ㅡ🍊ㅡ
Gael terlonjak kaget, matanya terbuka lebar. "Huh?! Apa?!" serunya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Butuh beberapa detik bagi otaknya untuk benar-benar memproses ucapan Eric yang tiba-tiba itu. Dia tidak menyangka ajakan pacaran datang dengan cara yang jauh dari kata romantis.
"Out of all the places, Ko?!" Gael merutuk kesal, kedua tangannya bersedekap di dada sementara bibirnya terus menggerutu. Pandangannya menyipit menatap Eric yang masih santai tiduran dengan kaos putih yang sudah kusam kesayangannya itu. Gael mendengus ketika melihat senyum cengengesan di wajah pacarnya itu.
"The important thing is now you're my boyfriend," Eric berkata sambil masih menyunggingkan senyum percaya diri. Dan dengan cepat, Gael mencubit paha Eric. "KATA SIAPA?! Gue belum jawab sama sekali!" sahutnya tajam.
Eric bangun dari posisi tidurnya dan mencondongkan tubuhnya ke arah Gael, hingga wajah mereka nyaris bersentuhan. Eric menyeringai, tatapan matanya masih penuh percaya diri. "Jawaban lu udah jelas dari tadi, Gael," ucapnya dengan nada rendah, hampir berbisik. Ia tak bergeming, semakin mendekat, membuat jarak di antara mereka kian tipis.
Gael memalingkan wajahnya, pipinya bersemu merah. "Kepedean ih," gumamnya lebih pelan dari sebelumnya, meski ia tahu jawaban yang sebenarnya. "Lu pipinya merah gemes gini, udah jawaban cukup buat gua." Eric tak bisa menahan tawa kecilnya, tangannya terulur mengacak pelan rambut Gael, yang kini semakin merapat dengan wajah sedikit cemberut.
Gael mendengus lagi, tapi kali ini lebih lembut. "Dasar... lo nyebelin," katanya, meskipun hatinya sudah luluh sejak awal.
Yang lebih tua menjauhkan wajahnya namun tatapannya masih lekat memandang lelaki yang membuatnya jatuh cinta. Gael bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat, dan tatapan lembut yang entah mengapa terasa hangat itu membuat pipinya semakin merah.
"Ngapain, Ko, senyum-senyum gitu?" bisik Gael, suaranya terdengar lebih pelan dari yang ia maksudkan, hampir tenggelam oleh kehangatan suasana. Eric tidak menjawab, hanya tersenyum semakin lebar. Gael tahu, dalam hati dia sudah menyerah, tapi gengsi membuatnya tak ingin mengakuinya dengan mudah.
Keberanian yang biasanya muncul saat Gael menceritakan betapa besar ia menyukai Eric mendadak lenyap, tergantikan dengan rasa malu yang perlahan menguasainya. Saat berhadapan langsung dengan Eric, nyalinya seakan menurun drastis. Debaran jantungnya yang semakin kencang membuat tubuhnya terasa lemas, seakan tak mampu lagi menahan perasaan yang berkecamuk di dalamnya.
"Cantik," ucap Eric tiba-tiba, membuat Gael menatapnya dengan bingung.
"Mata lu cantik," lanjut Eric, suaranya pelan namun tegas. Pujiannya membuat wajah Gael semakin memerah, seolah darahnya mengalir lebih cepat. Tidak biasanya Eric berkata seperti ini, apalagi memuji secara verbal. Mereka berdua lebih sering mengekspresikan perasaan dengan sentuhan fisik-tanpa perlu mengeluarkan kata-kata cheesy seperti ini.
Gael ingin menghilang, merasa tak terbiasa dengan pujian yang diberikan begitu langsung. Jantungnya masih berdebar keras, dan matanya berusaha menghindari tatapan Eric yang intens. Ini bukan gaya mereka, dan justru itu yang membuat momen ini terasa lebih berarti, meskipun membuat Gael makin tersudut.
"Jadi gimana, mau jadi pacar gua?" tanya Eric dengan nada yang setengah bercanda, tapi matanya menunjukkan keseriusan.
Gael menghela napas panjang, berusaha menahan senyum yang mulai muncul di sudut bibirnya. "Masih perlu dijawab lagi kah, Ko Eric?!" balas Gael dengan sedikit emosi, meskipun dadanya masih bergemuruh.
Eric tertawa pelan, lalu tanpa peringatan menarik Gael lebih dekat, merangkulnya dengan erat. "Gua cuma mau denger lu bilang iya," bisiknya, suaranya rendah namun lembut di telinga Gael.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me (FourthGemini)
FanfictionEric jatuh cinta dengan Gael yang tampil begitu memukau diatas panggung, but the more Eric get to know him, Gael turned out to be just a big baby. Gemini as Gamaliel Yudhistira Rahardja Fourth as Calvin Frederic Liu Adibrata Romance, College life...