06. Kimbab

983 138 47
                                    

-----------------------------------------------------------------

Aroma wangi masakan dari dapur tercium hingga kamar membuat Love yang tertidur membuka matanya perlahan. Ia menatap langit-langit kamarnya cukup lama, berusaha untuk menghilangkan rasa kantuknya. Mengambil ponselnya untuk mengecek waktu yang ia punya untuk bersiap. 

Ia beranjak dari kasur sembari merenggangkan tubuhnya. Keluar kamar dan berjalan dengan langkah diseret menuju dapur. Pemandangan pagi yang beberapa hari ini selalu ia lihat. Pansa yang memakai apron sedang sibuk menyiapkan sarapan. Gadis yang selalu bangun siang itu kini selalu bangun pagi hanya untuk membuatkannya sarapan.

Love memeluk dari belakang dan memejamkan matanya lagi. "Hari ini masak apa?"

"Kari Massaman."

"Kamu gak pengen buka restoran aja daripada belajar diving?"

"Gak. Aku udah daftar, sayang uangnya kalo dibatalin."

"Aku ganti deh. Aku khawatir."

"Khawatir kenapa?"

"Kalo ntar tenggelam?"

"Kan emang harus tenggelam."

Love melepas pelukannya, ia berdiri di samping Pansa menatap wajahnya dengan serius. "Kalo ntar gak balik gimana? Kalo ntar kenapa-napa?"

"Kan aku belajar biar dapet lisensi. Kalo aku gak bisa ya gak akan dapet lisensinya. Dan kalo udah ada lisensi itu tandanya aku gak akan kenapa-napa," Pansa menyodorkan sendok berisi kuah kari buatannya ke mulut Love. "Gimana?"

"Kurang sedep dikit," Love merangkul lengan Pansa. "Jadi asisten pribadiku aja. Please. Atau kamu diem di rumah juga gak apa-apa banget."

"Tapi pengen nyari rumput laut," Pansa mencium gemas pipi Love.

"Yang bener aja dong, Sa. Yang lain aja, jangan yang bahaya gitu."

"Ibu-ibu yang nyari rumput laut gak ada yang punya lisensi tapi aman-aman aja. Apalagi aku yang belajar sama profesional."

"Terserah deh," Love berlalu meninggalkan Pansa menuju kamar mandi.

Pansa tersenyum tipis dan mulai menghindangkan kari yang sudah ia masak tadi di atas meja. Ia duduk menunggu sembari memainkan ponselnya.

"Kamu tadi yoga?" tanya Love saat keluar dari kamar mandi. Ia baru menyadari bahwa Pansa memakai setelan olahraga.

Pansa mengangguk sambil tersenyum sumringah karena melihat Love yang terlihat lebih cantik dengan rambut yang masih basah. Ia beranjak dari kursinya menghampiri gadis mungil itu.

"Apa?" Love melangkah mundur.

Pansa memegang pinggang Love agar tubuh keduanya tidak menyisakan jarak. Ia mulai menciumi wajah gadis kesayangannya itu.

"Saa, ntar aku telat. Lagian aku masih marah sama kamu."

Pansa menghentikan ciumannya. "Kenapa?"

"Karena kamu ngotot jadi ha... apa lah itu namanya."

 "Haenyeo."

"Kamu serius mau jadi itu? Kita kan gak selamanya di sini, kalo aku tiba-tiba dimutasi lagi gimana? Belum tentu dimutasi ke tempat yang ada lautnya, kalo ke daerah pegunungan gimana?"

Pansa tak bisa lagi menahan tawanya. Wajah Love terlihat sangat menggemaskan saat mengomeli dirinya. "Aku cuma nyari kesibukan kok. Gak beneran pengen jadi haenyeo. Sesekali pengen diving tapi bukan buat nyari rumput laut."

"Ihh nyebelin banget tau gak?! Aku kepikiran, kalo sampek---"

"Tenggelam terus mati?"

"Iya. Kalo kamu tenggelam kebawa arus terus mati, cerita ini bakal sad ending."

Laugh-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang