-----------------------------------------------------------------
Love menyandarkan kepalanya pada lengan Pansa sambil berjalan dengan malas. Pagi itu ia memilih bangun lebih pagi agar bisa mengikuti Pansa yoga. Jika saja tidak ada May, mungkin ia akan membiarkan Pansa pergi sendiri.
"Kok gak bareng May?"
"Kamu tadi lama, jadi aku suruh dia berangkat duluan."
"Udah kasih tau dia?"
"Kasih tau apa?"
"Ya kita lah, Sa."
"Hai, tetangga," sapa Namtan memisahkan rangkulan Love pada Pansa lalu menyandarkan kepalanya di lengan Pansa seperti yang Love lakukan sebelumnya.
Pansa melihat ke arah Love yang sudah terlihat sangat kesal lalu berpindah melihat ke orang yang sedang bergelayut di lengannya. "Apa sih?"
Pansa berusaha melepas rangkulannya namun Namtan makin mengeratkan. Love yang tepat berada di sampingnya memukul lengan Namtan dengan matras yang ia pegang.
Tentu saja pukulan Love membuat tetangga usilnya itu mengaduh sembari memegang lengannya. Love berpindah ke sisi lain Pansa dan langsung menariknya menjauh.
"Pelit banget."
"Ya lo ngapain rangkul-rangkul pasangan orang."
"Astaga, gue gak bakal naksir. Selera gue Racha doang. Gapura Kabupaten ini gak enak kalo dipeluk, kalo dicium juga gak enak sejajar gak bisa---"
"Apa sih, gak jelas banget," potong Love.
"Emang Racha kemana?" tanya Pansa berusaha melerai keduanya.
"Lagi mudik, gue ditinggal nih. Boleh nginep rumah kalian gak?"
"Dih, ngapain?" baru juga merasa tenang lagi-lagi emosi Love terpancing dengan pertanyaan Namtan.
"Kalo emang takut gak apa-apa nginep aja di rumah,"
"Gak! Apa sih, Sa. Orang kayak dia gak mungkin penakut."
"Lagian di rumah ada dua kamar, ya gak apa-apa dong," Pansa tersenyum jahil. Love langsung mencubit pinggangnya karena paham maksud gadis jangkung itu.
Pertengkaran Namtan dan Love terus berlanjut hingga mereka sampai di Lapangan. Pansa yang berada diantara mereka harus menahan diri karena suara keduanya benar-benar saling beradu tidak ada yang mau mengalah.
"Saaa!" panggil seseorang yang behasil membuat Love menghentikan pertengkarannya dengan Namtan.
"Mampus, noh orang ketiga yang harus lo waspadain," ledek Namtan dan berlalu meninggalkan Love. "Yuk mulai yuk, udah mulai panas nih kayaknya."
"Bilang, Saaa," Love menarik dan mengayun-ayunkan lengan Pansa.
"Iya, iyaa."
Love menghampiri May dan mulai menggelar matras miliknya sembari tersenyum paksa.
"Love, gue boleh di sebelah Pansa gak? Ada yang pengen gue omongin. Penting bangettt," ucap May dengan wajah memohon.
"Tapi kan kalo yoga gak boleh berisik," Love tersenyum puas, akhirnya ia bisa membalas ucapan May saat itu.
"Ntar aja, gue ke rumah lo..." Pansa melihat ke arah Love yang sudah memelototinya. "...bareng Love juga, dia belum pernah ke rumah lo kan.
"Iya, gue pengen liat pohon mangga di rumah lo. Pas itu manis banget ditambah disuapin langsung sama Pansa," pamer Love yang berniat membuat May cemburu.
May hanya mengangguk melihat ke arah Pansa menahan tawanya.
"Kita tu sebenernya---"
"Oke, semuanya kita awali dengan menenangkan..."