Bab 4

36 7 0
                                    

Hyun-Seok duduk di ruang ganti yang sepi setelah penampilannya di acara musik malam itu. Dia menatap cermin di depannya, memeriksa wajahnya yang masih terlihat sempurna meski acara baru saja selesai. Di balik wajah tenang itu, pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh nama yang akhir-akhir ini selalu menghantuinya: Ramielle Kim.

Bukan hanya karena bakat Ramielle yang luar biasa, tapi juga karena kehadirannya yang begitu mendominasi di industri Kpop, bahkan tanpa ada usaha untuk menyesuaikan diri. Bagi Hyun-Seok, ini lebih dari sekadar kecemburuan biasa. Dia sudah lebih dari sepuluh tahun berada di industri ini, bekerja keras untuk mempertahankan citranya sebagai idol senior yang dihormati. Namun, kehadiran Ramielle seolah-olah mengancam posisi yang sudah ia bangun selama bertahun-tahun. Ramielle tidak hanya berbakat, tetapi juga tidak peduli dengan aturan atau norma yang ada, sesuatu yang sangat dibenci oleh idol senior seperti Hyun-Seok.

Hyun-Seok mengundang manajernya ke rumahnya. Dengan suasana yang tenang dan pengamanan ketat, mereka bisa berbicara bebas tanpa khawatir disadap oleh media atau fans.

Hyun-Seok menatap manajernya, Kim Ji-Won, yang telah lama mendampinginya sejak awal kariernya. Ji-Won mengerti betul sifat licik Hyun-Seok dan tahu bahwa ketika ia mulai merencanakan sesuatu, hasilnya tak akan pernah kecil.

"Jadi, apa rencananya?" tanya Ji-Won sambil menyesap secangkir teh hijau. "Namanya sekarang sedang di puncak. Makin susah buat menjatuhkannya."

Hyun-Seok tersenyum tipis, senyum yang dingin dan penuh perhitungan. "Setiap idol pasti punya kelemahan. Apalagi yang baru debut seperti dia. Popularitasnya memang sedang naik, tapi itu juga berarti makin banyak yang memperhatikan dia. Kita harus cari celah."

"Celah apa? Gadis itu terlihat tak terkalahkan. Dia punya vokal, fansbase besar, bahkan media suka dengan sikapnya yang 'beda' itu."

Hyun-Seok melipat tangannya di atas meja, matanya tajam menatap Ji-Won. "Bakat vokal dan sikap sarkastiknya itu yang akan jadi senjatanya sendiri. Kamu ingat apa yang terjadi dengan idol-idol yang terlalu jujur di industri ini? Mereka jatuh, karena tidak tahu cara bermain aman. Kita hanya perlu sedikit dorongan... rumor kecil yang disebar dengan cara yang tepat, dan sisanya akan selesai dengan sendirinya."

Ji-Won, melirik ke arah artisnya itu. "Kamu yakin rencana ini akan berhasil? Ramielle mungkin sarkas dan arogan, tapi dia punya fanbase yang kuat. Kalau kita tidak hati-hati, ini bisa berbalik ke kita."

Hyun-Seok tersenyum dingin, membuang pandangannya ke luar jendela. "Gosip adalah senjata yang lebih kuat dari apapun, Ji-Won. Orang suka drama, dan semakin besar drama yang kita ciptakan, semakin cepat mereka akan mempercayainya. Ramielle punya bakat, iya. Tapi kalau mentalnya terganggu, bakat itu tidak ada artinya."

Ji-Won mengangguk, mengerti maksud Hyun-Seok. Mereka tidak perlu menjatuhkan Ramielle secara langsung. Cukup menciptakan keraguan di publik, dan sisanya akan dikerjakan oleh industri itu sendiri.

"Kita sudah menanam benihnya," lanjut Hyun-Seok dengan suara rendah. "Sekarang kita tinggal menunggu hasilnya. Jika Ramielle tidak hati-hati, dia akan hancur sebelum comeback-pertamanya."

Ketika tanggal comeback semakin dekat, masalah mulai muncul. Pertama, ada desas-desus tentang Ramielle yang menyebar di media sosial dan forum-forum online. Beberapa rumor mengatakan bahwa Ramielle sering bersikap tidak sopan terhadap staf di balik layar, menuntut terlalu banyak, dan bahkan memperlakukan seniornya dengan tidak hormat. Rumor ini cepat menyebar, meskipun belum ada bukti konkret yang mendukungnya.

"Ini cuma gosip murahan," kata Seo-Jun, ketika mereka sedang di perjalanan menuju jadwal pemotretan untuk cover albumnya. "Tapi gosip semacam ini bisa menghancurkan reputasi kalau nggak ditangani dengan baik."

Villain in VogueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang