O3

110 12 2
                                    

ㅡ🍊ㅡ

"Gael!"

Gael menghentikan langkah saat ia mendengar namanya di panggil dari kejauhan. Teman satu grupnya yang berjalan di belakangnya ikut berhenti. Gael berbalik dan menemukan Eric yang berjalan menyusulnya dari sana.

Putra melihat Gael yang tersenyum tipis menaikkan satu alisnya, tidak biasanya Gael tersenyum seperti itu. "Dia yang tadi lo cari waktu di atas panggung?" Tanya Putra yang disambut ekspresi bingung yang lain. Gael menoleh sebentar dan mengangguk tanpa berniat berbohong.

"Siapa, El?" Tanya Pascal yang berada disebelah Gael dan menyenggol bahunya. "Cuma panitia acara yang gue kenal. Duluan aja, gue mau ngobrol bentar." Gael memberikan tanda kepada yang lain untuk segera pergi meninggalkannya disini bersama Eric. Ia belum ingin memperkenalkan Eric pada yang lain, lagipula ia juga baru mengenalnya hari ini. Teman? Mereka tidak sedekat itu. Gebetan? Lebih tidak mungkin lagi.

"Udah naksir?" Ledek Gael sesaat setelah Eric berdiri di depannya. Gelak tawa Eric langsung terdengar kencang, "Lu emang gini ya orangnya? Suka ngomong tanpa mikir dulu." Balas Eric sembari memegang perutnya yang terasa sedikit nyeri akibat tertawa kencang.

Gael menyilangkan kedua tangannya, "Ck, jawab aja sih kenapa." Eric menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kalo gua bilang iya lu mau apa? Kalo gua bilang gak gitu lu bakalan ngapain?"

Lagi-lagi Eric suka sekali menggoda pria ini, ekspresinya yang cemberut ketika sedang kesal ingin sekali Eric abadikan melalui kamera ponselnya.

"Gak gue kasih apa-apa lah! Mau reward myself coz i can make people loves me today."

Jawaban Gael membuat sang lawan bicara terdiam. Ada saja jawaban yang keluar dari mulutnya yang cantik itu.

"Lu menang. You looked really awesome, your beautiful voice makes me think that is this really a human voice or an angel? And you know? When you were on stage, I don't even remember that there were other people than you in the world."

"LEBAY!" Pekik Gael mendengar kalimat cheesy dari pria yang lebih tua darinya ini. Gelak tawa kembali memecah malam bersahutan dengan dentuman dari sound system yang masih menyala.

"Serius, katanya lu mau tau jawaban gue. That's it. Gak percaya yaudah." Gael mencibir mendengarnya, siapa juga yang percaya dengan kalimat selebay itu. Apalagi dari mulut seorang Eric yang dari awal hanya mengeluarkan kalimat yang terus membuatnya emosi.

"Terus, ini lo ngapain nyamperin gue?"

Eric menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia sendiri juga tidak tau mengapa kakinya ini bergerak dengan sendirinya menghampiri pria itu. Ia segera memaksa otaknya untuk memikirkan jawaban yang terdengar masuk akal.

"Lu balik sama siapa?" Tanya Eric. Gael mengangkat bahunya tidak tahu, "Gak tau sih, sama siapa aja boleh yang penting nyampe rumah." Balasnya.

"Balik bareng mau? Naik mobil gua."

"Huh?"

"Balik bareng gimana? Dijamin aman sampai sehat sentosa." Tanya Eric ulang. Eric mencoba peruntungannya, sudah lama ia tidak menerima penumpang duduk di kursi sebelah kemudi, pengecualian untuk Mark karena pria itu teman satu-satunya yang ia perbolehkan selain mantannya dan keluarganya.

"Emm, oke, gue bilang ke Kak Pascal dulu ya, soalnya gue disini berangkat bareng dia."

Jika Eric hidup dalam sebuah kartun di sudut kepalanya sudah muncul emoji senang karena sepertinya hari ini semesta sedang berpihak padanya untuk dekat dengan Gael.

ㅡ🍊ㅡ

"Gua skip eval ya, you guys already did well. Ntar masukan dari gua biar gua sampein langsung sama PO kalian, sorry gak bisa join. Gua balik duluan ya." Pamit Eric pada yang lainnya dan segera bergegas menyusul Gael yang sudah menunggunya di dekat pintu masuk. Senyum tidak lepas dari bibirnya kala melihat Gael yang menyandarkan tubuhnya pada tembok dengan kepala yang terantuk.

You and Me (FourthGemini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang