Janji di Bawah Cahaya Bulan

14 12 0
                                    


VOTE WOY

FOLLOW JUGA DONG

etsss KOMEN

"Janji, seuntai kata yang terlihat kuat, namun mudah hancur saat diuji oleh waktu."—SB

#####

Malam itu, bulan bersinar dengan keindahan yang menakjubkan, menciptakan suasana magis di atas langit bulan. Para penghuni bulan berkumpul di alun-alun utama yang dikelilingi oleh pohon-pohon perak, dedaunannya memantulkan sinar bulan dengan lembut.

Malam ini adalah malam purnama penuh—waktu yang selalu dirayakan oleh para penghuni bulan sebagai simbol persahabatan, kesetiaan, dan janji abadi di antara mereka. Namun, bagi Luna dan Raynar, malam ini lebih dari sekadar perayaan biasa.

Raynar, pemimpin yang tangguh dan karismatik, berdiri dengan pandangan penuh keyakinan di tengah alun-alun. Namun, sorot matanya tidak beralih dari sosok di sampingnya—Luna.

Luna mengenakan gaun putih keperakan yang berkilau, memantulkan sinar bulan dengan sempurna. Seolah-olah cahaya bulan itu sendiri berasal dari dirinya, membuatnya tampak seperti makhluk surgawi yang tak tersentuh oleh waktu.

Senyum lembut menghiasi wajah Luna, senyum yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya terpesona. Ketika ia tertawa ringan, suara gemerincing tawanya menggema di sekitar mereka, menyihir seluruh penghuni yang hadir malam itu.

Hanya Raynar yang tahu betapa dalam arti kehadiran Luna dalam hidupnya—lebih dari sekadar sahabat, lebih dari sekadar sosok yang ia lindungi. Dalam diam, ia menyimpan perasaan yang lebih kuat dari sekadar persahabatan.

Ketika acara perayaan malam purnama mulai memuncak, Raynar merasakan dorongan yang tak bisa ditahan lagi. Ia harus mengungkapkan apa yang selama ini tertahan di dalam hatinya. Mengumpulkan keberanian, ia menggenggam tangan Luna dengan lembut dan membawanya ke tengah lingkaran para penghuni bulan yang menyaksikan.

"Luna," suaranya menggema di udara yang hening, menyedot perhatian semua yang hadir. Suaranya sedikit bergetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena beratnya kata-kata yang akan ia ucapkan. "Di depan semua yang ada di sini, aku ingin membuat satu janji. Janji yang tidak akan pernah ku langgar, tidak peduli apa yang terjadi."

Kerumunan mulai berbisik, merasa penasaran akan apa yang akan terjadi. Luna menatap Raynar dengan mata terbelalak, keheranan bercampur antusiasme. "Apa yang ingin kau katakan, Raynar?" tanyanya, suaranya penuh rasa ingin tahu.

Raynar menatap dalam-dalam ke mata Luna, matanya penuh ketulusan. "Aku bersumpah, Luna," katanya dengan tegas. "Aku bersumpah untuk melindungi mu, dalam setiap kegelapan, dalam setiap bahaya, sampai nafasku yang terakhir. Kau adalah cahaya di malamku, dan aku tidak akan pernah membiarkan kegelapan memisahkan kita."

Para penghuni bulan terdiam, terpesona oleh keindahan dan ketegasan sumpah Raynar. Beberapa dari mereka mulai berbisik pelan, merasakan sesuatu yang luar biasa terjadi di depan mata mereka.

Luna, yang biasanya pandai menyembunyikan emosinya, tertegun. Ia bisa merasakan kejujuran dalam setiap kata Raynar. Perasaannya bercampur aduk—terharu, bahagia, tetapi juga sedikit takut.

"Raynar, aku…" suaranya terhenti, tenggorokannya tercekat. Namun, mata Luna bersinar penuh emosi, mengisyaratkan betapa dalamnya perasaan yang ia simpan untuk Raynar. "Aku percaya padamu. Tidak ada sumpah yang lebih indah dari ini. Bersamamu, aku tahu aku aman."

Senyum lembut terukir di bibir Raynar. Ia merasakan kelegaan luar biasa, seolah-olah beban yang selama ini menghimpit dadanya terangkat. Ia melangkah lebih dekat, mendekati Luna. Dengan suara yang lebih lembut namun penuh keyakinan, ia menambahkan, "Kita akan selalu menjaga cahaya bulan ini. Dan selama aku ada di sini, tidak ada kegelapan yang bisa memisahkan kita."

Gemuruh tepuk tangan dan sorakan dari para penghuni bulan memecahkan kesunyian yang menggantung. Mereka semua menyaksikan dengan haru dan kekaguman ketika dua sosok yang begitu kuat ini bersatu di bawah janji suci bulan. Di tengah keramaian itu, hanya Luna dan Raynar yang saling menatap, seolah-olah dunia di sekitar mereka lenyap.

Setelah perayaan usai, Luna dan Raynar berjalan bersama menuju taman bulan, tempat favorit mereka. Setiap langkah terasa ringan, diiringi oleh perasaan damai yang melingkupi mereka.

"Aku ingin sekali melihat dunia di luar sini," ujar Luna tiba-tiba, suaranya penuh dengan mimpi dan harapan. "Ada begitu banyak hal yang belum kita lihat, begitu banyak keajaiban yang belum kita alami."

Raynar menoleh padanya, menatapnya dengan senyum penuh harapan. "Tentu saja. Kita bisa menjelajahi bumi bersama, dan melihat segala sesuatu yang belum pernah kita bayangkan."

Luna tertawa pelan. "Tapi di mana pun kita pergi, aku tahu kau akan selalu ada di sampingku."

Raynar mengangguk. "Kau benar. Aku akan selalu ada di sampingmu, Luna. Di mana pun, kapan pun. Aku tidak akan pernah membiarkan apapun menyakitimu."

Namun, di balik kata-kata manis itu, ada perasaan gelisah yang mulai tumbuh dalam hati Raynar. Seiring berjalannya waktu, kegelapan yang tak dikenal mulai merayap di batas cakrawala bulan. Raynar merasakan ancaman yang perlahan-lahan mendekat, sesuatu yang mungkin akan merusak kedamaian yang mereka miliki.

Malam itu, di tepi danau yang memantulkan sinar bintang, Raynar mendekatkan wajahnya ke Luna. Dengan lembut, ia mencium keningnya—sebuah simbol dari semua janji yang telah ia buat. Namun, di dalam hatinya, ada kekhawatiran yang tidak bisa ia ungkapkan.

"Kau tahu, Luna," kata Raynar dengan suara pelan, hampir seperti bisikan, "jika suatu saat kau merasa terancam, atau kegelapan mulai mendekat, jangan pernah ragu untuk memanggilku. Aku akan selalu datang, tidak peduli betapa sulitnya jalan yang harus ku tempuh."

Luna mengangguk, senyum lembut masih menghiasi wajahnya. "Aku tahu. Kau adalah pelindungku. Dan aku percaya padamu."

Tapi jauh di dalam benak Raynar, ia tahu bahwa sesuatu yang kelam sedang mendekat. Sebuah ancaman yang lebih besar dari apapun yang pernah mereka hadapi. Dan ketika malam purnama berikutnya tiba, takdir mereka akan berubah selamanya. Kegelapan itu, tak bisa lagi dihindari.

Malam itu mungkin adalah malam yang paling indah dalam hidup Raynar dan Luna, namun ia juga merupakan awal dari sebuah akhir yang tak terelakkan.

Ketika mereka berjalan menjauh dari danau, di bawah sinar bulan yang penuh janji, bayangan gelap mulai mengintai di kejauhan, mengancam untuk merenggut semua yang mereka cintai.

Dan Raynar tahu, bahwa sumpah yang ia buat malam ini akan segera diuji.

####

VOTE

FOLLOW

tiktok: manusia.gabut525
ig: jeziaqar

Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang