03. Yoga

765 153 58
                                    

-----------------------------------------------------------------

"Mau jadi orang yang lo suka."

"Kan gue udah bilang alasan gue mau nikah. Dan kita sepakat buat hidup masing-masing. Gue juga gak mau punya komitmen sama siapapun, gue gak akan pernah suka sama siapapun lagi."

"Biasanya yang kayak lo ni ntar bakal jatuh cinta duluan."

"Apa sih. Udah deh, gue mau istirahat," Love beranjak dari duduknya.

Pansa memegang lengan Love. "Kenapa lo gak nyoba suka sama gue? Emang siapa sih yang bikin lo gak mau suka sama siapapun lagi? Biar gue---"

"Apa? Mau lo apain? Lagian lo juga kayaknya udah deket sama si bulan lima itu mana pakek aku-kamu segala."

"Bulan lima?"

"May."

"Lo cemburu? Tapi kenapa gak mau suka sama gue sih?"

Love kembali duduk. Kali ini ia menatap wajah Pansa dengan serius. "Kenapa lo bilang ke dia kita ini kakak-adek? Kita kan udah nikah. Lo mau selingkuh?"

"Lo mau kita hidup masing-masing tapi gue harus tetep ngakuin lo sebagai pasangan? Gue masih mau suka dan disukai orang jadi boleh dong kalo gue ngaku single?"

"Tapi kan ntar orang bakal mikir lo selingkuh dari gue. Apalagi orang kantor tau gue udah nikah."

"Mereka tau gak kalo gue pasangan lo? Gak tau kan? Lo aja gak pernah ngajakin gue ke acara kantor lo. Jadi gue boleh juga dong gak ngakuin lo ke tetangga."

"Hah? Jangan bilang lo ngaku belum nikah ke tetangga di sini."

"Emang. Kan udah gue bilang, gue masih mau disukai dan suka orang. Gue udah nawarin buat jadi orang yang lo suka tapi lo gak mau, yaudah berarti gue boleh ya---"

"Gak! Ah udah deh, gue capek. Terserah lo deh."

Pansa tersenyum melihat Love pergi dengan wajah kesalnya. "Gue besok yoga ya."

Love tidak menanggapi Pansa. Entah ia merasa senang atau kesal dengan pengakuan Pansa yang seharusnya sudah ia duga sebelumnya karena sikap Pansa yang sangat terlihat jelas.

"Sadar. Semua emang manis di awal," ucap Love menatap langit-langit kamarnya sembari memegang sudut kanan bibirnya. Tanpa sadar ia tersenyum.

Ia sempat merasa kecewa karena Pansa tidak mencium bibirnya. Lain di mulut lain di hati. Gengsinya melebihi tinggi badannya.

.

Keesokan harinya Love bangun lebih pagi dari biasanya. Ia duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya, beberapa kali melihat ke pintu kamar Pansa.

"Berangkat jam berapa sih ni orang. Apa jangan-jangan udah berangkat?"

Sejam berlalu, Pansa belum juga keluar dari kamarnya. Love mendengus kesal, sudah waktunya ia bersiap-siap untuk kerja.

"Awas aja kalo beneran pergi yoga," ia bangkit dari duduknya melihat ke arah pintu kamar Pansa, sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi.

Sampai selesai sarapan, Pansa masih juga belum terlihat. Love mengambil mangkok dan mengisinya dengan bubur yang sudah ia buat. Ia berjalan menuju kamar Pansa. Bubur yang ia jadikan kambing hitam untuk memastikan keberadaan gadis yang membuatnya kesulitan tidur semalaman.

Setelah beberapa ketukan pada pintu kamar, Love memutuskan untuk masuk karena si pemilik kamar belum juga membukakan pintu. Ia sempat merasa kesal karena berpikir Pansa pergi yoga, namun langsung hilang saat melihat si pemilik kamar masih tertidur di kasurnya. 

Laugh-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang