Beneran?

686 82 15
                                    

Karakter yang digunakan semuanya milik Monsta!!!

~~~~~

Disebuah kamar yang cukup luas, Halilintar masih terbaring di salah satu ranjang dengan Gempa yang sedang duduk disampingnya untuk sekedar menemani.

Sebenarnya tadi Thorn yang akan menemani Halilintar, tapi karena Taufan, dan Blaze yang memanggilnya untuk bermain bola di halaman belakang, jadi Gempa yang tadinya sedang menyapu di depan kamar Halilintar pun digeret oleh mereka bertiga untuk menemani Halilintar sebentar.

Gempa tak keberatan dengan hal itu, sebaliknya dia sangat senang karena baru kali ini dia bisa merawat Halilintar sebagai adiknya.

Biasanya dia akan sangat menghormati dan sedikit takut dengannya karena wajah dan sifatnya yang sangat tegas.

Tetapi dengan fakta bahwa Halilintar lebih muda darinya, membuat ketakutannya tiba-tiba saja lenyap entah kemana.

Gempa menatap lekat wajah milik kakak- ralat, adiknya yang baru saja pingsan 1 jam yang lalu. Ia baru sadar kalau Halilintar mempunyai wajah yang terlihat sangat polos kalau sedang tidur seperti ini.

Kalau saja sifatnya seceria dan sepolos Thorn, sudah pasti ia akan lebih lucu berkali-kali lipat dari yang biasanya. Sayang sekali Halilintar menyianyiakan wajah yang seperti ini.

Gempa masih melamun sampai ia mendengar gumaman dari orang didepannya. Mata yang tertutup itu perlahan terbuka dan menampilkan netra ruby yang sangat indah.

Halilintar kebingungan dan mulai mendudukkan dirinya, dibantu oleh Gempa.

"Hali udah gapapa?" Gempa mengambil air putih yang ada di meja nakas dan memberikannya kepada Halilintar.

"Gue kenapa gem?"

"Hali tadi sempet ping-"

"Tumben lu kaga sopan banget sama gue, lu dipengaruhi ama Taufan? Kenapa ga manggil gue kakak?" Ucap Halilintar memotong perkataan Gempa karena terheran dengannya.

Halilintar menyenderkan tubuhnya di kepala kasur karena ia juga sedikit merasa pusing, kemudian meminum air putih yang diterimannya dari tangan Gempa.

"Sekarang Gempa yang jadi abangnya Hali. Hali lupa ya?" Halilintar yang mendengar itu langsung menyemburkan minumannya sambil terbatuk-batuk.

"Eh ehh hati-hati makanya kalo minum, kesedak kan jadinya" ucap Gempa sambil mengelus punggung Halilintar, ia kemudian mengambil tisu di meja nakas dan mengusapi sekitar mulut Halilintar yang sedikit basah.

"Jadi ini bener bukan mimpi?" Ucap Halilintar setelah menetralkan nafasnya.

Gempa tersenyum lembut, menatap ke arah Halilintar. "Lagipula ga ada yang berubah kok Li, kita juga masih sama kaya biasanya. Kalo mungkin ada bedannya, itupun mungkin sikap kita hanya beda dikit."

"Gue cuma ga mau jadi bahan akal-akalan mereka" ucap Halilintar sambil memalingkan wajahnya, memikirkan masa depannya jika ia benar-benar menjadi adik dari saudara-saudara laknatnya.

Gempa yang mengerti siapa yang Halilintar maksud, sedikit ingin tertawa, namun ia menahannya. Ia mengangkat tangannya dan meletakannya di pucuk kepala milik Halilintar. "Kan ada abang Gempa yang bisa lindungin Hali disini".

"Gue udah gede, ga perlu dilindungin lagi" Halilintar menepis lembut tangan milik Gempa yang ada diatas kepalanya. Sedikit aneh merasakan elusan dikepalanya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Kenapa sekarang adiknya beran- ahh benar, Gempa adalah kakaknya sekarang.

"Kalo gitu. Coba panggil abang, dengan abang Gempa"

"Ga mau! Kita kan kembar, panggilan apapun bebas kan?" Sewot Halilintar mendengar penuturan Gempa.

Halilintar Bungsu?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang