Prolog : 000

67 26 17
                                    

Skandal Trauma : 000

Saat dunia terasa tak adil,
hanya dirimu yang engkau miliki.

Gemuruh kilat terdengar menggelegar. Kian bersahutan dengan hujan yang mengguyur deras. Kegelapan malam menambah kesan sunyi di hari itu.

Kesunyian yang benar-benar mendominasi kesendirian nya. Bukan lagi sepi yang sekadar menepi tetapi sunyi yang kekal abadi. Kecuali, jika engkau mengetahui cara untuk mengembalikan seseorang yang telah pulang ke pangkuan Yang Maha Esa.

Dari 1 menjadi 2, kemudian menjadi 4, kembali menjadi 4-1, Menjadi 3-1, lalu kembali menjadi 2-1. Dengan satu negatif (baca : pembanding) yang berperan sebagai sebuah perusak.

Dapatkah anda memahami ini?

Xandra Celestia, berjalan menapaki tangga menuju atas. Suhu dingin yang begitu menusuk tak ia hiraukan. Memandang sebentar ke bawah lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Balkon kamar dengan jendela yang masih terbuka. Ia beranjak untuk menutupnya. Sejenak, ia arahkan pandangan memperhatikan langit malam sebelum ia benar-benar menutupnya.

Gorden yang ia biarkan terbuka menjadi satu-satunya sumber pencahayaan dari bulan dan bintang di luar sana. Ia mengambil sebuah figura foto berisi tiga orang di dalamnya. Mengusap nya sebentar dengan sunggingan senyum tipis. Meletakkan nya kembali dengan hati-hati.

Tubuhnya ia rebahkan di ranjang tidurnya. Menoleh sejenak ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam.

Menatap lamat pintu kamarnya sebelum ia menutup dirinya menggunakan selimut dan mulai menutup netra nya, benar-benar pergi menuju alam bawah sadar.

***

Xandra berjalan menyusuri koridor yang mungkin sudah biasa ia rasakan kesepiannya.

Carilah satu kata yang janggal maka kau akan mengetahui kemungkinan-kemungkinan kejutan selanjutnya.

Lorong sepi itu benar-benar seperti lorong tanpa adanya manusia yang datang. Pukul 06.40 bukan tidak ada orang yang sudah datang jam seperti ini. Justru terasa aneh jika hanya sedikit siswa yang baru datang, bukan?

Akan tetapi, mereka bersembunyi? Bersembunyi? Baiklah, itu hanya perumpamaan. Mereka mendekam diri di dalam kelas.

Katakan, jika sekolah ini adalah sekolah berkelas. Katakan, jika sekolah ini merupakan sekolah dengan sistem pembelajaran yang efektif. Mereka tidak akan membantahnya. Namun, katakan, jika sekolah ini sekolah yang begitu menyenangkan.

Mereka akan dengan lantang menjawab semua itu tidak benar. Jikalau mereka mempunyai kuasa untuk menyuarakan suara mereka.

Pada nyatanya, mereka dipaksa untuk membisu akan hal itu.

Decitan pintu terdengar dibuka oleh seseorang. Tidak mengherankan sebenarnya bagi mereka. Namun, mungkin bagi kita itu jelas membuat bingung. Ya, mereka tak seperti apa yang biasa.

Melangkah masuk kedalam. Tatapan sinis menghujam nya langsung oleh seluruh siswa yang memandangnya. 23 pasang mata. Artinya, nihil bersama dengan dirinya juga dia ....

"Hello, everyone."

Ganjil, 25 siswa.

Langkah kaki dengan tatapan angkuh tersebut melangkah masuk ke dalam. Tak lupa dengan senyum lebar yang selalu terukir di wajahnya.

Senyum maut bagi semua orang di sekolah ini.

Kursi guru yang ia tempati seakan langsung menjadi singgasananya di kelas tersebut.

Ialah sang Ratu dalam hidup mereka di neraka ini.

Walau banyak, tidak ada yang dapat menggugat keadilan tersebut. Kekuasaan mereka tak akan pernah cukup untuk menjatuhkannya.

Manusia tak pernah luput dari sang Tuhan berwarna Merah (baca : uang).

Semua orang yang berada di tempat itu, menatap datar ke arah gadis di singgasananya. Senyuman itu yang tak lepas dari dirinya.

Pandangannya jatuh pada Xandra yang masih belum menempatkan dirinya tetapi kemudian ia memandang seluruh orang di setiap sudut.

"Sudah mendengar berita hari ini?"

TBC
533 kata.









Skandal Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang