Setelah debutnya yang gemilang, Ramielle Kim menjadi topik utama di seluruh industri hiburan. Pemberitaan tentang debutnya memenuhi headline portal berita, forum-forum online ramai membahas bagaimana dia bukan sekadar 'idola biasa'. Di era generasi keempat dan kelima Kpop yang lebih mengedepankan visual dan tarian, Ramielle muncul sebagai angin segar dengan vokal yang kuat dan kepribadian yang kontras. Jika yang lain tampil ramah dan selalu tersenyum manis di hadapan kamera, Ramielle tampil apa adanya. Dan hal itu, entah bagaimana, justru membuat publik semakin jatuh cinta.
Ramielle menikmati setiap detik dari ketenaran barunya. Baginya, menjadi sorotan adalah sesuatu yang selalu diinginkannya, tetapi bukan dengan cara yang umum. Dia nggak tertarik menjadi idol yang manis dan penurut. Baginya, dunia hiburan adalah permainan, dan dia ingin memainkannya dengan caranya sendiri.
Kantor FOCUS Entertainment dipenuhi suasana riang saat Ramielle masuk ke ruang latihan di pagi hari. Para staf menyambutnya dengan wajah sumringah, mengucapkan selamat atas kesuksesan debutnya. Beberapa bahkan terlihat terburu-buru datang menghampirinya untuk sekadar memberi selamat dan berharap mendapat perhatian darinya.
"Selamat ya, Ramielle! Penampilan kamu keren banget!" ujar salah satu staf sambil menepuk bahunya.
Ramielle hanya menatapnya singkat, kemudian mengangguk dengan senyum yang nyaris tidak kelihatan. Dia tidak merasa perlu membalas terlalu banyak basa-basi. Senyum kecil saja sudah cukup, pikirnya. Dia tidak tertarik dengan pujian yang menurutnya terlalu berlebihan. Mereka semua tahu debutnya akan meledak. Jadi, buat apa terlalu heboh?
Ruangan latihan pagi itu dipenuhi oleh anggota staf yang berlalu-lalang, menyiapkan pertemuan dengan CEO dan tim kreatif untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Namun, Ramielle tidak terburu-buru. Dia duduk di sofa panjang di pojok ruangan, membuka ponselnya, dan mulai membaca komentar-komentar netizen.
"Suara Ramielle bikin aku merinding, bener-bener beda dari idol yang lain."
"Akhirnya ada yang debut dengan bakat sesungguhnya. Nggak cuma tampang doang."Ramielle tersenyum kecil. Meskipun dia bukan tipe yang suka menunjukkan emosi berlebihan, membaca pujian semacam ini memberikan kepuasan tersendiri. Dia selalu tahu bahwa dia punya bakat, tapi melihat publik benar-benar mengakuinya, itu hal lain. Ini pembuktian. Dan dia menyukai setiap detiknya.
Sementara Ramielle menikmati pujian-pujian itu, seorang pria paruh baya masuk ke ruangan dengan langkah cepat. CEO FOCUS Entertainment, Mr. Kang, selalu tampil dengan wajah serius, bahkan ketika dia sedang berbicara tentang hal-hal positif. Dengan rambut yang mulai menipis dan kaca mata bulat, dia tampak lebih seperti dosen ketimbang CEO sebuah agensi hiburan. Namun, satu hal yang membuat Mr. Kang berbeda dari CEO agensi lainnya adalah kemampuannya melihat potensi di balik penampilan sederhana.
"Ramielle!" panggil Mr. Kang, suaranya berwibawa. "Bisa kita bicara sebentar?"
Ramielle hanya menengok, lalu bangkit dari sofanya dengan malas. Dia berjalan santai menuju ruang kantor kecil di sudut ruang latihan, di mana Mr. Kang sudah menunggunya dengan kertas-kertas kontrak di meja.
Begitu Ramielle duduk, Mr. Kang langsung berbicara, tanpa basa-basi. "Seperti yang kamu tahu, debut kamu sukses besar. Kita sedang ada di puncak gelombang sekarang, dan aku ingin memastikan kita tetap di sana."
Ramielle menyilangkan tangan di dada, matanya menatap lurus ke arah Mr. Kang. "Apa rencana berikutnya?"
"Promosi tur media, variety show, dan beberapa tawaran iklan sudah masuk," kata Mr. Kang. "Kamu tahu, hal-hal biasa yang dilakukan idol saat mereka mulai terkenal. Tapi aku tahu kamu bukan idol biasa. Aku ingin kamu tetap fokus pada musik. Kita nggak mau buat kamu terlalu 'komersial'. Itu bukan gaya kamu, dan aku setuju dengan itu. Jadi, kita akan pilih-milih tawaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain in Vogue
FanfictionRamielle Kim, soloist Kpop generasi kelima, punya suara sekelas diva dunia dan sikap yang sama tajamnya. Di tengah hiruk-pikuk senioritas dan norma industri, dia memilih jalan lain: "Gue nggak peduli sama aturan mereka, selama gue dapet yang gue mau...