Chapter : 008

3 1 0
                                    

Skandal Trauma : 008

Seseorang pernah berkata padaku :
Jangan pernah menjatuhkan harga dirimu hanya untuk sebuah Ketidakadilan.

Perkataan yang pernah kudengar di samping telingaku. Sebelum ia pergi, Merenggang nyawa dikarenakan penguasa gila itu.

Dendam yang masih kusimpan hingga saat ini. Tidak pernah berubah, kecuali bertambah.

Hal yang membuat ia kini menjadi pribadi yang lain. Sangat lain. Lain bukanlah berbeda.

Is it clue?

Just think about it.

Kepalan tangan untuk menyalurkan semua emosi yang terpendam. Tetapi, kepalan itu melemah.

Karena, ia tanpa sadar telah melakukan nya. Tanpa sengaja tetapi terus membekas.

Trauma terpendam yang tak bisa ia hilangkan. Yang tak pernah ia lupakan. Trauma yang membuatnya dengan jelas membenci dirinya sendiri.

Cinta mengkhianati segalanya.

Cinta pertamanya, cinta akan surganya, cinta akan kebahagiaan nya, dan cinta akan dirinya.

Cinta yang semuanya berasal dari yang katanya adalah harmonisasi inti sebuah kenyamanan. Keluarga.

Adakah alasan lain atas dasar cinta itu?

Ia belum menemukannya dan tidak ingin menemukannya.

"Hei, ibu ... Putri mu ini telah dewasa dengan segala ketidakadilan."

"Hei, ayah ... Gadis mu ini tetap tidak bisa menghilangkan Trauma nya."

Tanpa dukungan keduanya. Dibesarkan oleh keadaan.

Satu lagi ...

"Hei, twins ... Kembaran mu ini masih belum dapat melepaskan dirimu."

Berikan aku alasan, apa yang sebenarnya sedang kutulis?

Lepas? Kata-kata tersebut tidak salah jika kalian menanyakannya. Namun, cerna lah. Cerna hingga kalian benar-benar memahaminya.

Ia tidak pernah lagi melihat dunia dengan detail setelah hidupnya berantakan. Setelah kehilangan surga dunianya.

Namun, kali ini, ia semakin jatuh ke dalam. Tanpa penopang, tanpa harapan. Hanya dirinya, dirinya yang ia punya.

Dan, ia tidak dapat mengharap lagi pada siapapun.

Setiap malam selalu bertanya mengapa keadaan begitu mengacaukan? Apa sebenarnya benang merah yang tergores di bawah takdirnya? Dan, ia tak pernah tau jawaban akan hal tersebut.

Sebelum, akhirnya hanya jatuh dalam lelapnya malam yang dapat membuat ia tenang. Tentunya, tanpa lagi mimpi yang mungkin bisa saja juga mengacaukan pikirannya.

Saat-saat berpikir jernih seakan selalu hilang ketika kembali terganggu. Tuhan, berikan sedikit ketenangan, untuk sekadar memikirkan 'apa tujuan hidup yang sebenarnya?

***

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. Senyuman yang juga terpatri di wajahnya. Apa seperti itu tabiat penguasa gila?

Todongan pisau di leher sang gadis membuat ia tidak bisa kemana-mana. Tubuhnya yang telah terperangkap menjatuhkannya ke tangan lelaki tersebut.

"Kenapa kau tidak menuruti saja permintaan ku dan jadilah anjing yang penurut. Kalian tak bisa berbuat apapun dengan kasta yang rendah itu." Perkataan yang terdengar mengintimidasi. Namun, tak dapat membuat gadis dihadapannya ini untuk sekadar takut.

"Kami maju tanpa kasta melawan kalian yang tak bisa apapun tanpa kuasa." Tekan nya pada semua kalimatnya.

Cukup untuk membuat Chalondra tersulut. Gadis ini benar-benar selalu mencari mati.

"Bukan karena kau mainan spesial milik Queen, kau bisa berbuat semaunya padaku. Hei, aku bisa saja langsung membunuhmu detik ini juga." Aaron tak berhenti mengayunkan pisaunya untuk setiap inci wajah milik Xandra.

Xandra menatap datar. Menunjukkan ia tak gentar sedikitpun kepada Chalondra.

"Bukan karena dia dan bukan karena mu. Bukan juga karena kalian selalu memiliki kasta yang membuat kalian dapat selalu menang. Di mataku kalian adalah pecundang yang tak lebih hanyalah seonggok penguasa dengan senjata ditangannya. Alasan untuk takut tidak pernah ada. Karena sekalinya senjata itu lepas kalian tidak dapat berbuat apapun."

"Pecundang." Perkataan tersebut langsung dibalas ringisan yang keluar dari Xandra. Pisau yang sedari tadi dimainkan kini telah menggores pipi nya. Upaya menyalurkan emosi Chalondra.

Chalondra bergerak menarik Xandra. Membuat dirinya susah payah untuk berdiri. Tangan Aaron dengan cepat mencekik lehernya membuat ia kesulitan untuk bernapas.

"Kalian selalu menang di saat ini ... " Ucapannya tersendat akibat kesulitan untuk bernapas. "Tetapi disaat Tuhan mendengar ketidakadilan yang terjadi." Tatapan nya menjadi liar dengan tubuh yang tetap mencari napas. "Kalian akan hancur dalam seperkian detik!" Lantang Xandra. Aaron dengan sengaja langsung menghempas tubuh Xandra kebawah. Membuat gadis itu dengan rakus meraup napas.

Chalondra bersimpuh di hadapannya. Dengan segera, menarik wajah yang memaksa untuk menatap ke arahnya.

"Dan, akan ku pastikan Xandra. Ucapan mu hanyalah angin lalu dan sebuah khayalan yang tak akan kunjung terwujud, bagi kalian yang akan selalu hidup dalam sengsara!"

TBC
663 kata












Skandal Trauma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang