Prologue

953 83 46
                                    


Read it leisurely!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Read it leisurely!

➰〰️➰

"Bangun! Dasar pemalas!"

Percikan air mengenai wajahnya. Ia langsung terlonjak kaget dan loncat dari tempat tidurnya. Dengan wajah tanpa dosa, Mamanya memegang botol semprot bunga yang hampir kosong.

Dengan bertolak pinggang, Mamanya menggerutu, "Anak gadis itu harus rajin. Bangun pagi, buat sarapan dan bantuin orang tua. Bukannya malah tidur kesiangan begini. Gimana kamu bisa jadi contoh buat adikmu, hah?"

Dain yang masih dengan keadaan setengah sadar, setengah kaget tak begitu menghiraukan gerutuan Mamanya. Karena kalimat itu hampir setiap pagi dia dengar ketika ia bangun kesiangan. Seperti alarm premium yang Mamanya berikan kepadanya. Semprotan air dan gerutuan yang mendesaknya untuk tidak bermalas-malasan.

Gadis bernama Lee Dain itu beranjak ke kamar mandi, menyikat gigi dan mecuci wajahnya. Dengan gerakan cepat dia sudah beralih ke lemari pakaian, mengambil seragam yang kemarin malam telah dia setrika selama setengah jam.

Mamanya yang sedari tadi menggerutu dan bertolak pinggang, kini dengan wajah bingungnya memperhatikan anak gadisnya yang sedang memakai skincare pagi dengan tepukan pramuka alias tanpa kelembutan.

"Dain ah... lepas sekarang seragammu, dan ikut Mama ke dapur." Kata Mamanya sembari menggelengkan kepalanya. "Ayo!"

"Bentar Ma, pakai lipgloss dulu biar nggak pucat." Teriak Dain, karena Mamanya berjalan keluar kamarnya dan beranjak menuju dapur.

"Kamu kebanyakan bermimpi sampai lupa kalau hari ini libur sekolah ya?" sambung Mamanya dengan suara yang hampir tak terdengar. "Cepat bantu Mama masak!" lanjut Mamanya sambil menahan tawa akibat tingkah bodoh anaknya.

"LHO? IYA LIBUR YA?!!! ASTAGA, SIAAAAL MANA AKU SUDAH PAKAI LIPGLOSS! SAYANG BANGET, INI BRAND MAHAL YANG AKU MAMPU BELI KETIKA MASIH KAYA!" rengeknya sambil menyesal telah memakai Lipglos. Padahal harusnya dia hemat-hemat memakai Lipglos ini.

➰〰️➰

Pukul setengah dua belas siang, Dain berjalan santai dengan sandal jepitnya di pinggir trotoar kota Jeju dengan menenteng rantang steinless yang berisi makan siang Papanya. Dari trotoar tempatnya berjalan, siapapun bisa langsung menikmati pemandangan pantai Jeju. Air laut yang bewarna biru kehijauan, angin siang terik yang menghangatkan kulit dan aroma khas pantai yang sangat disukai Dain.

Dia baru sebulan pindah ke Jeju. Dalam waktu sebulan, ibu dan Ayahnya terlalu sibuk membuka bisnis kecil mereka dan mendaftarkan Dain dan adik laki-lakinya ke sekolah baru. Waktu terasa berjalan sangat cepat baginya dan hari ini adalah hari pertama dia mengantarkan makan siang Papanya. Karena mulai hari ini sampai tiga bulan ke depan adalah liburan musim panas. Jadi, Dain harus menyiapkan fisiknya untuk bekerja sampingan, seperti yang sudah diperintahkan Mamanya.

Lee Dain tiba-tiba menghentikan langkahnya, seperti tertampar angin pantai, rambutnya tergerai ke belakang, wajahnya terkesima dan matanya menyipit, menandakan dia sedang menatap satu fokus jauh di depan sana. Tatapannya tidak berkedip bahkan di menit kelima. Tanpa sadar dia tersenyum tipis dan masih memandang ke arah pantai.

"Cantik..." gumamnya pelan. "Sudah sebulan aku tinggal di sini, kenapa baru kali ini aku melihat orang itu?"

Perlahan-lahan dia memberanikan diri berjalan lebih dekat dengan objek yang sedang dia targetkan. Seketika rasa percaya dirinya melonjak hingga ke ubun-ubun. Dalam hatinya ada niat untuk bisa berkenalan dengan objek tersebut.

Kini jaraknya dengan objek itu tak terlalu jauh. Dain duduk di atas pasir pantai, meletakkan rantang di sebelahnya dan masih memandang objek itu. Namun kini senyum tipis itu dia sembunyikan serapat mungkin.

Objek itu menyadari ada seorang gadis yang sedang memperhatikannya. Dia beranjak dari pantai dan perlahan-lahan berjalan dengan feminim menuju gadis bersendal jepit itu.

Semakin dekat langkah objek itu, semakin gugup pula Dain. Dan objek itu menyapa dengan suara lembut dan tersenyum, "Hey, kamu melihat temanku yang duduk di sini, nggak?" kata objek itu dengan senyum ramah.

Lee Dain menjawab cepat dibalik kegugupannya, "Siapa? Nggak ada siapa-siapa. Dari tadi aku sendirian aja tuh." Jawabnya dengan mendongak ke atas sambil memperhatikan wajah objek yang berwujud gadis berkulit sangat putih dan bertubuh ramping dan cukup seksi dengan baju renang lucunya.

Kini gadis berkulit putih itu ikut duduk di sebelah Dain, membiarkan Dain memperhatikannya dengan nyaman tanpa perlu mendongak ke atas ketika dia berdiri di hadapan Dain.

"Dia suka sekali hilang tiba-tiba tanpa sepatah kata." Gumam gadis itu pada diri sendiri.

Dain yang bingung dengan perkataan gadis putih ini memutuskan untuk merespon. "Lha, kayak hantu anjir, temanmu suka ngilang tiba-tiba. Eh tapi serius, sedari tiba disini, tak ada seorang pun sebelumnya yang duduk di sini. Cuma aku saja." Responnya. "Lihatlah di sana, cuma kamu saja yang bermain air di pinggir pantai. Turis lainnya sepertinya sudah beranjak ke restoran terdekat. Dan lihatlah ke dermaga di arah selatan, para nelayan baru saja kembali dari menangkap ikan." Tunjuk Dain ke arah selatan yang diikuti oleh pandangan gadis berkulit putih itu.

Gadis berbaju renang itu mengikut arah yang ditunjuk oleh Dain. Kemudian menoleh kembali ke Dain. "Namaku As—"

"Ahaa!!" seru Dain terlonjak bersamaan ketika gadis itu ingin menyebutkan namanya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya gadis itu ikut kaget karena seruan panik si gadis sandal jepit.

"Ngomong-ngomong soal ikan, aku tiba-tiba ingat tujuanku ke sini!" jawab Dain. "Aku harus pergi sekarang. Papaku pasti sudah kembali!" katanya lagi sembari buru-buru bangkit dan bersiap berlari. Dia sedikit kesulitan karena sendal jepitnya tertimbun pasir pantai. "Sampai jumpa lagi!" katanya sambil berlari tergesa-gesa.

"Rantangmu!" Teriak gadis berkulit putih itu kencang dan berhasil menghentikan Dain di tempatnya.

Dain kembali lagi ke tempat gadis itu berada sambil tertawa kecil. "Hampir saja ketinggalan." Ucapnya tertawa kecil.

Tawa polos Dain bagaikan virus, membuat gadis yang sedang menatapnya ikut ketularan tertawa.

"Namamu siapa?" tanya Dain tiba-tiba.

"Namaku?"

"Iya. Namamu," tunjuk Dain ke arah gadis itu dengan alisnya dan masih tersenyum polos. "Cepat katakan. Waktuku tak banyak lagi. Ayoo..." sambungnya dengan nada sedikit meringis.

"Asa. Namaku Asa." Jawab gadis bernama Asa itu.

Senyum Dain kini mengembang, "Nama yang bagus!" ucapnya sembari mengambil sesuatu dari kantong celananya. "Ini hadiah untukmu karena sudah baik untuk mengingatkanku dengan Rantang ini. Lumayan buat ngemil selagi nunggu temanmu yang suka hilang-hilangan itu." Dain memberi sebungkus Jelly beruang warna-warni.

Asa menyambut tangan itu dengan lembut, "Terima kasih." Dia tersipu dengan perlakuan gadis sandal jepit ini.

"Sampai jumpa lagi, Asa!" kata Dain puas sambil sesekali melambaikan kedua tangannya ke arah Asa dan berlari menuju Dermaga.

Asa masih tersenyum memandangi Dain berlari menjauh dari tempatnya berada, hingga ia bahkan lupa menanyakan nama gadis sandal jepit itu. "Kok dia menggemaskan banget sih." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir tipisnya. Matanya tidak berkedip mengikuti gadis itu hingga Dain menghilang di antara kerumunan para nelayan.

🔜

Nb: kalo rame, ntar malam update 🙂‍↔️

Youth Of Summer [Rorasa | Royeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang