Jejak di Bawah Sinar

17 15 0
                                    


VOTE

FOLLOW

KOMEN

"Setiap permintaan menyimpan risiko, seperti petikan janji yang bisa membawa akibat tak terduga."—SB

Malam yang dipenuhi cahaya bulan itu terus membekas dalam pikiran Aldi dan Nayla. Mereka kembali dari hutan dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Bertemu dengan Luna, makhluk mistis yang selama ini hanya terdengar dalam bisik-bisik cerita rakyat, terasa seperti mimpi. Namun, ada sesuatu yang lebih dari sekadar rasa takjub—rasa was-was yang membayangi mereka setelah mendengar kata-kata Luna.

Di rumahnya, Aldi duduk terdiam di depan komputer. Layar itu menampilkan sebuah laman forum lokal yang memuat berbagai cerita tentang Luna. Berulang kali dia membaca kisah-kisah yang tampaknya sepele—orang-orang yang meminta keberuntungan, cinta, atau kekayaan dari Luna, tetapi selalu berakhir dengan hasil yang mengejutkan. Konsekuensi yang tidak diinginkan.

Dia mengerutkan dahi, jari-jarinya mengetik perlahan, mencoba mencari jawaban. Apa yang sebenarnya diinginkan Luna? Apakah dia benar-benar menawarkan bantuan atau hanya membawa malapetaka?

“Aldi!” Suara ibunya dari bawah memanggil, membuatnya terkejut. “Makan malam sudah siap!”

Aldi mematikan komputer dan turun ke ruang makan. Makan malam berjalan seperti biasa, tetapi pikirannya terus-menerus kembali ke malam di hutan dan sosok Luna.

###

Keesokan harinya, saat bertemu dengan Nayla di sekolah, percakapan mereka langsung mengarah ke peristiwa malam itu.

“Menurutmu, apa maksud Luna dengan ‘konsekuensi’ itu?” tanya Nayla sambil membuka kotak bekal di kantin.

“Aku nggak tahu. Tapi rasanya terlalu berisiko untuk minta sesuatu padanya,” jawab Aldi sambil memikirkan kembali cerita-cerita yang dia baca semalam. “Setiap orang yang meminta sesuatu dari Luna, selalu mendapatkan hasil yang tidak mereka duga.”

Nayla terdiam, memandang ke luar jendela, matanya tampak penuh pertimbangan. “Tapi... gimana kalau itu satu-satunya kesempatan kita untuk mengubah sesuatu dalam hidup kita? Maksudku, aku nggak bilang ingin minta sesuatu yang besar, tapi... apa salahnya mencoba?”

Aldi menoleh dengan heran. “Kamu serius? Kamu mau minta sesuatu dari Luna?”

Nayla menggigit bibirnya. “Aku belum tahu. Tapi kalau dipikir-pikir, hidup kita ini terasa... biasa aja, kan? Nggak ada yang istimewa. Mungkin Luna bisa mengubah itu.”

“Aku pikir, lebih baik nggak cari masalah. Nggak ada yang bisa kita prediksi dari makhluk seperti dia,” jawab Aldi sambil menggeleng. “Dan lagi, kamu tahu apa yang terjadi kalau salah minta. Kita bisa kehilangan segalanya.”

Nayla tersenyum tipis, tetapi ada sesuatu dalam matanya yang membuat Aldi merasa tidak nyaman. “Kamu mungkin benar. Tapi, aku masih penasaran.”

Hari-hari berlalu tanpa kejadian yang mencolok. Nayla dan Aldi mulai kembali pada rutinitas harian mereka, tetapi rasa penasaran Nayla terhadap Luna tidak kunjung hilang.

####

Suatu malam, tanpa sepengetahuan Aldi, Nayla kembali ke hutan itu sendiri. Cahaya bulan purnama menyinari jalannya, dan Nayla melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan. Sesuatu di dalam dirinya berbisik bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.

Di tengah hutan, Luna sudah menunggunya, berdiri dalam cahaya bulan yang memantulkan kilaunya ke seluruh pepohonan. Nayla melangkah mendekat, jantungnya berdebar kencang.

“Kamu kembali,” suara Luna terdengar lembut, tetapi dingin.

Nayla menelan ludah. “Iya... aku kembali. Aku ingin meminta sesuatu.”

Luna menatap Nayla dengan mata biru pucatnya yang dalam. “Apa yang kamu inginkan?”

Nayla ragu sejenak, sebelum akhirnya dia menjawab dengan suara yang hampir tak terdengar. “Aku ingin... hidupku berbeda. Aku ingin lebih istimewa. Aku ingin dikenal.”

Luna tersenyum tipis, sebuah senyum yang membuat bulu kuduk Nayla meremang. “Apakah kamu siap menerima konsekuensinya?”

Nayla ragu sejenak, tetapi dorongan di dalam dirinya lebih kuat. “Iya. Aku siap.”

Luna melangkah lebih dekat, cahaya bulan berpendar di sekelilingnya. “Ingatlah, setiap keinginan membawa harga. Mulai saat ini, nasibmu sudah diatur.”

Seketika, tubuh Nayla terasa ringan. Cahaya bulan seolah melingkupi tubuhnya, membuatnya merasa melayang. Semuanya terasa begitu ajaib, seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

---

Esok paginya, sesuatu yang aneh mulai terjadi di sekolah. Nayla, yang sebelumnya hanya seorang siswi biasa, tiba-tiba menarik perhatian banyak orang. Siswa-siswa di sekitar sekolah mulai memperhatikannya, berbicara tentang betapa menariknya dia, betapa cerdasnya dia, seolah-olah Nayla berubah menjadi pusat perhatian yang selalu diinginkannya.

Aldi, yang memperhatikan perubahan ini dari kejauhan, merasa ada sesuatu yang salah. Nayla tampak lebih percaya diri dari sebelumnya, tetapi di balik senyumnya yang lebar, Aldi bisa melihat ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang gelap.

Nayla menjadi sangat populer, tapi popularitas itu datang dengan cara yang aneh. Banyak orang tiba-tiba mendekatinya, menawarkan persahabatan dan pujian, tetapi semua itu terasa palsu.

“Nayla, kamu nggak merasa ada yang aneh dengan semua ini?” tanya Aldi saat mereka duduk di kantin.

Nayla hanya tersenyum. “Aneh gimana? Aku rasa semuanya baik-baik saja. Mungkin aku cuma... akhirnya dapat pengakuan.”

“Tapi, ini semua terjadi begitu cepat. Kamu tahu kan, ini nggak normal?”

Nayla mengangkat bahu. “Apa yang salah dengan sedikit keberuntungan?”

Aldi mendesah. “Aku tahu kamu minta sesuatu dari Luna.”

Nayla terdiam sejenak, tatapannya berubah. “Iya. Aku minta sesuatu padanya. Dan lihat hasilnya, hidupku jauh lebih baik sekarang.”

“Belum tentu,” Aldi menyela. “Kamu lupa soal konsekuensinya?”

Tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari arah lain kantin. Salah satu teman sekelas mereka, Fira, berteriak marah pada Nayla. “Kamu nyontek tugas aku, Nayla! Kamu nggak bisa seenaknya!”

Nayla terkejut, dan tiba-tiba seluruh kantin terdiam, semua mata tertuju pada mereka. Fira terus berbicara, mengungkap bahwa Nayla telah mencuri idenya untuk proyek kelas. Keadaan menjadi memanas, dan sebelum Nayla sempat membela diri, orang-orang di sekitar mulai bergosip.

“Kok bisa, Nayla yang kelihatannya baik malah begitu?”

“Dia pura-pura aja selama ini.”

Semakin lama, kata-kata buruk tentang Nayla menyebar, dan popularitasnya yang baru diraih mulai runtuh secepat kilat. Nayla yang tadi terlihat percaya diri, kini duduk dengan wajah pucat. Aldi merasa ada sesuatu yang lebih buruk sedang terjadi.

“Nayla, kamu nggak lihat? Ini semua bagian dari konsekuensinya!” ujar Aldi dengan nada khawatir.

Nayla menggigit bibirnya, suaranya terdengar rapuh. “Aku cuma ingin dikenali, aku nggak tahu semuanya akan berakhir seperti ini.”

#####

Pada malam yang sama, Nayla kembali menemui Luna, dengan hati yang penuh penyesalan. “Aku nggak tahu ini akan terjadi. Tolong, aku ingin mengubahnya.”

Namun, Luna hanya tersenyum. “Kamu sudah memilih. Nasibmu sudah tertulis di bawah cahaya bulan.”

Nayla merasakan kesepian yang mendalam, menyadari bahwa popularitas dan pengakuan yang dia inginkan ternyata adalah jebakan yang membuatnya semakin terasing. Dia hanya bisa menatap Luna dengan putus asa, menyadari bahwa kekuatan bulan bukanlah rahmat, melainkan kutukan yang terus membayangi mereka yang berani memainkannya.

#####

segini dulu

jika membaca wajib vote dan komen
satu vote kalian sangat berharga bagi para penulis

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang