VI - The Rain Keeps Us Apart

383 57 41
                                    

Read it leisurely!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Read it leisurely!

Suasana di perkemahan penuh dengan ketegangan ketika dua jam berlalu sejak pencarian Ahyeon dan Rora dilakukan di sekitaran area perkemahan. Hujan deras mulai reda, hanya ada angin dan gerimis intens yang membuat suasana semakin menegangkan dan mencekam.

Kayu demi kayu yang sudah ditumpuk dan siap untuk dibakar nantinya menjadi api Unggun kini tampak basah. Tanah yang tergenang air dan licin membuat tiap-tiap orang yang berlalu-lalang harus hati-hati agar tidak terpeleset. Namun, ada rasa kemanusiaan yang sangat berapi-api di jiwa beberapa peserta kursus. Beberapa dari mereka mengurus konsumsi para anggota tim mereka yang sudah kelaparan karena menunggu hujan reda. Beberapa dari peserta juga ikut mengawasi area perkemahan agar tidak ada lagi orang-orang berikutnya yang hilang.

Chiquita, Pharita dan Rami berdiri di depan tenda, berjaga-jaga sambil menantikan dengan penuh harap kemunculan dua anggota mereka. Terkadang mereka saling berpelukan, kadang berpegangan tangan sambil menguatkan diri satu sama lain. Ketakutan dan kekhawatiran di antara mereka sangat menguras pikiran dan mental.

Selain mereka bertiga, ada Ruka dan Asa di dalam tenda. Asa yang sekuat tenaga menenangkan dan memeluk tubuh Ruka yang meringkuk dengan gemetaran. Memang setelah pertengkarannya dengan Asa, gadis tertua di Unit Mawar itu tidak bisa mengendalikan emosinya. Sampai kabar hilangnya Ahyeon dan Rora didengar olehnya, tubuhnya seperti diserang kecemasan. Banyak pertanyaan yang ditanyakannya pada dirinya sendiri, seperti; kenapa Rora tiba-tiba hilang? Kenapa dia membiarkan Ahyeon keluar dari tenda ketika gadis itu sadar? Ke mana Ahyeon pergi? Apakah salahnya membiarkan Ahyeon pergi? Apakah dia harus mengakui kepada Suster Park bahwa dia melihat Ahyeon sebelum gadis itu menghilang? Apakah ini semua salahnya?

Napas Ruka terasa sesak dan terengah-rengah, detak jantungnya berdetak tak beraturan ketika pertanyaan-pertanyaan itu kembali muncul di pikirannya. Dia meringis ketakutan. Asa memeluknya, mencoba menenangkan gadis itu sambil menyeka keringat Ruka yang bercucur deras. Seperti sudah biasa menghadapi situasi ini, Asa mencoba tetap tenang. Namun, siapa yang tahu jauh di lubuk hati Asa, dia sangat mengkhawatirkan keadaan kedua anggotanya terutama gadis kesayangannya, Lee Dain.

"Kak, tenang, ya. Rora dan Ahyeon pasti kembali. Kakak tahu sendirikan Rora anak yang mandiri, dia nggak mungkin membiarkan dirinya berada di situasi yang menyusahkan orang lain. Jadi, aku rasa dia hanya sedang butuh waktu sendiri dan pasti kembali ke sini segera." Ucap Asa dengan mencoba susah payah untuk tetap tenang.

Asa menarik napas dan menghembuskannya dengan berat. Ia menggigit bibirnya yang mulai gemetar. Air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya. Dia menangis tanpa suara, rasa khawatir dan takutnya luruh bersama air matanya. Di situasi seperti ini, dia tidak bisa terlihat lemah dan ikut panik. Siapa yang bisa menenangkan Ruka ketika dia sedang mengalami gangguan kecemasan seperti sekarang? Hanya Asa yang sudah biasa menemani dan menenangkan Ruka.

Tetapi di sisi lain, Asa pun merasakan kecemasan begitu besar saat ini. Bagaimana dia tidak cemas jika Lee Dain yang dia tahu betul, takut berada sendirian di kegelapan dan kesunyian. Lee Dain yang dia tahu betul, sulit mengingat jalan di malam hari. Lee Dain yang dia tahu betul, tidak akan melakukan hal berisiko jika bukan untuk sesuatu yang berarti baginya.

Youth Of Summer [Rorasa | Royeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang