VIII - Jealous, for the First Time

384 56 52
                                    

Read it leisurely!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Read it leisurely!

"Kenapa kita di sini?" tanya Rora kepada teman-teman satu asramanya.

Di sana ada Rami, Ruka, Pharita, Chiquita dan Ahyeon sedang duduk di kursi tunggu. Raut wajah mereka tampak sangat kusut dan tatapan mereka yang kosong. Terutama Ahyeon yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil tertunduk.

"Kak, kita ngapain sih di sini?" tanya Rora lagi. Kini dia melempar pertanyaan itu kepada Rami.

Dia berdiri di depan Rami dan menunggu jawaban dari gadis berambut hitam itu. Rora tampak bingung sesaat, sejak kapan Rami mengubah warna rambutnya? Kemudian dia membuang napasnya dengan kasar karena tak ada jawaban yang dia dapat dari gadis itu.

"HELLOOO?!" katanya keras dengan rasa frustasi.

Tak satu pun dari mereka yang merespon. Bahkan untuk sekedar menoleh ke Rora saja, mereka tidak melakukannya. Rora memperhatikan sekeliling tempat ia sedang berdiri. Seperti rumah sakit, tapi dia tidak melihat perawat atau pasien sedikitpun. Hanya orang berlalu-lalang.

Setelah memperhatikan ke sekeliling tempat itu, pandangannya jatuh pada gadis yang sangat ia kenal. Gadis bernama Asa itu berjalan masuk melewati orang-orang yang berlalu-lalang tanpa halangan. Seolah-olah Asa berjalan tanpa bertabrakan dengan orang-orang di sekitarnya. Gadis Tokyo itu melangkah ke satu arah, menatap mata Rora dengan kesedihan yang tampak jelas di wajahnya. Matanya bengkak seperti telah menangis semalaman.

Melihat itu, Rora bukannya menyapa atau menghampiri, melainkan hanya diam dan memasang wajah datarnya. Meski dia merasa cemas dan bingung mendapati Asa seperti itu, dia tetap berdiri mematung di tempatnya seraya memperhatikan Asa yang berjalan menuju dirinya.

"Aku masih kecewa denganmu, kak. Kenapa kamu nggak khawatir sama sekali ketika kemarin malam aku hilang di hutan? Kenapa kamu hanya diam saja ketika aku kembali? kenapa kamu nggak fokus ke aku saja? Aku pikir dengan bergabung di Lembaga ini akan memberi kita lebih banyak waktu bersama. Ternyata sama saja." gerutu Rora dalam hati. Dia masih marah pada Asa tapi terlalu gengsi untuk berterus terang.

Ketika jarak Asa semakin dekat dengannya, mata gadis itu berkaca-kaca, bibirnya bergetar, seakan berusaha menahan emosi agar tidak pecah. Melihat itu, Rora semakin bingung. Jarak Asa semakin dekat dengan tubuh Rora, seolah-olah seperti sudah biasa melakukannya, Rora segera membuka kedua tangannya, membiarkan tubuh Asa menempel untuk dia peluk.

Entah ke mana rasa kecewa dan amarah Rora, seperti hilang di telan bumi. Sekarang dia lebih fokus dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Asa menangis sebegitu sesaknya di pelukannya.

"Kakak kenapa, hm?" tanya Rora sambil menepuk-nepuk punggung Asa dengan lembut. Bahkan Rora berusaha selembut mungkin menenangkan Asa.

"Mereka semua bohong, Dain-ah... kamu nggak pergi. Nyatanya kamu di sini, lagi peluk aku." ucap Asa di sela-sela tangisnya yang terdengar sangat memilukan.

Youth Of Summer [Rorasa | Royeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang