.
.
.Saat ini jam menunjukkan pukul 23.30 KST. Di sebuah bangunan besar nan megah-yaitu Incheon International Airport-suasana terasa tenang dan sunyi, jauh berbeda dari hiruk-pikuk sehari-harinya. Bandara yang biasanya ramai oleh para pelancong kini hanya dihuni beberapa orang yang tersebar di kursi-kursi untuk menunggu keberangkatan mereka menuju tujuannya masing-masing. Kilauan lampu-lampu yang redup memberikan kesan melankolis, terpancar di lantai marmer yang mengilap, menambah suasana sunyi yang terasa damai. Di tengah ketenangan ini, seolah waktu melambat untuk memberikan keempat member Sapphire momen hening setelah hari yang melelahkan.
Di salah satu deretan kursi, keempatnya duduk berdampingan dalam diam. Mereka mengenakan pakaian kasual yang dilapisi jaket tebal untuk menghalau udara dingin. Masing-masing tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Yiran dan Uisha, yang kelelahan setelah interaksi panjang dengan penggemar beberapa jam yang lalu, sudah terlelap di samping satu sama lain. Kepala Uisha sedikit miring ke bahu Yiran, sementara Yiran sendiri tertidur dengan kepalanya bersandar di kepala Uisha. Napas mereka teratur, seakan menemukan kenyamanan dalam kebersamaan yang tenang ini.
Di sisi lain, Dabin tampak sibuk dengan ponselnya. Ia menggulirkan layar sambil sesekali tersenyum kecil, mungkin sedang melihat foto atau pesan dari para penggemar. Jemarinya bergerak lincah, tetapi sorot matanya tetap lembut-menunjukkan sisi ceria yang selalu dia miliki, meski sudah hampir larut malam.
Sementara itu, Yn duduk dengan tenang di ujung barisan. Sesekali ia melirik ke sekeliling bandara yang senyap dengan senyuman tipis, seolah menikmati momen terakhir di Korea sebelum keberangkatan mereka ke Tokyo. Tatapannya penuh perhatian, mungkin mencerminkan rasa syukur setelah hari yang panjang atau antisipasi untuk perjalanan yang akan datang.
Di tengah keheningan itu, hanya terdengar bunyi pengumuman yang sayup-sayup, menambah kesan sendu di malam itu. Meskipun mereka baru saja melewati hari yang melelahkan, ada kehangatan yang terasa dalam diam, seolah setiap member bisa merasakan kehadiran satu sama lain tanpa perlu banyak kata.
Saat pengumuman boarding terdengar, Dabin menepuk pelan lengan Yiran dan Uisha, membangunkan mereka dari tidur.
"Yiran eonni, Uisha-ya ... ayo, waktunya bangun," ucap Dabin dengan suara lembut sambil tersenyum lelah, mencoba tidak terlalu mengganggu mereka.
Yiran membuka matanya perlahan, masih setengah sadar, lalu bertanya pelan, "Hmm? Udah boarding, ya?"
"Iya, nih, udah waktunya," Dabin mengangguk sambil menyunggingkan senyum kecil.
Di sisi lain, Uisha membuka mata sambil menguap lebar dan mengusap wajahnya yang masih mengantuk, mencoba menghalau rasa kantuk yang berat. "Ini jam berapa sih sekarang? Rasanya baru tidur sebentar ..." keluhnya sambil mengerjap-ngerjapkan mata.
"Udah hampir tengah malam. Kalau enggak gerak sekarang, kita bisa ditinggal," sahut Yn sambil merapikan tasnya dan melirik mereka dengan tatapan penuh perhatian.
Yiran melirik jam tangannya, lalu tertawa pelan dengan suara serak. "Duh, ternyata kita beneran kayak zombie sekarang," ujarnya, mencoba tersenyum meski masih tampak lelah.
Dabin terkekeh, menatap Yiran dan Uisha dengan ekspresi geli. "Ya makanya, siapa yang tadi tidur paling nyenyak?" godanya.
"Eh, aku nggak tidur kok!" protes Uisha cepat, berusaha mempertahankan ekspresi serius meski matanya masih terlihat berat. Wajahnya yang mengantuk justru membuat mereka semua tersenyum lebar.
Yn tersenyum simpul, lalu menepuk bahu Uisha lembut. "Ayo, yang penting kita masuk pesawat dulu. Nanti bisa lanjut tidur di sana," ujarnya dengan nada menenangkan.
Sambil membereskan barang-barang mereka, Dabin kembali menggoda Yiran dan Uisha yang masih tampak lemas, "Tapi serius, gaya tidur kalian tadi mirip banget sama anak kecil. Lucu banget," katanya sambil menyeringai.
Yiran mendengus sambil memukul lengan Dabin pelan. "Kalau kita anak kecil, berarti kamu babysitter-nya, dong?" balasnya dengan nada bercanda.
"Tepat banget, Dabin-ssi babysitter kita!" Uisha menyambut dengan tawa, memeluk tasnya erat sambil mengangguk setuju.
Mereka tertawa kecil, bercanda di tengah kesunyian bandara yang lengang. Keempat member Sapphire pun berjalan menuju pintu boarding, dengan senyum dan tawa yang menghangatkan suasana malam itu. Malam yang dingin di Incheon seolah menjadi saksi kedekatan mereka, meski kelelahan tampak jelas di wajah masing-masing. Ketika langkah mereka mulai bergerak menuju pintu boarding, rasa hangat di antara mereka seakan melawan suasana hening bandara yang menyejukkan.
Sesekali Dabin melontarkan candaan kecil, sementara Yn tetap mengawasi ketiganya dengan penuh perhatian, memastikan tidak ada yang tertinggal atau kehilangan barang. Dalam diam, mereka merasakan kebersamaan yang tulus, tanpa perlu banyak bicara.
Saat mereka tiba di pintu boarding, sebuah pengumuman terakhir terdengar, memanggil penumpang untuk memasuki pesawat menuju Tokyo. Keempatnya bertukar pandang sejenak sebelum melangkah masuk, meninggalkan Incheon yang dingin dan sepi, namun tetap tersimpan dalam kenangan sebagai saksi kebersamaan mereka malam itu.
Dalam hati, mereka tahu perjalanan ini bukan sekadar perjalanan biasa, tetapi adalah langkah baru menuju petualangan yang akan mempererat persahabatan mereka. Di dalam pesawat nanti, mungkin mereka akan terlelap kembali, saling menyandarkan kepala dan berbagi kehangatan, sambil membawa semangat baru untuk hari esok di Tokyo.
.
.
.hallo sayang'kuu!
aku kembalii
maaf banget ya baru bisa up. selama gak up, aku dipusingin sama praktek. banyak kerkomnya. jadi gak sempet buat ngetik lanjutan work ini, apalagi buat up.
siapa yang masih setia nunggu lanjutan work aku ini?
terima kasih! love u sekebonn💙
see u di next chapter, dan ...
salam hangat dari Briell💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Being The Korean Idol
Hayran Kurgu• Blurb Ini tentang kamu yang menjadi salah satu member grup band wanita jebolan agensi baru milik mantan aktris Korea. cover by Pinterest edit by @yujinnunaa37