.
.
.Di siang hari yang cerah itu, Yn berada di Taman Hangang, salah satu taman yang terkenal di Seoul. Ia mengenakan pakaian tertutup, jaket panjang berwarna krem yang melindunginya dari angin sepoi-sepoi yang bertiup lembut di sekitar Sungai Han. Tudung jaketnya sesekali tertiup angin, memperlihatkan rambutnya yang rapi terikat. Sambil melangkah pelan di atas jalan setapak taman, Yn memegang tripod kamera yang menyala untuk merekam kegiatannya.
Taman Hangang tampak indah di bawah sinar matahari siang. Rumput hijau terhampar luas dan pohon-pohon yang berjejer di sepanjang jalan menambah suasana segar di sekitar taman. Beberapa keluarga dan pasangan terlihat menikmati hari cerah ini dengan bersepeda atau sekadar duduk-duduk santai di tepi sungai.
Yn berjalan pelan, sesekali melihat ke arah kamera yang merekamnya. Meski wajahnya tampak tenang, di balik tatapan matanya, ada keheningan yang tersimpan. Suara air yang mengalir dari Sungai Han di kejauhan berpadu dengan tawa dan canda para pengunjung taman, namun Yn tetap tenggelam dalam pikirannya sendiri, membiarkan kamera menangkap setiap langkah dan suasana di sekitarnya.
Ia terus berjalan, melangkah tanpa tergesa, menikmati keindahan alam sambil merekam momen-momen kecil di siang yang cerah itu.
Setelah beberapa saat berjalan di Taman Hangang, Yn memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe yang tidak jauh dari situ, River Breeze Café—tempat kecil yang sering dikunjungi orang-orang yang mencari ketenangan sambil menikmati pemandangan Sungai Han.
Begitu masuk, bau kopi segar menyambutnya. Tanpa banyak berpikir, Yn langsung memesan segelas Americano dingin. Setelah memesan, ia memilih duduk di meja paling ujung yang dekat jendela besar yang menghadap langsung ke taman. Dari situ, ia bisa melihat pepohonan yang berayun lembut tertiup angin dan orang-orang yang masih menikmati hari di luar.
Sambil menunggu pesanannya, Yn meletakkan tripod dan kameranya di meja, membiarkan momen-momen kecil ini tetap terekam. Pemandangan di luar jendela tampak indah, namun seakan menjadi latar belakang tenang untuk pikirannya yang masih penuh dengan kerinduan. Ia menatap keluar, mengamati kehidupan yang terus berjalan sambil meresapi kehangatan siang di tengah kesunyian yang ia ciptakan sendiri.
Kemudian, Yn meraih kamera di depannya. Ia menatap lensa sejenak, menghela napas lalu tersenyum tipis. Suasana di dalam cafe yang tenang memberikan rasa nyaman yang pas untuk berbicara sedikit ke kamera.
"Hari ini cerah banget, kan?" ucapnya lembut, suaranya terdengar jelas di antara dentingan alat kopi di belakangnya. "Aku lagi di kafe dekat Taman Hangang untuk menikmati suasana hiruk-pikuk Seoul, tapi ... rasanya tetap sepi."
Matanya melirik ke arah jendela, seakan merenung sejenak sebelum kembali menatap kamera. "Sebenarnya ... aku lagi kangen rumah. Kangen sama Mama di Indonesia. Tapi untuk sekarang, aku di sini dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Being The Korean Idol
Fiksi Penggemar• Blurb Ini tentang kamu yang menjadi salah satu member grup band wanita jebolan agensi baru milik mantan aktris Korea. cover by Pinterest edit by @yujinnunaa37