibuk. Entah menyiapkan sayur serta lauk yang dia beli di warung makan, menyapu rumah, mencuci kain dan pekerjaan lainnya yang dia bisa.
Setelahnya, Hilmi masuk ke kamarnya guna mengistirahatkan diri. Matahari yang menyengat membuatnya membatalkan rencana kumpul bersama teman-temannya yang ternyata sama-sama tak bisa meluangkan waktu. Hal itu membuatnya meletakkan ponsel di dekat kepalanya dan memilih baring di dinginnya lantai poslen. Terhitung, sudah beberapa menit dirinya terbaring tak berdaya di bawah kipas angin yang ia nyalakan.
Suara notifikasi dari salah satu aplikasi di ponselnya, menggagalkan dirinya berlabuh ke dunia mimpi. Berdecak kesal, lantaran waktu istirahatnya di ganggu. Masih di posisi yang sama, Hilmi mengintip notif yang muncul di pemberitahuan. Seketika matanya melotot segar, sesekali mengucek matanya takut kalau dirinya salah lihat. Dengan senyum yang lebar juga hati yang berbunga, Hilmi membalas pesan dari pujaan hatinya.
Hilmi menggigit bibirnya, menahan jeritan saltingnya yang kalau ia suarakan akan menggema di segala penjuru rumah. Jari-jemarinya dengan lincah mengetuk layar ponsel, menekan keyboard guna membalas pesan dari Jinanda. Senyumnya terus merekah kala membaca balasan pesan dari Jinanda.
Hilmi memilih mengulur percakapan, namun tak menyangka bahwa balasan Jinanda akan seperti itu. Di seret paksa dari rumah pun, Hilmi rasa dirinya tak masalah, asalkan itu Jinanda. Tentu dia dengan senang hati akan menyerahkan diri seutuhnya kepada Jinanda. Kekehan ringannya keluar, mentiarapkan badannya dengan boneka sebagai penyangga lehernya. Lalu kembali membalas pesan dari Jinanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite : Tiramisu
Fiksi Penggemar17+ ... Benar kata pepatah, dunia itu sempit. Berawal dari dirinya yang di paksa Harsa, Ayahnya, untuk turut ikut serta datang ke acara Kantor sang Ayah. Mengenakan dress peninggalan sang Ibu, Hilmi tampil cantik seimbang dengan penampilan sang Ayah...