Hampir dimulai

155 27 0
                                    

Apartemen, 08:00 PM

"Maaf udah ngerepotin kalian…" Y/n menunduk merasa bersalah pada kedua sahabatnya.

Lui dan Marin saling memandang, kemudian senyuman manis milik mereka terukir jelas.

"Gak usah ngerasa bersalah gitu, kita udah bilang kan? Itu bukan salahmu."-Marin

"Iya, kayak yang gak pernah ngerepotin aja." Ucap Lui bercanda, ia tersenyum untuk mencairkan suasana.

"Berarti sering dong?"-Marin

"Uih, sering banget." Lui dan Marin terkekeh, hati Y/n menghangat melihat kedua sahabatnya, ia tahu mereka hanya bercanda.

"Kalian…" Y/n ikut terkekeh. "Maaf sering ngerepotin."

"Sadar ternyata." Kini giliran Y/n dan Lui tersenyum mendengar perkataan Marin.

"Seenggaknya aku jujur." Jawab Y/n dengan senyuman mengejek.

"Mang eak."

Mereka menghabiskan waktu untuk saling bersenda gurau, coba melupakan kejadian hari ini.

Sebenarnya Lui dan Marin sengaja membuat candaan, mereka tak ingin terus melihat Y/n memikirkan kejadian ini.

Perlu diingat, Y/n tidak pernah merepotkan mereka sedikit pun. Lui dan Marin bahkan sudah menganggap gadis itu layaknya sebagai saudari mereka sendiri.

Mereka menyayanginya...

***


Jemari sosok pria bertanduk itu mengusap pipi Yn pelan. Malam ini ia kembali menemui sang gadis meskipun sudah terlelap.

Tatapannya tertuju pada pergelangan tangan Y/n yang masih memar, ia meraihnya lembut, kemudian mengusapnya hingga mengeluarkan sebuah cahaya keunguan.

"Aku akan balas orang yang telah menyentuhmu…"

Setelah selesai, cahaya sihir ungu itu menghilang, memperlihatkan pergelangan tangan sang gadis yang sudah sembuh.


Chup~

Kecupan ringan diberikan oleh sosok tersebut, tepat ditelapak tangan Y/n.

Seperkian detik kemudian, sosok pria itu menghilang bak tertiup angin malam.

Meninggalkan Y/n dengan dunia mimpinya.

_______

Pagi ini Y/n hanya berangkat sendirian ke sekolah, kedua temannya tidak bisa menghadiri kelas.

Lui yang demam, dan Marin yang pulang ke kampung halamannya. Ini sudah terlewat beberapa hari setelah kejadian di kantin waktu lalu.

Sebelum berjalan memasuki kelas, Y/n mendekat ke arah loker miliknya, hanya untuk mengambil buku pelajaran.

Namun saat pintu loker terbuka, dirinya melihat banyak coretan dan sampah. Bahkan semua buku miliknya rusak, banyak sobekan.

Di ujung lorong, ia bisa melihat seorang pria yang sedang terkekeh sinis, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tahu siapa yang melakukan ini.

Y/n hanya bisa menghela nafas, ia tak ingin mempermasalahkan hal ini. Ano akan lelah dengan sendirinya jika ia tak merespon.

Tak lupa menutup pintu loker, Y/n kemudian berjalan menuju kelas, tak menatap ke arah Ano, seolah tak ada siapa pun di hadapannya.

Melihat respon yang diberikan sang gadis membuat amarah Ano seketika meningkat, padahal ia ingin melihat gadis itu terpuruk.

"Sialan."

***

Kantin Sekulah...

"Si Lui sama Marin kagak ada, kamu bareng kita aja, Souta masih khawatir loh."

"Kalo ada apa-apa bilang, jangan nyembunyiin." Harris mengangguk setuju dengan perkataan Gin. "Jangan takut." Tambah Harris.

Y/n menghela nafas, kemudian ia mengangguk pelan dan tersenyum kecil.

"Sore ini, kita anterin kamu pulang." Lagi-lagi Y/n mengangguk dengan perkataan Gin.

Keadaan hening untuk beberapa saat...


"Tapi Souta penasaran, kenapa kamu bisa di targetin sama si Ano itu dah?"

Gin mengangguk setuju, mereka memang belum mengetahui alasannya.

"Itu karena kelakuan dia yang hampir ngebahayain satu siswa, dan gak sengaja aku liat." Jelas Y/n dengan sedikit rasa ragu.

Harris mengangkat sebelah alisnya. "Kelakuan dia? Emangnya dia ngapaian?"

Helaan nafas keluar dari mulut sang gadis sebelum ia bercerita. "Waktu itu, Ano lagi ngerundung satu murid, nempelin petasan di dahi si muridnya, kejadiannya di belakang sekolah."

Ketiga pemuda itu senantiasa mendengarkan cerita yang Y/n sampaikan.

"Pas banget, aku lagi nyoba kamera hadiah dari Lui sama Marin, dan pas aku nyari spot foto, aku gak sengaja motret kelakuan dia."

Gin menatap ke arah Y/n intens. "Yakin gak sengaja?" Gadis itu ragu sejenak, sepertinya Gin tahu jika ia berbohong.

"Bilang aja…" ujar Souta dengan nada lembut untuk membuat Y/n berani berucap.

"Ya…aku sengaja dan langsung ngelaporin foto itu ke Kepsek, berakhir Ano di skors tiga bulan."

Harris mengangguk paham, ia tahu kebenarannya sekarang. "I see…tapi kamu gak salah, tindakan yang kamu lakuin itu udah bener, kalo menurut Harris."

"Tapi Ris, kecerobohan Y/n juga yang bikin dia ketahuan. Harusnya kamu diem-diem motretnya."-Souta

Y/n mengangguk. "Aku lupa kalo ada suara dari kameranya."

"Terus gimana keadaan murid yang dibully itu?" Tanya Gin.

"Karena aku ketahuan, murid itu gak jadi di rundung, Ano ngejar aku sampe ke ruangan Kepsek, tapi dia telat. Aku berhasil nunjukkin bukti itu duluan."

"Waktu itu untungnya, kepsek lagi ada acara rapat disekolah." Lanjut sang gadis.

Mereka mengangguk paham, sudah jelas, kini hanya tinggal bagaimana menyelesaikan masalah ini.

"Kamu gak salah, jadi tenang aja, okay?"

Y/n tersenyum dan mengangguk dengan perkataan Gin. Mereka benar, ia tak bersalah.

Dirinya merasa lega setelah menceritakan hal ini pada teman-temannya.



-TBC-

Minna-san, gomen:<
Lop yu<3

My Demon?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang