Matahari mulai beranjak dari tugasnya menyinari dunia, cahaya jingga menyorot teras depan kantorku. Di parkiran aku hendak mengambil motorku, namun Lala memanggil. “Kak Bi! Aku mau ngomong,” ucap Lala. “Ngomong apaan?” tanyaku bingung. “Tadi, soal kenapa aku gak bales chat, Kak Bi,” jawab Lala sedikit tersenyum. “Oh iya. Emang ada apa tuh?” tanyaku penasaran. “Ih kepo ya. Mau tau aja atau mau tau banget? Hahaha.” Lala tertawa menggodaku.
Dari sekian candaan yang bisa dipilih, menurutku ini salah satu yang paling cringe. Tapi jika itu si Lala yang melakukannya, aku ikut aja tertawa. Kalau Sinta apalagi Yanu yang melakukan ini pasti aku sontak jawab “Bacot!”
“Kepo banget nich!” ucapku ngerasa geli sendiri. “Hehehe, jadi kemarin aku mens hari pertama!” jelas Lala. Hening. Aku tidak bereaksi apa-apa untuk sejenak. Andai saja perasaan ini tidak berbunga, mungkin aku akan langsung terbang kayak superman meninggalkan si Lala dan menyelamatkan bulldog yang lagi kejepit pintu WC, karena berusaha boker kayak manusia.
Aku mengusap muka dengan kedua tanganku mencoba menanggapi dengan sabar. “Sakit banget ya sampai gak bisa buka HP? Utututu, kasian,” ucapku manyun biar keliatan imut padahal menjijikan. “Sakit banget sumpah! Kalau, Kak Bi bisa ngerasain pasti bakal pingsan,” ucap Lala mendramatisir keadaannya waktu itu. “Astaga, terus pertolongan pertama gimana kalo kayak gitu?” tanyaku mencoba bersimpati pada fenomena mens hari pertama Lala. “Aku langsung deh minum obat pereda nyeri, terus tidur.” Lala menjelaskan kronologi yang sebenar-benarnya! Perbincangan pendek itu tiba-tiba berhenti sebab Lala mendapatkan panggilan telepon.
~aia aia bapakmu tukang bajaj ~aia aia bapakmu kena begal
“Eh bentar ya, Kak Bi, aku dapet telepon nih.” Lala pamit meninggalkanku sejauh 5 meter untuk mengangkat panggilan telepon. Muncul rasa penasaran tentang siapa yang menelpon si Lala. Alhasil aku mencoba mendengarkan dengan seksama menajamkan indera pendengaranku sampai to the max!
“Apasih kamu nuduh aku yang aneh-aneh. Aku tuh udah jujur!” Lala berbicara lumayan keras, sampai-sampai Pak Dulah yang sedang menyapu halaman menengok Lala. “Udah ya, aku mau pulang.” Lala menutup teleponnya.
Lala menghampiriku untuk berpamitan pulang, tidak lupa dia mencium tanganku lagi. “EH! Jangan di sini juga dong. Nanti timbul fitnah.” Cielah aku sok suci banget anji*g! Wahahaha. “Maaf, Kak Bi. Reflek.” Lala juga merasa malu melakukannya di kantor. Setelah perbincangan pendek itu kami berdua kembali ke habitat masing-masing.
~~~
Di kosan yang sempitnya kayak kuburan, aku memutuskan untuk rewatch anime yang kena sensor di beberapa negara, yaitu Attack On Titan! Anime yang awalnya bercerita soal manusia bertahan hidup dari serangan titan, berubah menjadi agenda politik sampai genosida di babak selanjutnya. Oh iya, alasan anime ini kena sensor karena menampilkan monster berwujud humanoid bugil plus absurd abis!
Di sela-sela asyik menonton, aku juga asyik chattingan dengan Lala. Kebetulan si Lala juga menonton anime ini. Yaudah deh sekalian buat topik per chattingan, aku membahas tentang satu hal yang mungkin cukup filosofis.
“La, kalau kamu punya kekuatan seperti Eren. Apa kamu mau menghancurkan dunia?” Tanyaku.
“Kalau aku punya kekuatan seperti itu. Aku bakal mengancam semua manusia buat saling menyayangi. Kalo gak mau aku injek-injek. Hahaha.” Balas Lala.
“Kamu diktator juga ya. Hahaha.” Responku.
“Kalo, Kak Bi, gimana?” Tanya Lala balik.
Sampai sini aku cukup berpikir lama soal kemanusiaan. Dengan dunia yang penuh oleh kejahatan seperti pemerkosaan, peperangan, pembunuhan, dan semacamnya ini apakah pantas untuk dihancurkan? Tentu saja jawabanku. “Iya, aku pasti hancurkan semua. Hahaha.”
“Lala juga ikut mati dong?” Tanya Lala. Benar juga ya, kalau aku menghapuskan kejahatan seberingas itu kebaikan juga kena imbasnya. Di akhir season anime ini tokoh antagonis yang sebelumnya protagonis membumihanguskan dataran di bumi agar semua musuhnya mati. Tapi tindakannya juga menimbulkan korban tidak bersalah. Mungkin jawaban Lala yang benar. Kekuatan sebesar itu lebih baik sebagai alat kontrol sosial walaupun manusia nantinya hidup dengan diselimuti ketakutan. Hmmm, seperti tidak asing.
“Iyadeh, gak jadi. Mending kekuatannya buat mendamaikan tetangga yang ribut.” Responku konyol.
“Kok jadi mendamaikan tetangga sih? Hahaha. Lucu deh, Kak Bi.” Sahut Lala.
Chattingan kami cukup asyik karena sama-sama satu frekuensi, meski disini frekuensiku lebih tinggi daripada Lala. Tidak terasa malam semakin pekat dengan ditandai waktu menunjukan pukul 22.45 WIB. Lala pun sepertinya sudah lelah juga, pesannya semakin singkat.
“Kak Bi besok malem dateng ke acara kampusku mau?” Tanya Lala yang membuatku mengundurkan diri dari rasa ngantuk.
“Boleh, acara apa?” Tanyaku balik penasaran.
“Festival film pendek.” Jawab Lala. Sepertinya seru nih film pendek karya mahasiswa, pasti cringe. Hahahahahaha!
“Okedeh, besok kabar-kabar lagi ya.” Responku mengiyakan ajakan Lala. Akhirnya Lala memutuskan untuk tidur, ia tidak lupa berpamitan dengan chat singkat namun ngena banget di jiwa jomblo stadium akhir ini. “Have a good dream, Kak Bi.” Pamit Lala disertai emoticon bulan tersenyum. “Have a good dream too, Lala.” Balasku dengan emoticon bulan sabit yang tersenyum.
Setelah kemarin dibuat emosi dengan Lala yang tidak membalas pesanku. Malam ini menjadi suatu balasan setimpal karena tidurku akan nyenyak sekali dan semoga saja bermimpi aku dan Lala di taman bunga menari-nari dan bersenandung ala-ala film romance bollywood.
*musik kuch kuch hota hai
~ tumpah segane, ~ tumpah segane
~ tumpah segane ~ jipuki wae ~eman-eman beras e ~mundak terus regone
Alam bawah sadarku tidak membiarkan imajinasiku terwujud di alam mimpi. Malah kebalikannya, mimpiku malam ini buruk. Aku dikejar bulldog yang marah karena lama menyelamatkannya dari insiden kejepit pintu WC yang membuat si bulldog berak di lantai kamar mandi. Maafkan aku bulldog, aku memang tidak pantas menjadi superman. Kalau jadi pacarnya Lala, mungkin pantas. Uhuy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuna Asmara
RomanceYa Tuhan. Semoga yang kali ini bisa langgeng. Gak diputusin, gak diselingkuhin, gak aneh-aneh pokoknya. Aamiin