11

59 16 4
                                    

ㅡ🍊ㅡ

Terhitung sudah lima bulan lamanya kedekatan mereka terjalin. Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa telah mencapai penghujung semester. Perubahan status mereka membuat keduanya semakin tak terpisahkan. Gael, yang biasanya lebih mandiri, kini tak lagi ragu menunjukkan sisi manjanya kepada Eric, sementara Eric pun semakin sabar dan protektif, tak pernah ingin jauh dari kekasihnya.

Seperti hari ini, Eric yang sudah selesai dengan ujiannya, datang ke rumah Gael untuk menemani pacarnya yang masih harus mempersiapkan satu mata kuliah terakhir. Namun, meski dikatakan menemani, kenyataannya kehadiran Eric tak banyak mengubah fokus Gael. Gael tetap tenggelam dalam materi ujian, matanya nyaris tak lepas dari tumpukan kertas yang berantakan di meja.

Sementara itu, sejak tiba di rumah, Eric justru lebih banyak berbincang dengan ibu Gael yang kebetulan sedang ada di rumah. Pada saat pertama kali Eric bertemu langsung dengan ibu dari sang kekasih, Eric merasa agak canggung, tapi sikap ramah ibu Gael membuatnya cepat merasa nyaman. Wanita itu memperlakukannya seperti anak sendiri. Setiap kali Eric bertamu, ibu Gael selalu mengajaknya mengobrol panjang lebar sebelum Eric diperbolehkan menemui Gael di kamar.

Malam itu, Gael sudah berjam-jam menatap catatan dan tugas-tugas yang berserakan di meja, berusaha keras menyerap materi yang tak kunjung masuk ke kepalanya. Sedangkan Eric, ia berbaring di atas ranjang milik Gael menghabiskan waktunya dengan ponselnya, sesekali ia melirik sang kekasih yang tampak sangat fokus dan kemudian tersenyum tipis memaklumi.

Namun, Gael berusaha keras untuk fokus, tapi semakin melihat Eric yang begitu rileks, semakin naik rasa frustrasinya. Akhirnya, ia tak lagi mampu menahan jenuhnya.

"Ini materinya susah banget, gila! Kepala gue udah kayak mau meledak!" keluh Gael, menutup buku catatan dan tumpukan materinya dengan keras. Ia berbalik menatap Eric, yang masih sibuk dengan game di ponselnya. Wajahnya semakin masam melihat betapa santainya Eric, seolah-olah tidak ada beban kuliah. Cih, mentang-mentang ujiannya udah kelar, batin Gael.

Dengan langkah kesal, Gael berdiri dan menghampiri Eric, berdiri di samping ranjang sambil tetap menunjukkan ekspresi merajuk. Begitu menyadari kehadiran Gael, Eric langsung menutup ponselnya dan menatap kekasihnya. Senyum lebar menghiasi wajahnya seketika.

"Kenapa cemberut? Padahal dari tadi aku yang dianggurin, kok sekarang kamu yang bete?" ucap Eric dengan nada bercanda, lalu ia merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar Gael mendekat untuk memeluknya. Dia tahu betul, Gael pasti sudah lelah.

Tanpa banyak bicara, Gael menjatuhkan tubuhnya ke arah Eric, membuat Eric terhempas telentang di kasur. Gael tak peduli, ia menyusupkan wajahnya di lekukan leher Eric, mencari pelukan yang menenangkan. Eric pun dengan lembut mengusap puncak kepala Gael, sementara satu tangannya melingkari pinggang kekasihnya, memeluknya erat.

"Pusing," bisik Gael lirih di telinga Eric, suaranya terdengar lelah.

Eric membalas dengan kecupan lembut di leher Gael. "Iya, pusing. Terus, Gael maunya apa supaya pusingnya hilang?" tanyanya, suaranya lembut dan penuh perhatian.

"Mau jadi kucing aja," jawab Gael asal.

Eric langsung terkekeh mendengar jawaban itu. "Berarti kalau ngomong harusnya pakai meow-meow dong?" candanya.

Tapi candaannya langsung terhenti dengan seruan, "Auuw sakit, El!" Gael mencubit keras pinggang Eric, membuatnya meringis.

"Gak jelas," balas Gael, meski senyuman kecil terukir di bibirnya.

Hening menyelimuti mereka sejenak. Hanya suara napas keduanya yang terdengar, saling berirama dalam keheningan kamar.

"Ko, tiba-tiba aku kangen manggung," ucap Gael pelan, memecah keheningan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and Me (FourthGemini)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang