O9

102 12 3
                                    

ㅡ🍊ㅡ

Hubungan Gael dan Eric yang renggang membuat Gael tanpa sadar kembali ke kebiasaannya sebelum bertemu Eric, melakukan segala hal sendirian. Hari-harinya kini terasa lebih sepi, terutama saat ia berjalan keluar rumah dan tidak lagi melihat mobil Eric terparkir rapi di depan pagarnya. Biasanya, hampir setiap hari mobil itu ada di sana, menjadi tanda kehadiran Eric yang selalu ada untuk menjemputnya, mengantarnya ke mana pun mereka pergi. Sekarang, pemandangan itu hilang, dan meski Gael berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut, ada rasa kosong yang menyelinap di hatinya.

Gael berusaha menepis perasaan tidak nyaman yang terus datang. Ia pernah mengalami situasi seperti ini sebelum bertemu Eric. Perasaan ditinggalkan. Dulu, ia sudah terbiasa dengan kesendirian, tapi kali ini rasanya berbeda. Kali ini, rasanya lebih sakit. Mungkin karena dengan Eric, hubungan mereka sudah lebih dari sekadar pacaran meskipun tanpa status yang terucap. Gael tanpa sadar sudah begitu menyayangi Eric, bahkan lebih dari yang ia bayangkan. Ia tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta sebanyak ini.

Namun Gael paham, mungkin Eric sedang bergulat dengan traumanya sendiri, yang berkaitan dengan orang tuanya. Gael tidak pernah mendengar secara langsung sudut pandang dari Eric. Itu sebabnya, saat Eric memojokkannya dalam percakapan terakhir mereka, Gael berusaha untuk tidak meledak, meskipun hatinya sakit. Ia tahu, ini bukan hanya tentang mereka berdua—ada luka yang Eric bawa, dan Gael tidak ingin memperburuk keadaan.

"El, tumben gak dianter Kokoh kesayangan lu itu?"

Pertanyaan keluar dari mulut Pascal pada Gael yang baru saja turun dari motornya. Sore ini Interna melakukan latihan rutin seperti biasanya. Senyum tipis muncul di wajah Gael, meski hatinya jauh dari perasaan yang sama. "Gak, Kak. Sibuk orangnya." Jawab Gael, berusaha terdengar santai.

Namun Pascal yang sudah cukup mengenal Gael dengan mudah dapat menangkap ada sesuatu yang janggal. "Sibuk... atau putus?" tanyanya lagi, penasaran. Gael menghentikan gerakannya sejenak, diam beberapa detik sebelum menghela napas panjang.

"Beneran, Kak. Ko Eric lagi sibuk jadi gak bisa nganter," jawabnya pelan, memilih kata-kata hati-hati. Gael tidak ingin orang lain mengetahui jika keduanya tengah berselisih.

Pascal menatap Gael sejenak, seolah menimbang-nimbang kata-katanya, tapi akhirnya memutuskan untuk tidak menekan lebih lanjut. Ia hanya mengangguk, lalu merangkul bahu Gael dengan hangat. Menariknya masuk ke dalam studio tanpa bertanya lebih jauh, memberi Gael ruang untuk memproses perasaannya sendiri.

Latihan berjalan seperti biasa. Gael bernyanyi dengan halus sambil sesekali melihat lirik yang terpampang di ponselnya. Namun, sebuah notifikasi muncul di layar, mengganggu konsentrasinya. Ia berusaha mengabaikan, merasa tidak enak dengan yang lain karena latihan masih berlangsung di pertengahan lagu. Namun, semakin lama notifikasi itu terus muncul, dan meskipun Gael berusaha tetap fokus, rasa gelisah mulai merayap dalam dirinya.

Ia sempat membaca sedikit, pesan masuk dari salah satu teman Eric yang seperti sedang mencarinya, dan hal itu membuat Gael semakin tidak tenang. Ia terus bernyanyi, suaranya tetap terdengar, namun pikirannya sudah melayang-layang, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

Selesai lagu terakhir, Gael meminta break sejenak. Ia berjalan ke pinggir ruangan, menyandarkan tubuhnya di dinding. Nafasnya masih berat, tetapi jemarinya dengan cekatan membuka roomchat dari Sada. Satu per satu pesan yang masuk dibacanya, dan semakin ia membaca, detak jantungnya semakin cepat. Rasa pusing tiba-tiba melanda, perasaannya campur aduk.

Gaelll sorry ganggu

Beberapa hari ini lo sama Eric gak?

Chat gue gak dibales

You and Me (FourthGemini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang