BUDAYAKAN:
•VOTE!
•FOLLOW!
•KOMEN!
#####
"Kamu selalu membela sahabatmu, meski dia salah, tapi kau tak pernah membela aku—orang yang pernah kau sumpahi akan selalu kau lindungi."—SB
Malam semakin larut, dan atmosfer di sekitar mereka semakin mencekam. Bulan yang semula bersinar terang di langit kini terasa suram, seolah-olah mendukung kegelapan yang merambat di hati Luna. Raynar berdiri dengan tatapan dingin dan penuh wibawa, sementara Luna mulai kehilangan kesabarannya.
Dia melangkah maju, menatap Raynar dengan penuh kemarahan. Selama bertahun-tahun, dia memendam luka itu, membiarkannya terkubur di dalam hatinya. Tapi malam ini, kebenaran harus diungkap.
"Pengkhianat?" Luna tertawa sinis, suaranya terdengar tajam dan penuh luka. "Kau menyebutku pengkhianat? Lalu bagaimana dengan dia, Raynar? Sahabatmu itu yang kau lindungi mati-matian. Dia yang tidak di hukum meskipun melanggar aturan yang lebih berat daripada apa yang pernah aku lakukan. Kau mengizinkannya menikahi manusia! Jawab aku, Raynar!"
Raynar tampak terkejut mendengar Luna menyebutkan hal itu. Dia tidak mengira bahwa Luna akan berani membuka rahasia lama yang dia pikir sudah terkubur dalam-dalam. Wajahnya seketika mengeras, tapi Luna belum selesai.
"Kau berdiri di sini, menghakimiku, mengatakan bahwa aku penghianat. Tapi apa yang kau lakukan untuk dia? Mengapa sahabatmu itu dibiarkan bebas, padahal hukumannya seharusnya jauh lebih berat daripada apa yang kau berikan padaku?" Luna maju lagi, dadanya berdegup kencang, tapi amarahnya membuat setiap langkahnya semakin tegas.
Raynar mencoba menjawab, tapi Luna tidak memberinya kesempatan. "Dengar aku, Raynar. Aku adalah seseorang yang dengan lantang kau ucap sumpah akan melindungi ku. Kau sendiri yang bersumpah di bawah cahaya bulan bahwa kau tidak akan membiarkan siapa pun menyakitiku." Suaranya bergetar, penuh emosi yang tertahan selama bertahun-tahun.
"Tapi di saat aku paling membutuhkanmu, kau tidak ada. Kau justru berdiri di sana dan memberikan aku hukuman ini, saran dari sahabatmu sendiri!"
Raynar menundukkan kepala sesaat, matanya berkilat tajam di bawah sinar bulan. "Luna, ini lebih rumit daripada yang kau pikirkan."
"Rumit?" Luna menertawakan kata itu, suaranya penuh kekecewaan. "Apakah rumit ketika kau menjatuhkan hukuman ini terhadapku? Kau tidak berpikir dua kali, bukan? Karena yang menjadi taruhannya adalah aku. Bukan dia, sahabatmu yang terhormat itu. Aku hanyalah seseorang yang bisa kau abaikan."
Aldi dan Nayla yang menyaksikan pertengkaran ini dari jarak dekat tampak bingung, tidak bisa memahami sepenuhnya apa yang terjadi di antara mereka. Namun, jelas bahwa ini bukan hanya tentang hukuman atau kegelapan. Ada sejarah panjang yang tersimpan di balik semua ini—pengkhianatan yang jauh lebih dalam dari yang mereka bayangkan.
Raynar akhirnya angkat bicara, tapi suaranya kali ini lebih lembut, penuh perasaan yang ia coba sembunyikan. "Luna, aku tidak punya pilihan lain. Kau tahu aturan di bulan, mereka tidak bisa ditentang. Aku terpaksa menjatuhkan hukuman itu... karena..."
"Karena apa, Raynar?" Luna memotong dengan suara tajam. "Karena sahabatmu memintanya? Kau melakukan ini karena kau terikat oleh loyalitas terhadapnya, bukan karena keadilan. Kau tidak memikirkan apa yang benar atau salah. Kau hanya memikirkan apa yang akan menjaga kedudukanmu di hadapan Dewan dan sahabatmu."
Raynar terlihat terdiam, wajahnya menegang. Ia tidak menyangka bahwa luka yang pernah ia sebabkan pada Luna akan sedalam ini. "Kau tidak tahu seluruh ceritanya, Luna."
Luna tersenyum pahit, seolah mendengar hal itu membuat semuanya semakin menyakitkan. "Apa yang tidak aku ketahui? Bahwa aku yang kau jatuhkan hukuman, sedangkan dia bebas berkeliaran? Bahwa kau membiarkan dia menikah dengan manusia, sementara aku diusir ke bumi seperti pesakitan?"
Raynar menarik napas dalam-dalam. "Itu bukan pilihan yang mudah, Luna. Dan aku tidak bisa menjelaskan semuanya kepadamu. Ada hal-hal yang kau belum pahami."
"Belum paham?" Luna tertawa getir. "Apa yang bisa lebih jelas dari ini? Kau mengkhianati aku, Raynar. Kau tidak berdiri di sisiku ketika aku membutuhkannya. Kau membela orang yang salah."
Mata Luna mulai berkaca-kaca, tapi bukan karena kelemahan, melainkan karena kemarahan dan rasa sakit yang telah lama terpendam. Aldi melihat perubahan ekspresi di wajah Luna dan merasa tidak tega, tapi dia juga tahu bahwa ini adalah sesuatu yang Luna harus hadapi sendiri. Kebenaran yang selama ini tersembunyi mulai terbuka satu per satu, dan Aldi sadar bahwa Luna perlu menghadapinya untuk maju.
Raynar akhirnya mendekat, berdiri hanya beberapa langkah dari Luna. "Aku melindungi apa yang bisa aku lindungi. Kau tidak tahu apa yang terjadi di belakang layar, Luna. Aku tidak pernah ingin kau terluka. Tapi... situasi saat itu jauh lebih sulit dari yang kau kira."
Luna mundur, matanya menyipit dengan kecurigaan. "Jadi, kau akan membenarkan segalanya? Kau ingin aku percaya bahwa semua ini terjadi demi kebaikan?"
Raynar menatap Luna dalam-dalam, mencoba menggapai sesuatu di balik kemarahan dan kekecewaannya. "Aku mencoba yang terbaik, Luna. Tapi kadang, kita harus membuat keputusan yang tidak bisa dipahami oleh semua orang."
Luna menggertakkan giginya, mencoba menahan amarah yang meletup-letup di dalam dirinya. "Dan aku adalah korban dari keputusan itu? Seseorang yang kau janjikan untuk dilindungi, tapi akhirnya kau abaikan?"
Raynar terdiam. Keheningan di antara mereka seakan menegaskan kebenaran yang tak terucapkan—bahwa Raynar, meskipun dengan niat baiknya, telah gagal melindungi Luna.
Sementara itu, di kejauhan, bayangan gelap mulai merayap mendekati mereka. Suara angin yang tiba-tiba menderu membuat suasana semakin mencekam. Aldi menyadari ada sesuatu yang mendekat.
"Luna... ada yang datang" bisik Aldi dengan tegang.
Luna menoleh, melihat bayangan yang datang semakin dekat. Kegelapan itu tampak hidup, seakan-akan merespons ketegangan di antara mereka. Luna langsung sadar siapa yang datang. "Amara."
Raynar juga merasakan kehadiran kegelapan itu. "Luna, kita harus pergi. Ini belum waktunya untuk pertarungan ini."
Tapi Luna berdiri teguh. "Tidak. Aku sudah terlalu lama melarikan diri dari kegelapan ini. Kali ini, aku akan menghadapinya. Dan aku akan membuat kalian semua, termasuk kau, Raynar, bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi."
Kegelapan semakin dekat, dan suara tawa Amara terdengar samar-samar di antara desiran angin. Luna mempersiapkan dirinya, sementara Aldi dan Nayla tetap berada di sisinya. Raynar, meskipun berusaha tetap tenang, tampak tidak yakin apakah mereka semua siap menghadapi kekuatan kegelapan yang dibawa oleh Amara.
Namun, satu hal pasti—Luna tidak akan lari lagi. Ini adalah saatnya dia berdiri melawan pengkhianatan, melawan kegelapan, dan melawan takdir yang telah lama menghantuinya.
######
VOTE
FOLLOW:
tiktok: manusia.gabut525
ig : jeziaqar
dan tentunya akun WP ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Bulan
FantasyLuna bukanlah gadis biasa. Terlahir sebagai salah satu penghuni bulan, dia menjalani hidupnya dengan damai di bawah sinar purnama bersama sahabat-sahabatnya. Namun, kehidupan Luna berubah drastis setelah sebuah tragedi yang melibatkan sahabat karibn...